![]() |
Mediasi antara 77 karyawan dan manajemen PTFI yang difasilitasi Disnakertrans Mimika. |
SAPA (TIMIKA) – Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemnaker) RI, Disnaker Provinsi dan Kabupaten Mimika sama-sama mengingikan
agar PT Freeport Indonesia (PTFI) mempekerjakan kembali ribuan karyawan yang
telah dirumahkan (Furlough) beberapa
waktu lalu.
Menurut perwakilan Kemnaker
RI, Dr Reytman Aruan, yang menjadi korban dalam kebijakan PTFI merupakan
manusia. Dalam artian, peristiwa tersebut merupakan insiden kemanusiaan, sehingga
sangat besar harapan agar dengan dilaksanakannya berbagai mediasi bisa
menemukan solusi yang baik termasuk mengembalikan semua karyawan untuk bekerja.
“Kalau persoalan
perijinan, divestasi dan saham itu sudah pemerintah upayakan, tetapi persoalan
karyawan yang dirumahkan ini kami mohon PTFI harus mempertimbangkan kembali dan
harus berupaya agar mereka dipekerjakan kembali. Yang menjadi obyek dalam
persoalan ini adalah manusia bukan benda, lembaga ataupun pemerintahan. Dan
manusia ini juga masih ada juga manusia lainnya yaitu keluarga-keluarganya,”
tuturnya ketika mediasi antara karyawan furlough
dan PTFI yang dilaksanakan oleh Disnaker Mimika di ruang pertemuan lantai III,
Gedung A, Kantor Pusat Pemerintahan (Puspem), Selasa (10/7).
Dalam mediasi yang dihadiri
oleh perwakilan manajemen dan kuasa hukum PTFI serta perwakilan Kantor Kuasa
Hukum Jakarta, Lakataru tersebut, ia meminta agar dalam penyelesaian persoalan
yang tergolong lama terjadi ini PTFI dan pihak lain yang bermasalah harus
dinamis.
Dalam hal ini, meski PTFI telah memberikan alasan dan jaminan berupa pilihan paket terhadap semua
karyawan yang dirumahkan tersebut, akan tetapi hal tersebut tidak bisa
dibandingkan dengan jumlah waktu mengabdi para karyawan tersebut, karena banyak
diantara karyawan yang dirumahkan tersebut telah mengabdi di PTFI selama 20 tahun.
“PTFI harus mengambil
opsi yang cerdas dalam menyelesaikan persoalan ini. Bukan sekedar memberikan
paket ini dan itu kepada para karyawan. Yang kita ketahui, setiap karyawan yang
menjadi korban efisiensi oleh sebuah perusahaan itu diberikan pilihan-pilihan
untuk berusaha dalam lingkup perusahan atau diterima dibidang lainnya tapi
masih terhitung sebagai karyawan perusahaan itu. Karena namanya efisiensi.
Memang PTFI tawarkan paket, tapi bukan cuma paket-paket itu, karena ini
obyeknya merupakan manusia yang membutuhkan keberlangsungan hidup,” jelasnya.
Keinginan yang sama juga
disampaikan oleh perwakilan
Disnakertrans Provinsi Papua, Ruth Paulus. Menurut dia, PTFI seharusnya tidak
melakukan perekrutan baru pasca merumahkan ribuan karyawan. Dimana, jika PTFI
beralasan mengefisiensi keberlangsungan pertambangan, maka akan lebih bagus
untuk memperdayakan karyawan yang telah
berpengalaman, ketimbang merekrut baru, karena harus memulai segala sesuatunya
dari nol.
“Beberapa bulan lalu kami
di provinsi menerima permintaan dari PTFI untuk perekrutan 500 tenaga. Kemudian
selain 500, ada juga jumlah yang banyak lagi pada perekrutan ke dua. Memang
saya tidak tahu pasti apakah itu untuk privatisasi atau kontaktor. Saya minta
manajemen PTFI harus pertimbangkan agar lebih bagus mengerjakan kembali semua
karyawan yang sudah dirumahkan ataupun di PHK,” kata Ruth.
Sedangkan Kepala
Disnakertrans Mimika, Rony S. Maryen mengatakan, manajemen PTFI mempunyai alasan
dalam merumahkan ribuan karywannya pada bulan Pebruari lalu. Namun, sebagai
pemerintah, kami juga mempunyai aturan main yang harus ditaati. Dengan
demikian, proses mediasi dan aspirasi yang disampaikan telah dua kali dicatat oleh manajemen PTFI mulai bulan
Desember tahun 2017 lalu untuk 77 karyawan. Selain itu, ada juga catatan di
bulan Pebruari tahun 2018 untuk 119
karyawan.
Rony mengaku, polemik
yang dialami oleh ribuan karyawan korban efisiensi PTFI telah lama terjadi di
Mimika. Persoalan itu juga menjadi pertanyaan dari berbagai macam ruang dan
publik serta menimbulkan keresahan bagi masyarakat luas di Mimika. Sebagai
perwakilan pemerintah, Disnakertrans Mimika juga selalu memberi ruang untuk
melakukan mediasi agar polemik ini terselesaikan.
“Saya selaku perwakilan
pemerintahan dalam berbagai pertemuan terkait penyelesaian persoalan ini selalu
mengatakan bahwa yang dirumahkan itu merupakan orang Mimika.Yang duduk dalam
manajemen PTFI orang Mimika. Teman-teman yang duduk di serikat pekerja juga
orang Mimika dan yang mengalami kerugian juga adalah kami orang Mimika. Karena
semuanya adalah dilakukan di Mimika, otomatis di rumah kita inilah yang
merasakan dampaknya,” kata Rony.
Menurut Rony, polemik ini
merupakan persoalan yang membuat pemerintah selalu bekerja keras, meski sering
mendapatkan cacian. Namun semuanya harus diterima, karena hal ini menjadi
konsekuensi dalam pelayanan di Disnakertrans Mimika.
“Dalam berbagai pertemuan
juga kerap kali saya mendengarkan cercaan secara individu dari berbagai pihak.
Namun secara kedinasan saya menerima semua itu,” tuturnya.
Ia juga mengatakan
polemik ini terjadi dalam wilayah Disnakertrans Mimika. Dengan demikian semua
bentuk pelaporan ada di Disnakertrans Mimika, sehingga sebagai instansi
pemerintah dalam melakukan mediasi, Disnakertrans harus melibatkan Kemnaker RI,
Disnakertrans Provinsi Papua dan
berbagai instansi pemerintahan lainnya. Dengan demikian, semua hasil mediasipun
harus diketahui oleh semua yang dilibatkan tersebut di atas.
Selanjutnya ia juga menjelaskan,
terkait dengan penerimaan dokumen penyelesaian atau mediasi persoalan 119
karyawan , Disnakertrans Mimika juga akan melakukan klarifikasi atau koordinasi bersama instansi-instansi tersebut
di atas seperti halnya dokumen 77 karyawan lainnya.
“Kami akan selalu koordinasi
dengan kementerian dan provinsi. Kami juga akan melakukan langkah-langkah dalam
aturan pemerintahan. Sekarang kita mediasi untuk 77 karyawan dan semuanya kami
koordinasikan. Untuk 119 lainnya juga sama, meski nanti 199 itu masih menggunakan
dua kantor kuasa hukum ataupun kuasa hukum perorangan, tapi yang jelas harus
ada laporan ke kami,” jelasnya.
Terkait hal tersebut, ia
berharap agar semua pihak terkait yang dihadirkan dalam proses mediasi harus
fokus dan melaksanakan mediasi dengan kepala dingin serta menyampaikan
fakta-fakta yang telah terjadi, baik dari manajemen PTFI juga perwakilan
pekerja. Hal ini menurut dia agar menghindari adanya permasalahan yang
menimbulkan kerugian.
“Hari ini (Kemarin-Red)
kami kembali melakukan mediasi dengan menghadirkan mediator dari Kemnaker,
Disnakertrans Provinsi. Juga dihadiri oleh manajemen PTFI dan kuasa hukumnya
serta perwakilan 77 karyawan yang telah dirumahkan. Kami tidak menggunakan
istilah furlough karena itu bukan
istilah pemerintah, tapi kami menggunakan istilah yang telah dirumahkan oleh
manajemen PTFI,” ungkapnya.
Pantauan Salam
Papua, perwakilan kuasa hukum
para pekerja dari Kantor Lokataru, Nurkholis Hidayat yang juga didukung
oleh para pekerja yang hadir menyampaikan berbagai kejanggalan termasuk alasan furlough yang diberlakukan PTFI kepada
para pekerjanya. Dimana, hal tersebut sangat tidak beralasan dan sangat
merugikan para pekerja.
Selain itu, furlough yang dilakukan PTFI dinilai
tidak merata, karena hanya memilih karyawan-karyawan tertentu.
Diakuinya, manajemen PTFI
juga mengklaim hal itu sebagai upaya efisiensi atas minimnya daya produksi,
akan tetapi di sisi lain muncul berbagai pemberitaan dalam dan luar negeri yang
mengatakan bahwa produksi PTFI aman tanpa adanya penurunan.
“Waktu itu ribuan pekerja
di-furlough dengan alasan efisiensi
karena hasil produksi menurun, tapi media dunia menmberitakan produksi PTFI
aman bahkan tergolong tinggi. Yang di- furlough
juga diberikan tawaran yang tidak sesuai dan disertai ancaman dan hal lainnya,”
ungkap Nurkholis.
Selain itu, banyak tenaga
asing dan tenaga baru yang diterima untuk menempati bagian dari semua karyawan
yang di-furlough tersebut.
Sedangkan perwakilan
manajemen PTFI hanya membacakan alasan terjadinya furlough seperti yang sering diberitakan sebelumnya. Selain itu,
juga mengakui bahwa sejak terjadinya furlough,
manajemen PTFI tidak pernah merekrut ataupun memasukan kariawan asing untuk
dipekrjakan di PTFI. (Acik)
Sebelumnya Freeport sudah pernah menawarkan tapi gak diambil.
ReplyDelete