Seorang mama Papua, pengrajin dan penjual nokel menjajakan barang dagangan berupa noken di depan Saga Mall Abepura, Distrik Abepura, Kota Jayapura.(Foto-Antara) |
SAPA
(JAYAPURA) - Pengrajin noken atau tas rajutan di Kota
Jayapura, ibu kota Provinsi Papua membutuhkan tempat yang layak untuk
berjualan, apalagi saat perhelatan PON XX pada 2020.
Hilaria Adii, salah satu perajin dan penjual
noken di Jalan Protokol Abepura, Kelurahan Kota Baru, Distrik Abepura, atau
tepatnya di depan Saga Mall Abepura, mengaku hampir tiap hari menjajakan noken
hasil rajutannya.
"Saya biasa jualan noken di depan Saga
Abepura. Membuat noken merupakan kegiatan saya setiap hari. Saya sudah mulai
membuat noken bermacam-macam corak untuk dijual sebagai suvenir PON 2020,"
katanya.
Hanya saja, kata dia, kendala yang sering
dihadapi dalam menjajakan noken ketika hujan, apalagi memasuki Desember sering
kali hujan turun.
"Kalau hujan deras, tidak bisa jualan.
Jadi untuk PON 2020 saya dan mama-mama perajin noken membutuhkan tempat yang
nyaman dan aman dari hujan dan bebas dari kena asap sepeda motor untuk
berjualan selama kegiatan nasional itu berlangsung," kata Hilaria Adii.
Sementara itu, Mama Adii yang tak jauh dari
tempat Hilaria berjualan mengemukakan bahwa noken yang mempunyai harga jual
tinggi adalah noken yang terbuat dari kulit kayu dan kulit anggrek.
"Saya juga menjual noken bermacam-macam,
yang paling murah yang terbuat dari benang nilon, yang lebih mahal noken kulit
kayu serta noken kulit kayu yang dikombinasikan dengan anggrek," katanya
enggan menyebutkan harga.
Untuk membuat satu noken kulit kayu,
dibutuhkan waktu satu minggu untuk proses merajutnya.
"Biasanya kalau ada yang pesan, saya
langsung membuatnya," kata Mama Adii.
Sedangkan, Maria Mote, perajin dan penjual
noken ditempat yang sama juga berharap pemerintah melalui dinas terkait
memberikan perhatian kepada mereka.
"Dengan menyediakan tempat khusus berjualan
noken, supaya kami yang berjualan noken dapat tertata, lebih rapi dan soal
harga noken dapat diatur baik, tamu-tamu PON yang datang pasti senang dan bisa
memberi kesan yang baik pada para tamu," kata Maria Mote berharap.
Secara terpisah peneliti senior dari Balai
Arkeologi Papua Hari Suroto mengungkapkan bahwa tiap 4 Desember diperingati
sebagai hari noken.
"Dimana tanggal 4 Desember diakui noken
sebagai warisan Dunia UNESCO. Hari noken menjadi momen yang baik untuk
mengingatkan kita semua, untuk selalu bersama-sama melestarikan noken, yaitu
dengan mengenakan noken setiap hari. Noken merupakan solusi masalah di
Papua," katanya.
Dengan noken, kata alumnus Universitas Udayana
Bali itu, penggunaan kantung plastik akan berkurang. Apalagi dengan membeli
noken, kesejahteraan para pengrajin noken akan semakin meningkat.
"Termasuk dengan menanam pohon yang kulit
kayunya dijadikan bahan noken, seperti pohon genemo atau melinjo, lingkungan
jadi hijau dan bebas dari bencana alam. Yang lebih penting adalah noken itu
identitas budaya Papua," katanya.
"Kalau kita ke luar Papua dan mengenakan
noken, orang yang melihat akan langsung teringat Papua," katanya.
Berkaitan dengan pelaksanaan PON XX pada 2020,
kata Hari, museum noken di Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, agar dapat
difungsikan sebagai destinasi wisata bagi para peserta PON.
"Mama-mama perajin noken juga dapat
merajut di halaman museum sekalian menjual produk karyanya. Jadi setelah
melihat-lihat koleksi museum, para pengunjung bisa melihat langsung mama-mama
merajut noken," katanya menyarankan.(Antara)
0 komentar:
Post a Comment