![]() |
Psikolog Tika Bisono dalam kegiatan Kemah Karakter Anak Virtual di Jakarta, Selasa (7/7/2020).(Antara) |
SAPA
(JAKARTA) - Psikolog Tika Bisono mengatakan anak yang
suka merundung dikarenakan kesalahan pola asuh yang dilakukan orang tua pada
anak.
"Anak yang suka merundung dikarenakan
orang tua menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua cenderung menetapkan atau
standar yang mutlak dan harus diikuti," ujar Tika dalam acara Kemah
Karakter Virtual yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
secara daring di Jakarta, Selasa.
Pada pola asuh seperti itu orang tua cenderung
memaksa, memerintah, menghukum dan tidak mengenal kompromi, dan pola komunikasi
satu arah.
Pola asuh seperti itu, kata dia, membentuk
karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, kurang inisiatif,
pembangkang dan pelanggar aturan.
"Jadi dia balas sakit hatinya (pola asuh)
dengan merundung anak lain," jelas Tika.
Sementara pola asuh permisif atau memanjakan
juga tidak baik untuk anak, karena orang tua cenderung selalu mengijinkan anak
melakukan berbagai hal dengan pengawasan, bimbingan yang sangat longgar dan
minim. Pada pola asuh permisif, orang tua cenderung terlalu hangat pada anak,
dan menjadi orang tua favorit bagi anak. Padahal hal itu justru menjerumuskan
anak.
"Pola asuh seperti itu membentuk karakteristik
anak yang manja, tidak mandiri, mau menang sendiri, impulsif, dan tidak
disiplin," kata dia.
Sementara pola asuh penelantar, yang mana
orang tua biasanya sibuk bekerja dan mengalokasikan waktu dan biaya yang sangat
minim untuk anak. Pola asuh itu membentuk anak impulsif, agresif, memiliki
kepercayaan diri yang rendah, dan tidak mau mengalah.
Pola asuh yang baik adalah pola asuh
demokratis, yang memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dan
mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak, memprioritaskan
kepentingan anak tetapi tetap dengan sensor batasan, pengawasan dan pengendali
yang baik bagi orang tua.
"Tindakan dan pendekatannya bersifat
hangat tapi tidak berlebihan. Pola asuh seperti ini, akan membentuk
karakteristik anak yang mandiri, memiliki kontrol diri, interpersonal yang
baik, kooperatif, dan mampu menghadapi stres," kata Tika.
Dia mengingatkan setiap orang tua untuk
menyadari bahwa setiap anak unik dan memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Dengan memahami anak itu unik, maka orang tua menumbuhkan konsep
diri dan citra diri anak secara positif.
Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Karakter
menyelenggarakan kemah virtual pertama di dunia yakni Kemah Karakter Virtual
Anak Indonesia yang diselenggarakan secara virtual pada 6 hingga 9 Juli.
"Mungkin ini kemah virtual pertama di
dunia. Terobosan dan kita melalui kemah ini ingin menjalin hubungan erat antara
siswa dan anggota keluarga," ujar Kepala Pusat Penguatan Karakter
Kemendikbud, Hendarman.
Kemah virtual tersebut diselenggarakan dalam
rangka memperingati Hari Keluarga Nasional dan Hari Anak Nasional. Puncak
kegiatan tersebut pada 24 Juli, yang mana Kemendikbud akan mengumumkan pemenang
dari kegiatan tersebut.
Hendarman menjelaskan Kemah Karakter Virtual
Anak Indonesia tersebut merupakan kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik
dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK.
Tujuan dari kegiatan tersebut yakni
menumbuhkan kecintaan akan Pancasila pada generasi muda, memberikan pemahaman
tentang pentingnya Pancasila dalam kebhinekaan global, mengajak generasi muda
untuk mengamalkan Pancasila pada kehidupan sehari-hari, dan menjalin hubungan
yang semakin erat antara para siswa dengan orang tua dan anggota keluarga dalam
praktik baik sehari-hari.(Antara)
0 komentar:
Posting Komentar