![]() |
Tangkapan layar Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam webinar Mengelola Disrupsi Teknologi Keuangan dan Perubahan Iklim di Jakarta, Jumat (3/7/20).(Foto-Antara) |
SAPA
(JAKARTA) - Bank Indonesia (BI) optimistis perekonomian
Indonesia tahun 2020 tidak mengalami resesi di tengah pandemi COVID-19 karena
sejumlah indikator perdagangan global termasuk ekspektasi masyarakat, mulai
menunjukkan tanda perbaikan.
“Ini masih dini tapi menggambarkan kita tidak
menuju suatu titik resesi sebagaimana dikhawatirkan banyak orang,” kata Deputi
Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam webinar Mengelola Disrupsi Teknologi
Keuangan dan Perubahan Iklim di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, berdasarkan survei BI sebelumnya
indikator ekspektasi masyarakat pada Mei 2020 berada pada titik yang landai,
namun ada harapan penurunannya akan berhenti. Artinya, lanjut dia, ekspektasi
positif dan optimisme mulai tumbuh terhadap perbaikan ekonomi.
Indeks ekspektasi itu berada pada zona yang
optimis dengan indeks 104,9, meski masih turun dibandingkan April 2020 mencapai
106,8.
Data sementara lainnya, lanjut dia,
perdagangan dunia yang mulai dibuka salah satunya di China sebagai salah satu
mitra dagang terbesar Indonesia.
Dampaknya, lanjut dia, indeks manufaktur
Indonesia atau Purchasing Managers Index (PMI) berdasarkan data HIS Markit pada
Mei naik mencapai 28,6, membaik dibandingkan April 2020 mencapai 27,5.
Sedangkan memasuki normal baru pada Juni 2020
kinerja PMI kembali terangkat menjadi 39,1.
“Risiko investasi relatif pada perlambatan
tertahan yang menandakan ada beberapa kegiatan manufaktur sudah mulai bergerak
karena link dengan dibukanya ekspor ke China,” ucapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya
mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2020 mencapai 10,53 miliar dolar AS
atau surplus 2,1 miliar dolar AS dibandingkan impor 8,44 miliar dolar AS.
Sebanyak 17,04 persen ekspor Indonesia menuju China dengan komoditas yang
paling banyak diekspor di antaranya besi dan baja.
“Kinerja ekspor itu relatif ada beberapa
komoditas emas, besi, dan baja, itu relatif baik dan dalam waktu dekat nikel
sepanjang itu segera dibuka akan memberi dorongan ekspor,” katanya
Adapun kategori negara mengalami resesi
apabila selama dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif.
BPS sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal pertama 2020 mencapai 2,97 persen atau menurun
dibandingkan pertumbuhan rata-rata di atas 5 persen.
Namun, untuk triwulan kedua tahun ini, lanjut
dia, pertumbuhan ekonomi RI diperkirakan merosot bahkan Kementerian Keuangan
memproyeksikan mencapai minus 3,8 persen.
“Ini karena ada shock pada suplai dan
permintaan juga desrupsi terhadap suplai,” imbuhnya. (Antara)
0 komentar:
Posting Komentar