![]() |
Suasana calon penumpang di Pelabuhan Jayapura. (Foto-Antara) |
SAPA
(JAYAPURA) - Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jayapura,
Kamis, menemukan ada sejumlah calon penumpang kapal laut yang hendak melakukan
perjalanan dengan KM Dobonsolo kedapatan memalsukan hasil tes cepat COVID-19
yang dikeluarkan Laboratorium Kesehatan Papua.
"Tadi kita temukan ada enam orang yang
melakukan pemalsuan itu. Jadi mereka ini dari hasil tes cepat corona dari
Labkesda dinyatakan reaktif. Tetapi agar bisa lolos, mereka pakai tip-ex
penghapus dan tulis tangan nyatakan bahwa hasil mereka non reaktif," kata
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jayapura Harold M. Pical di Jayapura,
Kamis.
"Kita curiga karena capnya itu tidak
basah. Jadi saya ambil berkas mereka dan langsung ke Labkesda untuk konfirmasi.
Ternyata di register mereka, nama mereka berlima ini reaktif," ujarnya.
Dia mengatakan, modus operandinya, teman
mereka yang hasilnya non reaktif itu, di hapus identitas umum, dia copy
suratnya lalu lima teman lainnya yang hasilnya reaktif tulis nama dan menjadi
non reaktif.
Menurut Harold, kasus pemalsuan ini ditemukan
di Kantor PELNI, Argapura. Sesuai dengan mekanisme yang disepakati dengan pihak
pihak PELNI Jayapura, setiap calon penumpang kapal yang hendak berangkat
membeli tiket dengan menunjukkan surat keterangan sehat berupa hasil tes cepat
kesehatan yang divalidasi oleh petugas KKP Jayapura di tempat itu.
"Oleh karena itu, saran kami dari KKP
Jayapura, agar tidak terjadi pemalsuan lagi, sebaiknya hasil cepat kesehatan
itu pakai ketik, print dan pakai barcode. Bahaya sekali karena nanti tempat
tujuan yang didatangi akan kena Covid baru di sana. Begini-begini ini yang
bikin kasus Covid kita tidak selesai-selesai," katanya.
Menurut dia, sejumlah penumpang yang kedapatan
melakukan pemalsuan surat kesehatan itu rencananya akan berangkat ke Serui,
Sorong, Bau-Bau dan Makassar. Sesuai rencana, KM Dobonsolo akan sandar di
Pelabuhan Jayapura, Jumat besok.
Untuk meningkatkan pengawasan, kata Harold,
pihaknya sudah meminta Satpol PP Kota Jayapura untuk mem-back up tugas mereka.
Kini, 23 petugas yang diturunkan di Pelabuhan Jayapura dari pagi hingga malam
untuk melakukan validasi dokumen kesehatan para calon penumpang, dimana 15
tenaga berasal KKP Jayapura, dua sopir dan enam relawan.
"Tiap hari begitu. Yang penjualan tiket
di Kantor PLNI Argapura kita tempatkan 10 orang sebagai tim yang validasi data
penumpang saat mereka beli tiket. Saya mohon masyarakat jujur agar tidak
membuat kita sibuk dengan kerjaan baru," ujarnya.
Juru Bicara Satuan Tugas Pencegahan dan
Penanganan COVID-19 Provinsi Papua dr. Silwanus Sumule, mengatakan pihaknya
sudah mendengar laporan terkait pemalsuan surat kesehatan ini.
"Kami akan meminta bantuan pihak keamanan
untuk menangani hal ini. Tadi kami sudah bicarakan dan sepakati, hasil tes
cepat kesehatan di Labkesda nanti kita akan usahakan pakai ketik, print dan ada
barcode. Sehingga dengan demikian, orang tidak bisa palsukan lagi," kata
Sumule.
Sementara itu, terkait harga pemeriksaan tes
cepat kesehatan yang kini dipatok oleh Kementerian Kesehatan RI senilai Rp150
ribu per orang, pihaknya belum bisa merealisasikan di Papua karena saat ini,
alat tes cepat kesehatan yang beredar adalah produk luar negeri yang mahal.
"Harga Rp150 ribu itu dengan perhitungan
bahwa alat tes cepat kesehatan corona merupakan produk Indonesia dengan harga
jual sekitar Rp75 ribu sebagaimana disampaikan Menteri Kesehatan,"
ujarnya.
Tetapi harus diingat, tambah dia, untuk
masyarakat di Provinsi Papua, jika melakukan tes cepat corona di fasilitas
kesehatan yang menerima bantuan alat tes cepat maka itu gratis atau tidak
dipungut biaya. Kalau ada yang pungut biaya, lapor ke kami di Satgas dan kita
siap tindaklanjuti," tambah dia.(Antara)
0 komentar:
Posting Komentar