Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob. (Foto-Antara/Evarianus Supar) |
SAPA
(TIMIKA) - Pemerintah Kabupaten Mimika, Papua,
terpaksa akan meminta pinjaman obat malarian jenis primaquine dari Kabupaten
Paniai lantaran persediaan obat tersebut diperkirakan akan habis pada September
2020.
Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob di Timika,
Kamis, mengatakan Pemkab Mimika terus mengupayakan ketersediaan obat malaria
dalam jumlah yang cukup mengingat Mimika merupakan daerah endemis malaria
dengan angka kesakitan yang tinggi.
"Terkait dengan kekurangan stok obat
malaria, kami terus mengusahakan termasuk akan meminjam stok ke kabupaten
tetangga, salah satunya yaitu Kabupaten Paniai, mereka sudah siap bantu untuk
meminjam stoknya ke Mimika. Stok obat primaquine yang ada saat ini hanya bisa
bertahan sampai September," jelas Wabup John.
Ia mengatakan Pemkab Mimika melalui Dinas
Kesehatan sudah lama mengajukan permintaan stok obat primaquine, namun di
tengah situasi pandemi COVID-19 saat ini pabrik yang menyediakan obat tersebut
juga mengalami kesulitan bahan baku.
Menyangkut adanya laporan bahwa sejumlah
fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Timika kini tidak lagi memberikan obat
primaquine kepada pasien terinfeksi malaria, John mengatakan seharusnya hal itu
tidak perlu terjadi.
"Saya kira ini hanya soal koordinasi
saja. Yang jelas persediaan obat itu masih ada di Instalasi Farmasi Daerah
(IFD), hanya saja jumlahnya yang terbatas. Kalau memang persediaan di fasyankes
sudah tidak ada, tinggal diajukan ke IFD," imbaunya.
Primaquine merupakan obat yang digunakan untuk
menangani atau mencegah penyakit malaria, penyakit yang disebabkan oleh parasit
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Primaquine bekerja dengan menghambat
pertumbuhan parasit penyebab malaria dalam tubuh. Primaquine juga digunakan
untuk mencegah malaria kembali muncul.
Di Mimika dan Papua pada umumnya, pasien
terinfeksi malaria selain mengonsumsi obat primaquine (berturut-turut selama 14
hari pada jam yang sama) juga diberikan obat dehidro artemisinin pipraquine
(DHP) Frimal (obat biru).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Mimika
Reynold Ubra mengatakan saat ini persediaan obat primaquine di Mimika tersisa
180 dus yang diperkirakan akan bertahan hingga September.
"Kami sudah mengonfirmasi ke Kemenkes
ternyata bahan baku obat ini baru tersedia akhir tahun ini sehingga
ketersediaan stok di pusat baru akan ada pada 2021. Tentu ini menjadi masalah
bagi Mimika," kata Reynold.
Dinkes Mimika juga telah berkoordinasi dengan
Dinkes Provinsi Papua, namun ternyata stok obat primaquine di Jayapura juga
sudah mulai menipis. (Antara)
0 komentar:
Posting Komentar