SAPA (TIMIKA) – Pengembangan dan kesuksesan SDM suatu daerah tidak terlepas dari “tangan dingin” pemerintah daerah setempat. Perlu adanya perjuangan tanpa akhir dari tokoh-tokoh yang duduk di pemerintahan tersebut, yang dengan penuh kesabaran dan komitmen yang tinggi dalam membentuk serta mengkader berbagai potensi “yang tersembunyi” dari setiap SDM di daerah itu.
Berikut wawancara eksklusif Salam Papua dengan Wakil Bupati
Mimika, Johannes Rettob,S.Sos,M.M, sebagai sosok yang lahir dan besar di tanah
Mimika dari keluarga perintis Mimika, dimana kakek dan neneknya yang tiba di
Mimika sejak tahun 1923, saat Mimika masih gelap dan orangtuanya menyusul tahun
1939 zaman perang dunia kedua, selalu berjuang dengan memberi perhatian penuh,
bahkan perhatian khusus bagi pengembangan SDM anak-anak Amungme dan Kamoro
(Amor) serta 5 suku kekerabatan lainnya di Tanah Amungsa Bumi Kamoro ini.
Wabup John mengaku, bukan sekedar wacana yang keluar dari
ucapan-ucapan manis di tataran konseptual, tapi dirinya secara konsisten
memproyeksikan langkah-langkah konkret dan praktis, meneruskan karya
orangtuanya membangun Sumber Daya Manusia, membuka daerah yang terisolir,
membangun dan membuka daerah ekonomi baru, mempertahankan budaya yang mulai
hilang, dan terus melindungi hak ulayat masyarakat suku asli.
Ketika menjabat di birokrasi pemerintahan sejak sebagai
Kepala Bidang Perhubungan Udara hingga menjadi Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Mimika, dirinya hampir praktis mengutamakan anak-anak Amor. Seperti
halnya, ketika pihaknya membangun lapangan terbang, semua yang bertugas di
bandar udara harus merupakan putra daerah setempat di seputaran Kabupaten
Mimika ini. Misalnya di Jila maka yang bertugas harus orang dari Jila. Di Alama
harus orang Alama. Di Potowaiburu, orang Potowaiburu. Hal ini yang terus
dibangun dan dikembangkan hingga mereka diangkat menjadi tenaga honorer.
“Setelah menjadi honorer, mereka kemudian diikutkan dalam
bimbingan dan pelatihan khusus terkait dengan bidang tugas dan tanggungjawabnya
masing-masing,” ungkapnya.
Bukan saja sampai di situ. Setelah beberapa waktu lamanya,
anak-anak Amor ini, khususnya yang berada di Dinas Perhubungan Kabupaten
Mimika, dia mengaku memperjuangkan mereka hingga akhirnya diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dan ini sudah banyak, terutama bagi anak-anak Amor
yang bertugas di berbagai bandar udara di daerah pedalaman.
Dari sisi Pendidikan anak-anak Amor, perjuangan itu terus
dilakukan, salah satunya saat bekerjasama dengan YPMAK (sebelumnya LPMAK),
untuk menyekolahkan mereka di kampus-kampus yang memberi kepastian tempat kerja
bagi setiap lulusannya.
“Termasuk tahun 2021 ini, saya lagi berjuang dengan biro
Otsus Provinsi Papua dalam wujud kerjasama dengan menggunakan dana Otsus dan
juga bersama YPMAK, agar anak-anak Amor ini disekolahkan juga di sekolah-sekolah
di bawah Kementerian agar mereka lulus langsung mendapat pekerjaan sebagai PNS
dan diharapkan ditempatkan di seluruh Indonesia untuk mendapatkan pengalaman. Tahun
ini juga, secara khusus di Kementerian Perhubungan, kami bekerjasama dengan
YPMAK untuk menyekolahkan 5 orang dari anak-anak Amor dan beberapa anak yang
saya cari, agar nantinya mereka lulus langsung bisa bekerja sebagai PNS di
lingkungan Kementerian Perhubungan atau Dinas Perhubungan Daerah. Kemudian, saya juga bekerjasama dengan pihak
TNI-Polri, baik dengan Polres Mimika, Kodim dan Brigif, untuk membina, melatih
dan mendidik anak-anak Amor secara khusus agar menjadi TNI/Polri,” katanya.
Perjuangan tanpa akhir ini dilakukannya untuk anak-anak Amor
dan juga 5 suku kekerabatan lainnya, termasuk orang Asli Papua yang ada di
Kabupaten Mimika secara umum, supaya mereka dapat menguasai semua ilmu dan
semua bidang serta bisa berada di semua sektor untuk berkarya di pemerintahan,
untuk menjadi “tuan di atas tanahnya sendiri”.
“Untuk itu, secara lebih spesifik, saya selalu mendorong,
mengarahkan dan merekomendasikan putra-putri asli di daerah Mimika ini agar
menempuh Pendidikan Tinggi yang jurusan-jurusannya dibutuhkan di pemerintahan
saat ini,” tegasnya.
Terkait dengan anak-anak Amor yang sudah lulus dari
Perguruan Tinggi namun belum langsung mendapatkan pekerjaan, secara khusus
untuk para Penerbang, yang juga merupakan bidangnya di situ, paling terakhir
ini, ada seorang anak Amungme yang lulus sebagai penerbang dan dia juga
menghadiri sebagai undangan pada prosesi
kelulusannya di Banyuwangi, dirinya pun langsung merekomendasikannya pada
perusahaan operator penerbangan, langsung mengikuti pendidikan khusus untuk
mendapatkan ranting dan saat ini sudah bekerja.
“Ada juga beberapa orang Asli Papua yang saya rekomendasikan
untuk bekerja di Lion Air, Batik Air, Trigana Air dan di beberapa perusahaan
lainnya,” ungkapnya.
Menurut orang nomor 2 di Pemerintahan Kabupaten Mimika ini,
sebenarnya yang perlu dilakukan bagi anak-anak Amor dan 5 suku kekerabatan
lainnya, termasuk juga orang Asli Papua secara umum, adalah perlu dicarikan
solusi yang tepat dan konkret agar mereka dapat bekerja dan menitih karier
sesuai bidang dan hobbynya di tanah ini.
Pembinaan kepada mereka bukan saja dengan ucapan tapi dengan
tindakan langsung melalui perhatian khusus dan diawasi secara baik sehingga
menjadi orang-orang yang profesional. Hal ini harus dilakukan di segala bidang
yang digeluti oleh anak-anak Amor dan 5 suku kekerabatan lainnya ini.
“Kita perlu memberikan tanggungjawab penuh dan pekerjaan
yang tegas kepada mereka. Di mana mereka harus didampingi dan selalu diawasi
dalam setiap pekerjaannya. Jangan kita biarkan mereka. Kita jangan bosan untuk
selalu melatih mereka, dari tidak bisa sampai menjadi bisa. Ada kalanya
pekerjaan yang diberikan kepada mereka tidak cocok dengan bakatnya, maka perlu
ditanyakan langsung kepada mereka terkait pekerjaan yang sesuai dengan yang
mereka inginkan dan kuasai,” ujarnya.
Di samping itu, perlu adanya keberanian untuk memberikan
penghargaan kepada mereka yang loyal dan rajin dalam pekerjaannya, dan juga
memberikan sanksi atau punishment bagi mereka yang tidak bekerja dengan baik
sesuai tuntutan pekerjaan tersebut.
Namun di dalam langkah punishment ini, bukan berarti
langsung “membuang” mereka, tapi perlu untuk kembali menasihati, mengarahkan,
mendampingi dan memberikan “kesempatan kedua” sampai akhirnya mereka mampu
menjadi pribadi-pribadi yang unggul di bidangnya.
“Jika langkah-langkah tersebut sudah dilakukan tapi ada yang
tidak mau berubah, maka dengan ‘berat hati’ harus diberhentikan supaya tidak
mengganggu profesionalitas dan kualitas bidang pekerjaan tersebut namun sekaligus
bagian dari pendidikan,” kembali dia menegaskan.
Kita tidak boleh membiarkan, kita juga jangan bosan untuk
mengawasi, mendampingi dan harus senantiasa memberdayakan dan membina, sebagai upaya
kaderisasi yang dilakukan untuk membentuk mereka menjadi orang-orang yang siap pakai,
siap juang, dan mampu bersaing di berbagai dunia profesionalisme kerja. (Red)
Ayoo.. Kunjungi dan bergabung bersama Dupa88E titik com sarana slot Game online dan sportsbook yang memberikan kenyamanan buat para maniac gamers.!! Bonus bonus yang menakjubkan selalu di persiapkan
BalasHapusuntuk teman teman yang ingin bergabung bersama kami, yuks.. jangan buang waktu segera buktikan kalau Dupa88E titik com paling best ya guys...