![]() |
Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob,S.Sos,MM saat berkunjung ke Bantul Yogyakarta pekan lalu untuk melihat langsung sistem pengolahan sampah di Bank Sampah Gema Ripah Bantul (Foto: Istimewa) |
SAPA (TIMIKA) - Metode penanganan sampah di Kabupaten Mimika harus mengalami transformasi agar sampah tidak hanya menjadi "momok" tapi diharapkan bisa memberi nilai ekonomis bagi warga.
Dari kegiatan kunjungan ke Bantul Yogyakarta pekan lalu
untuk melihat langsung sistem pengolahan sampah di Bank Sampah Gema Ripah
Bantul, Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob,S.Sos,MM menemukan metode efektif
sekaligus menguntungkan dalam proses penanganan sampah.
Dikatakan, keunggulan Bantul sehingga terlihat bersih adalah
menerapkan Bank Sampah di setiap kelurahan dan kecamatan.
Bank Sampah memiliki peran ganda seperti mengurangi quota
sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah bisa menjadi
sumber uang untuk masyarakat, menjadi barang olahan baru yang bisa dijual, dan kota
pasti bersih.
"Untuk Timika, kita harus bisa mencontoh inovasi yang
dilakukan di Bantul, dimana setiap RT dan kecamatan punya bank sampah. Bank
sampah yang memilah sampah-sampah yang sudah dikumpulkan, walaupun membutuhkan
sosialisasi yang banyak dan membuat image bahwa pekerjaan sampah adalah
pekerjaan yang mulia bukan hina, tetapi ternyata mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi," ungkapnya dalam rilis yang diterima Salam Papua, Kamis
(24/6/2021).
Dengan metode Bank Sampah berarti masyarakat sebagai
nasabah. Masyarakat menampung sampah dengan “buku tabungan” namun tidak
langsung dibayar.
"Bank sampah yang kumpulkan sampah-sampah dari
masyarakat lalu dipilah, ada yang diserahkan ke pihak ketiga untuk dikelola.
Bisa jadi kerajinan tangan, pupuk atau bahan bakar. Bank sampah bisa dikelola
oleh masyarakat di tingkat RT, Kelurahan
atau Distrik. Bisa juga oleh pribadi dan badan hukum seperti koperasi. Masyarakat
juga bisa menjadi pihak ketiga dan bekerjasama dengan Bank sampah untuk
mengelola sampah," pungkas Wabup John.
Dalam jangka waktu tertentu setelah sampah sudah
menghasilkan uang, dana yang terkumpul bisa langsung diambil oleh masyarakat,
atau ditukar sembako, membeli pulsa, atau membayar listrik.
"Saya kira kalau metode ini diterapkan, sampah Timika
yang bisa mencapai 250 ton sampai 300 ton perhari bisa berkurang sampai 50
persen. Masyarakat bisa tukar. Ada kategori plastik, kertas, besi, daun-daun
kering atau hidup, sampah dari rumput, organik dan anorganik," ujarnya.
Hal berikut, sampah bisa dikelola menjadi pupuk atau bahan
bakar dalam bentuk koperasi atau organisasi lain. Atau sampah bisa diekspor ke
tempat lain.
"Ini inovasi yang luar biasa. Orang bisa beda punya
kepentingan. Pertama, dia tidak mau daerahnya kotor jadi dia bawa ke bank
sampah. Hal kedua sampah bisa jadi uang. Tentu ini jadi pendorong,"
katanya.
Adapun efek yang ditimbulkan sampah bisa mengurangi
pengangguran karena menciptakan lapangan kerja baru, menambah penghasilan
masyarakat serta mengalihkan perhatian warga pada hal-hal positif.
"Orang tidak sibuk lagi dengan urusan judi, tapi mending
urus sampah karena bisa lebih pasti menghasilkan uang," ujarnya. (Jefri
Manehat)
0 komentar:
Posting Komentar