![]() |
Theysa Nohany Siku (paling kanan) (Foto:Istimewa) |
SAPA (TIMIKA) – Theysa Nohany Siku, wasit pertandingan Bola Basket yang lahir di Mimika pada 11 November 2000 ini harus menelan ‘pil pahit’ di masa mudanya saat ini.
Ironisnya, setelah namanya yang sebelumnya sudah tercatat di
Surat Keputusan sebagai salah satu wasit Putri mewakili Papua dalam memimpin
pertandingan Bola Basket pada PON XX Papua namun digeser ke bidang sekretariat
pertandingan di susunan personalia cabang olahraga Bola Basket PON XX.
Anak dari Bapak Pdt. Severinus Siku dan Ibu Pdt. Andi Eda
ini mengisahkan bahwa dirinya sudah merantau tinggalkan Timika hampir 1 tahun di
Jakarta untuk magang wasit dalam mengejar lisensi, fisik dan sebagainya supaya
dapat menjadi salah satu wasit di pertandingan Bola Basket pada PON XX Papua.
“Saya sampai tinggalkan keluarga, berkorban tenaga dan duit
demi mengejar kerinduan saya agar menjadi seorang wasit profesional yang secara
khusus dapat mengharumkan nama Mimika di kancah Nasional maupun internasional.
Apalagi kan PON XX Papua salah satunya diselenggarakan di Timika sebagai tuan
rumah. Di situ saya mau buktikan bahwa salah satu Putri Daerah Timika bisa
tampil sebagai wasit, khususnya di bidang olahraga Bola Basket,” ujarnya kepada
Salam Papua ketika diwawancarai melalui sambungan telepon, Jumat malam
(3/9/2021).
Echa, begitu sapaan karibnya, mengatakan bahwa untuk menjadi wasit di PON XX, disarankan agar latihan fisik dan mempersiapkan diri untuk penyegaran serta penataran wasit sebelum dilaksanakannya PON XX Papua.
“Saya menunggu itu. Sejak bulan November 2020 saya berangkat
ke Jakarta dan magang menjadi wasit bersama club IBL tim profesional, yang mana
saya sering menjadi wasit sparing-sparing pertandingan uji coba antar club
profesional, termasuk antar club yang akan berlaga di PON XX,” katanya.
Pada tanggal 28 Juli 2021, Echa mendengar informasi yang
membuat dirinya begitu bahagia. Dia mendengar kabar dari salah satu pengurus
Sub PB PON XX Mimika bahwa namanya tercantum sebagai satu-satunya wasit Putri
dari Papua di pertandingan Bola Basket PON XX Papua yang akan digelar di
Mimika.
Informasi tersebut semakin diperkuat dengan adanya Surat
Keputusan (SK) dari Pusat pada bulan Agustus 2021 yang disampaikan melalui
Panitia Pelaksana (Panpel) PB PON XX Papua dan ditembuskan ke Sub PB PON XX
Mimika, bahwa namanya tercatat sebagai wasit pertandingan Bola Basket asal
Mimika pada PON XX Papua.
“Setelah itu, pihak Panpel PB PON XX Papua kemudian meminta
untuk melengkapi persyaratan administrasi seperti surat vaksin covid-19, NPWP
dan sebagainya. Saya sudah kirim semua, dan pihak Panpel PB PON XX menyampaikan
agar menunggu akan ada penyegaran wasit,” ungkapnya.
Namun kemudian berita bahagia itu tidak bertahan lama.
Pemudi yang lahir dan besar di Mimika ini ternyata belum dapat menggapai
cita-citanya untuk membanggakan daerah yang biasa dijuluki tanah Amungsa bumi
Kamoro ini, termasuk juga membanggakan Provinsi Papua.
Pada tanggal 31 Agustus 2021 malam, Echa mengaku ditelepon
oleh seorang pengurus Panpel Sub PB PON XX Mimika bahwa namanya telah digeser
dari wasit ke bidang sekretariat pertandingan cabang olahraga Bola Basket PON
XX.
“Nama saya sudah digantikan dengan wasit yang lain pada
pertandingan Bola Basket PON XX di Mimika, walaupun nama saya masih tetap ada
di SK. Ketika saya minta kepada pihak Panpel PON XX terkait SK Revisi, katanya
belum dikirim,” ungkap Echa dengan nada suaranya yang perlahan-lahan menurun
seakan Dia tidak dapat menutupi kesedihannya.
Tapi beberapa detik kemudian nada suara Echa kembali normal
sembari menegaskan bahwa dirinya tidak lagi sebagai wasit dengan sebuah alasan yang
dia dengar dimana fisiknya tidak masuk dalam nilai rata-rata sebagai wasit.
“Sudah fix dan final saya tidak jadi wasit. Katanya suratnya
sudah keluar dari Perbasi (persatuan bola basket seluruh Indonesia, Red) ke
Panpel PB PON XX terkait nama-nama wasit pertandingan Bola Basket di PON XX,
dan nama saya sudah tidak ada di situ sebagai wasit,” tegasnya.
Ketika ditanya Salam Papua, bagaimana mungkin, jika memang
tidak layak fisik untuk menjadi wasit, harusnya nama Echa tidak ada di SK
sebagai wasit Putri Pertandingan Bola Basket perwakilan Papua pada PON XX?
Kalau ada nama di SK, itu berarti persyaratan fisik ini sudah dinyatakan layak?
Echa menjawab singkat tidak tahu dan mengaku heran.
Kemudian ketika ditanya lagi, setelah adanya SK di mana nama
Echa dinyatakan sebagai wasit, apakah setelah itu pernah dilakukan tes fisik
sehingga akhirnya dinyatakan tidak layak fisik menjadi wasit? Echa pun kembali
menjawab singkat, belum pernah dilakukan.
Fakta ini sepertinya ada ketidakjelasan dari sisi
prosedural.
Dengan kondisi ini, Echa mengaku hanya mau melihat dari sisi positifnya. Dimana bagi Dia yang terutama PON XX Papua dapat terlaksana dengan lancar dan sukses.
“Saya mengambil positifnya saja, yang penting PON XX Papua
dapat berhasil dilaksanakan dan lancar-lancar saja. Dan situasi yang saya
hadapi ini biarlah menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar ke depannya tidak
terjadi seperti ini lagi,” tuturnya.
Meskipun dirinya mengaku kecewa, namun dia tetap berbesar
hati menerima keadaan tersebut dan tetap percaya bahwa Tuhan pasti akan
melakukan yang terbaik bagi dirinya.
“Walaupun saya kecewa, termasuk mungkin keluarga saya juga
kecewa, tapi saya tetap menerima ini serta meyakini bahwa Tuhan yang
mengizinkan ini terjadi dalam hidup saya dan pasti Tuhan sedang mempersiapkan
sesuatu yang terbaik buat diri saya,” tutupnya. (Jimmy)
0 komentar:
Posting Komentar