![]() |
Philipus Patjanan,S.Pd (Foto:SAPA/Acik) |
SAPA (TIMIKA) – Philipus Patjanan,S.Pd yang merupakan seorang guru SD yang telah mengabdi selama 32 tahun di wilayah pesisir pantai dan pegunungan akhirnya meraih gelar Stratum Satu (S1) pendidikan agama Kristen di usianya yang ke 58 tahun.
Bagi sebagian orang, khususnya kaum muda kerap menganggap
bahwa usia bisa saja sebagai pembatas untuk meraih gelar atau title. Namun bagi
Philipus, pendidikan bukan persoalan usia muda ataupun tua, tetapi bagaimana
orang terus belajar dan belajar untuk membentuk karakter pribadi ataupun untuk
kembali mendidik generasi bangsa, khususnya di Papua.
Tanggungjawabnya sebagai guru tentunya membuat dia terlambat
meraih gelar dan hanya berpegang pada gelar D2 yang telah diraihnya di tahun
2002 silam. Raih gelar S1 menurut dia bukan suatu keberhasilan jika ia belum
memastikan anak-anak pedalaman tahu membaca, menulis dan menghitung.
Diperkuat dengan jam
terbang, ia pun bertekat menempuh perkuliahan. Hingga akhirnya, pada Rabu
(15/9/2021), bertempat di Cenderawasih hotel dan resto 66, Philipus menjadi
salah satu wisudawan bersama 39 wisudawan/ti lainnya setelah menempuh kurang
lebih empat tahun perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Oikumene
Timika, kampus yang berada di bawah naungan Kementerian Agama RI dan diketuai
oleh Yance Numberi, S.Ag,M.Mis.
“Long Life Education. Kita harus belajar terus menerus
seumur hidup kita. Pendidikan ini tidak dibatasi usia asalkan punya kemauan dan
tekat. Saya benar-benar serius mendidik anak-anak di pedalaman, sampai akhirnya
mereka keluar dari ketertinggalan. Nah karena saya terlalu lama di pedalaman,
akhirnya saya ketinggalan pendidikan untuk diri saya sendiri. Makanya begitu
kembali ke kota saya langsung mengikuti pendidikan untuk raih gelar S1, tetapi
untuk D2 sudah saya raih tahun 2002 lalu dan diwisuda di Fak-Fak,” tuturnya.
Dia bahkan bertekad akan melanjutkan pendidikan hingga meraih
gelar S2.
“Siapapun dan usia berapapun kalau mau kuliah, ya lanjutkan
kuliah. Saya pun masih mau kuliah lagi untuk raih gelar lebih dari gelar S1
ini,” katanya.
Philipus pernah mengajar di SDN Gasalema Distrik Mapanduma,
Kabupaten Nduga selama 10 tahun. Gasalema sendiri ketika itu masih bagian dari
Kabupaten Mimika, akan tetapi pendidikan masih belum menyentuh.
Memanusiakan manusia, bukan hal yang sulit ketika gurunya punya
tekat dan rasa tanggungjawab. Seberat apapun medan tugas, tentunya akan merasa
sukses ketika anak-anak didiknya bisa membaca, menulis dan menghitung serta
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Waktu itu Gasalema itu, masih termasuk dalam wilayah
Mimika, tapi pendidikan belum masuk. Makanya Kepala Dinas Pendidikan yaitu Pak
Ausilius You minta saya untuk mengajar ke sana,” ujar sosok guru yang merupakan
alumni PGAKP Tual, Maluku Tenggara tahun 1986 ini.
Dari Tual, ia berangkat ke Kabupaten Fak-Fak tahun 1987,
selanjutnya diangkat menjadi PNS di Fak-Fak
tahun 1988-1989. Kemudian ia bersama beberapa orang lainnya dikirim ke
daerah terpencil di Mimika.
“Sekarang ini saya mengajar di SDN 5 di SP2 Kelurahan
Wanagon,” katanya.
Ia pun menilai adanya perbedaan pendidikan di zaman dahulu
dan saat ini. Dimana, di zaman sekarang pendidikan semakin maju mengingat telah
didukung dengan sarana transportasi dan komunikasi.
“Karena itu dengan kemajuan sekarang, maka sangat
disayangkan kalau pendidikan kita tertinggal. Saya berharap supaya pendidikan
terus maju. Apalagi saat ini Mimika lagi persiapan menjadi ibu kota Papua
Tengah. Jadi bagaimana kita persiapkan SDM kita untuk Papua Tengah itu,”
pungkasnya.
Philipus pun mendapat apresiasi dari Wakil Bupati Mimika,
Johannes Rettob,S.Sos,MM yang disampaikan dalam kata sambutannya pada acara
Wisuda STAK Oikumene Timika Tahun Akademik 2021/2022 ini. (Acik)
0 komentar:
Posting Komentar