SAPA (TIMIKA) – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI, Erick Thohir meresmikan program investasi Sosial PT. Freeport Indonesia (PTFI) yang dijalankan oleh Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) di Mimika, Senin (4/10/2021).
Di samping meresmikan dan menandatangani prasasti program
investasi sosial PTFI, Erick Thohir turut menyaksikan penandatanganan MoU YPMAK
dan BRI terkait program pengembangan ekonomi mandiri melalui Dana Bergulir,
serta penandatanganan MoU antara PTFI dengan 8 SMK di Timika terkait program
peningkatan kompetensi guru SMK.
Kegiatan ini diselenggarakan di Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) di Jalan Kutilang SP4 Timika, dimana Menteri BUMN Erick Thohir didampingi Presdir PTFI Tony Wenas, dan Wakil Presdir PTFI Jenpino Ngabdi, Direktur PTFI Claus Wamafma dan Direktur YPMAK, Vebian Magal.
Dalam sambutannya, Erick Thohir menekankan persoalan
pentingnya pendidikan bagi anak Papua. Sebab, menurut dia, sebagai anak
Indonesia, jika punya pendidikan dan kualitas maka akan jadi besar.
Erick mengisahkan tentang dirinya yang selalu diajarkan oleh
ayahnya bahwa manusia yang termahal adalah memiliki kapabilitas dan kualitas.
“Uang itu bisa hilang, tapi kalau kita punya pendidikan dan
kualitas, maka kita akan menjadi besar. Karena dengan bersekolah, saya tidak
menyangka saya bisa mendirikan perusahaan besar dan sekarang diberikan amanah
oleh Presiden untuk jadi menteri BUMN,” katanya.
Erick juga mengungkapkan, melalui pelaksanaan PON XX, Papua mampu menunjukkan kepada dunia bahwa “Torang Bisa”.
Ia pun berharap kepada seluruh anak Papua dan orang
Indonesia lainnya yang hidup di Papua untuk memastikan keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi di Papua, seiring dengan kemajuan bangsa Indonesia.
“Saya titipkan kepada PTFI yang merupakan perusahan besar.
Yang tadinya punya Amerika, tapi sekarang punya Indonesia 51 persen. Karena
PTFI punya Indonesia, jadi investasi sosialnya harus lebih bermanfaat lagi,”
ujarnya.
Dirinya mengaku pernah berkomunikasi dengan pimpinan PTFI
untuk menyediakan beasiswa bagi atlet-atlet Papua.
“Saya pernah berkomunikasi bersama Pak Tony dan Pak Claus
agar PTFI juga sediakan beasiswa untuk atlet-atlet Papua serta mencari pelatih
yang paling terbaik. PTFI punya fasilitasnya, seperti lapangan sepak bola,
basket, futsal dan yang lainnya. Saya pikir harus ada juga beasiswa untuk para
atletnya,” ujarnya.
Hal ini sesuai dengan harapan Presiden Jokowidodo. Dimana
dengan terselenggaranya PON XX di Papua, maka Papua harus menjadi sumber
prestasi olahraga Indonesia yang sudah dibuktikan sejak lama oleh anak-anak
Papua.
Namun, bagaimanapun pendidikan harus menjadi bagian dari
prestasi atlet-atlet Papua. Atlet harus juga berpendidikan. Mengingat, jika
hanya sebagai atlet, masanya sangat pendek dan prestasinya hanya lima sampai
sepuluh tahun. Berarti kalau atlet tidak punya tabungan pendidikan, maka dia
akan terlantar.
“Kita tidak mau menjadi pemimpin yang berdosa, karena telah
menelantarkan pahlawan Merah-Putih. Ketika tua mereka tidak bisa berbuat
apa-apa,” tuturnya.
Sementara itu, Presdir PTFI, Tony Wenas saat menyampaikan
sambutannya mengatakan bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal yang
terpenting dalam perusahaan PTFI. Telah 54 tahun PTFI berada di Papua dan
diyakini bahwa tidak ada perusahaan yang sukses di tengah masyarakat yang
gagal. Untuk itu, motto PTFI adalah “Tumbuh dan Berkembang Bersama Masyarakat”.
“Program-program PTFI sangat banyak dan saat ini pun kami
sangat senang ketika Bapak Menteri BUMN bisa menyaksikan peresmian program yang
disebut Investasi Sosial ini. Terimakasih kepada Menteri BUMN yang telah
bersedia hadir,” kata Tony di hadapan Menteri BUMN, Senin (4/10/2021).
Pria yang memiliki nama lengkap Clayton Allen Wenas ini menjelaskan, sejak tahun 1992 hingga saat ini telah ada sebesar 1,8 Miliar US Dollar atau sekitar Rp 25 triliun investasi sosial yang dilakukan oleh PTFI. Ke depannya sampai tahun 2041 diperkirakan akan dialokasikan anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk investasi sosial tersebut.
“Itulah komitmen kami baik yang dilakukan bersama YPMAK
maupun langsung oleh PTFI sendiri,” ujarnya.
Penjelasan yang sama juga disampaikan Direktur YPMAK, Vebian
Magal. Ia mengatakan bahwa investasi
sosial yang telah PTFI lakukan sangat luar biasa untuk masyarakat dua
suku asli yaitu Amungme dan Kamoro serta lima suku kerabat yang berdomisili di
Mimika.
Dimana mulai tahun 1996 hingga 1998, PTFI menjalankan
program pengembangan wilayah Timika terpadu. Tahun 1999 hingga 2002 berdiri
Lembaga Pengembangan Masyarakat Irian Jaya. Dilanjutkan pada tahun 2003 hingga
2019 berubah nama menjadi Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro
(LPMAK), yang mana meski lembaga ini mengatasnamakan dua suku asli, akan tetapi
substansi pelayanannya juga menjangkau lima suku kerabat dan Papua serta non
Papua yang punya jasa untuk Kabupaten Mimika. LPMAK saat ini berubah menjadi
yayasan (YPMAK).
“Setelah berubah menjadi YPMAK, fokus pelayanannya tidak
berubah. Yayasan ini mengelola tiga program besar serta program dukungan
lainnya. Tiga program besar itu ialah bidang Kesehatan meliputi pelayanan di
RSMM, Klinik Terapung dan pelayanan dokter terbang di pedalaman. Bidang
Pendidikan, yang mana sampai saat ini dari SD hingga ke Perguruan Tinggi ada
3067 siswa yang dibiayai. Kesehatan dan Pendidikan itu dilibatkan mitra,
sehingga untuk pendidikan ada sekitar 23 mitra yang terdiri dari 3 yayasan, 2
SMA dan 17 Perguruan Tinggi,” kata Vebian.
Untuk saat ini program kampung di bidang Ekonomi, YPMAK bekerjasama dengan BRI, agar masyarakat secara mandiri dapat melakukan kredit guna pengembangan usahanya. Untuk urusan ini, YPMAK membentuk kelompok kerja (Pokja) di kampung-kampung untuk mengembangkan ekonomi.
“Program dukungan lain yang dilakukan adalah dalam penanganan
pandemi covid-19. Program ini salah satunya di Sekolah Asrama Taruna Papua
(SATP) menjadi tempat bebas covid-19. YPMAK juga membantu Pemkab Mimika,
Pemprov Papua, Pemerintah Pusat serta PMI Pusat,” kata Vebian. (Acik)
0 komentar:
Posting Komentar