Suhandi (ketiga dari kanan mengenakan baju ungu) foto bersama anaknya, Yulianti (ketiga dari kiri) dan relawan serta sejumlah tukang di rumah baru Suhandi yang sedang dibangun (Foto:SAPA/Yosefina) |
SAPA (TIMIKA) – Lima
belas perempuan di Timika yang membentuk kelompok Relawan Teras Peduli sudah
membantu begitu banyak orang di Timika.
Salah satunya Suhandi, pria berusia kurang lebih 50 tahun
yang selama ini menempati rumah yang tidak layak huni di Gang Durian, Jalan
Hasanuddin, Timika, Papua.
Para relawan ini tergerak hatinya membangun rumah untuk
Suhandi begitu melihat rumahnya yang tidak layak huni.
Bagaimana tidak, Rumah Suhandi yang beratapkan seng dan hanya
sebagian dinding yang terbuat dari kayu. Suhandi dan putrinya tidur beralaskan
kasur yang sangat tipis.
Rumah hanya satu ruangan tanpa kamar ini beralaskan tanah
sehingga untuk masak, makan, dan tidur hanya dilakukan di satu ruangan itu.
Kamar mandi di samping rumah dibuat dari seng dan terpal bekas tanpa atap dan
tidak memiliki toilet.
“Jadi kalau mereka buang air besar ada kayu yang dipalang
untuk duduk terus gali lubang nanti lubangnya ditutup lagi dengan tanah,” kata
Mardiana Natalia Waa, yang merupakan relawan Teras Peduli saat ditemui Salam
Papua di lokasi pembangunan rumah Suhandi, Rabu (10/11/2021).
Ia pun menceritakan awal mula mengetahui rumah Suhandi, saat
ia dan rekan-rekannya membagikan Sembako kepada keluarga-keluarga kurang mampu
di Gang Durian.
Begitu mengetahui kondisi rumah Suhandi, saat itu ia dan
rekan-rekannya langsung open donasi melalui media sosial untuk pembangunan
rumah Suhandi yang perkiraan anggarannya mencapai Rp 45 juta.
Ternyata banyak yang tergerak hatinya, ada yang membantu
dalam bentuk uang, material dan tenaga, ada juga yang menyiapkan makanan untuk
tukang yang bekerja.
Tukang-tukang yang membangun rumah itu hanya satu saja yang
dibayar, sedangkan tukang-tukang lainnya mau membantu secara sukarela.
Kepala PLN Timika secara pribadi membantu pemasangan listrik
secara gratis di rumah itu, ada sejumlah tokoh bangunan juga memberikan harga lebih
murah dari harga seharusnya.
Kelompok relawan ini pun memberi kesempatan kepada siapapun
yang ingin membantu dalam bentuk uang, bahan bangunan dan tenaga untuk
kelancaran pembangunan rumah Suhandi yang ditinggal pergi istrinya dengan pria
idaman lain 8 tahun lalu, saat anak gadis mereka masih berusia 10 tahun.
“Syukurlah banyak yang tergerak hatinya, pembangunan mulai berjalan
tapi kita masih membutuhkan banyak dana. Siapapun yang ingin membantu dalam
bentuk apa saja bisa menghubungi saya di nomor 0822-3906-916,” katanya.
Rumah yang sedang dibangun merupakan rumah semi permanen seluas
8x5 meter persegi di atas lahan seluas 10x10 meter.
Dinding setengah tembok, menggunakan kayu besi dan kayu
putih, untuk kerangka rumah semuanya menggunakan kayu besi. Bangunan rumah
itu terdiri dari dua kamar tidur, dapur, kamar mandi, teras dan lantai
keramik. Sementara untuk Lahan tersebut merupakan milik Suhandi.
Ia sangat berharap bantuan terus mengalir agar pembangunan
rumah itu cepat selesai karena saat ini, Suhandi tidur di Masjid Al Aqsho
Timika dan putrinya Yulianti menumpang di rumah tetangga.
“Kasihan bapak tidur di Masjid, anaknya numpang di rumah
tetangga sampai bangunan rumah selesai,” katanya.
Suhandi memiliki keterbatasan dalam berbicara sehigga Salam
Papua tidak bisa mewawancarainya.
“Bapak agak susah bicara, tidak jelas, saya juga tidak
mengerti apa yang bapak bilang, anaknya yang mengerti,” ujar Mardiana.
Yulianti, anak gadis dari Suhandi yang kini berusia 18 tahun
dan duduk di kelas 1 SMK Harapan Aweida Timika mengaku sangat bersyukur dan
berterimakasih kepada Relawan Teras Peduli yang sudah membantu membangunkan
rumah untuknya dan ayahnya.
Ia mengatakan, dalam keseharian ayahnya bekerja sebagai
Marbot di Masjid Al Aqhso Timika yang digaji Rp 2 juta perbulan dan juga
memetik buah kelapa yang dibayar Rp 1000 per buah. Namun pekerjaan memetik buah
kelapa ini tidak dilakukan tiap hari, hanya jika ada permintaan.
Penghasilan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan membiayai pendidikannya.
“Hidup kami susah tapi bapak mau saya harus sekolah, saya sekarang kelas 1 di SMK Harapan Aweida,” katanya. (YOSEFINA)
0 komentar:
Posting Komentar