Translate

Anggota Dewan Beri Tanggapan Keras Pelayanan Kesehatan Berujung Maut di RSMM Mimika

Bagikan Bagikan
Yohanis Felix Helyanan (Dok:SAPA)

SAPA (TIMIKA) – Beredarnya video berdurasi 2.27 menit di masyarakat Kabupaten Mimika melalui media sosial terkait tindakan medis di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) atas seorang pasien perempuan lantaran kain kasa yang tertinggal di dalam perutnya dan akhirnya meninggal dunia mendapat tanggapan keras dari anggota DPRD Mimika.

Wakil Ketua II DPRD Mimika, Yohanis Felix Helyanan menyayangkan pelayanan medis yang berujung maut tersebut dan hal itu menurut dia menunjukkan kebobrokan pelayanan RSMM di Kabupaten Mimika.

“Saya lihat pelayanan di Rumah Sakit Mitra Masyarakat ini sudah tidak seperti yang kita harapkan. Saya berbicara sebagai wakil rakyat bahwa peristiwa ini menunjukkan pelayanan yang tidak maksimal dan tidak penuh kasih serta meresahkan kami sebagai masyarakat,” katanya saat menghubungi Salam Papua, Kamis (9/12/2021).

Bahkan dirinya mengaku pernah melihat sendiri penanganan pasien gawat darurat terlalu lambat mengambil tindakan secara profesional dari sisi medis.

“Kami sudah pernah merasakan itu waktu pak Ketua DPRD Robby Omaleng hingga meninggal dunia. Bagi kami yang melihat langsung saat itu pelayanannya tidak maksimal. Itu salah satu contoh yang saya bisa ungkapkan. Itu karena banyak hal yang selama ini terselubung dan tidak berani diangkat terkait pelayanan buruk dari Rumah Sakit ini,” ujarnya.

Pelayanan seperti ini jangan sampai menodai pelayanan gereja, sebab Rumah Sakit ini berada di bawah Yayasan Charitas, sebuah yayasan dalam naungan Keuskupan Mimika.

“Kami tidak ingin pelayanan bagi masyarakat oleh RSMM yang dikelola oleh Yayasan Charitas yang notabene berada di bawah Keuskupan Mimika, tidak lagi menunjukkan pelayanan kasih,” ungkapnya.

Rumah Sakit itu, lanjut dia, difasilitasi oleh masyarakat yang mendapatkan dana 1 persen dari PT. Freeport Indonesia melalui Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme-Kamoro (YPMAK, sebelumnya LMPAK).

“Setiap tahunnya YPMAK menggelontorkan dana yang begitu besar untuk pelayanan kesehatan di Rumah Sakit ini, khususnya bagi masyarakat 2 suku besar dan 5 suku kekerabatan lainnya di Kabupaten Mimika ini. Artinya, mereka (masyarakat) yang punya Rumah Sakit ini, sehingga mereka tidak perlu membayar untuk pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tersebut,” tuturnya.

Untuk itu dirinya meminta pihak Keuskupan Mimika dan YPMAK untuk mengevaluasi manajemen yang biasa disebut orang Rumah Sakit Charitas itu.

“Jangan masyarakat dibodoh-bodohi sehingga menimbulkan korban seperti ini, yang rugi itu masyarakat serta yang pasti mencoreng nama baik Pemkab Mimika dan Yayasan Charitas yang berada di bawah naungan gereja Katolik. Jangan datangkan dokter-dokter dan petugas medis yang berorientasi pada bisnis dan mencari popularitas untuk kepentingan diri sendiri, yang pada akhirnya mengorbankan masyarakat di daerah ini,” ungkapnya.

Di samping itu, dia juga meminta pihak Kepolisian untuk “turun tangan” memproses hukum dokter atau tenaga medis yang menangani pasien sampai akhirnya berujung pada kematian ini.

“Jadi kasus ini harus diproses hukum oleh pihak kepolisian. Jangan sampai ada upaya melindungi oknum dokter atau tenaga medis tersebut dengan alasan kode etik, yang salah tetap salah. Jangan dikasih ampun, harus diproses sampai tuntas. Bila perlu dokternya itu ditangkap dan dimasukan ke penjara, supaya menjadi efek jera dan sebagai perhatian khusus bagi dokter dan tenaga medis lainnya agar tidak melakukan pelayanan yang asal-asalan,” tegasnya. (Red)

Bagikan ke Google Plus Bagikan ke WhatsApp

0 komentar:

Posting Komentar