Translate

Warga Empat Kampung di Tembagapura Sampaikan Enam Aspirasi Saat Reses Ketua dan Anggota DPRD Mimika

Bagikan Bagikan

 

Mama Martina Natkime  sebagai perwakilan warga empat kampung di Distrik Tembagapura yakni Kampung Banti Satu, Banti Dua,  Kimbeli dan Opitawak menyerahkan aspirasi kepada Ketua DPRD Mimika, Anton Bukaleng, S.Sos.
(Foto: SAPA/Acik)

SAPA (TIMIKA) – Warga empat kampung di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, yakni Kampung Banti Satu, Banti Dua, Opitawak dan Kimbeli menyampaikan enam aspirasi saat reses Ketua dan Anggota DPRD Mimika, Anton Bukaleng, S.Sos, Aleks Tsenawatme, Ancelina Beanal  dan Aloisius Paerong.

Reses tahap I Tahun 2022 di wilayah daerah pemilihan (Dapil) lima yang diikuti warga empat kampung dan dipusatkan di halaman SD Negeri Banti Dua pada Sabtu (26/3/2022), dihadiri juga oleh Kepala Distrik Tembagapura, Thobias Yawame, perwakilan Manajemen PT Freeport Indonesia (PTFI) dan aparat Keamanan.

Enam aspirasi tersebut yakni, warga meminta  Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika segera membangun kembali rumah sakit permanen di Kampung Banti.

Selama ini karena tidak ada rumah sakit jika warga sakit harus dievakausi ke Rumah Sakit Tembagapura di Mile 68.

Namun setelah tiba di rumah sakit tersebut  jika pasien tidak  terdaftar dalam file PTFI maka petugas medis menganjurkan agar pasien dibawa ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat di Timika.

Setelah pasien sembuh menghadapi kendala lain lagi, tidak ada kendaraan untuk kembali ke kampung.

Selain itu, sejak  tidak ada lagi rumah sakit di kampung tersebut, kurang lebih 10 mama terpaksa melahirkan di dalam bus milik TNI-Polri. Pasalnya tidak ada transportasi dari Kampung Waa-Banti ke RS di Mile 68, sehingga sangat diharapkan Pemkab Mimika dan PTFI menyediakan mobil emergency untuk melayani masyarakat Waa-Banti.

Aspirasi berikut, masyarakat berharap Pemkab Mimika membangun kembali gedung sekolah agar anak-anak Waa-Banti bisa bisa bersekolah dengan baik seperti anak-anak di daerah lain.

Selanjutnya, perbaikan atau pembangunan kembali  rumah-rumah warga agar bisa layak dihuni seperti sebelum warga dievakausi ke Timika beberapa waktu lalu akibat terjadi konflik sosial.

Rumah-rumah yang saat ini ditempati warga tidak  layak, karena sudah bocor sehingga warga kebasahan saat hujan.

Fasilitas dalam rumah juga sudah rusak parah dan harus diperbaiki.

Warga juga minta segera kembalikan mobil atas nama tiga kampung, karena selama ini masyarakat mengalami kesulitan untuk pulang pergi Timika- Tembagapura.

Tiga mobil tersebut sudah diserahkan PTFI kepada  warga melalui kepala suku dan telah ada kesepakatan mobil itu dipakai warga sampai PTFI berhenti beroperasi.

Aspirasi selanjutnya masyarakat ingin dibangunkan pasar  di Waa-Banti agar mama-mama tidak lagi jalan jauh memikul noken berisi hasil kebun ke Pos 4 Mile 68 untuk dijual.

Terakhir masyarakat harap setiap ada penerimaan karyawan baru di PTFI harus memperhatikan generasi muda di kampung Waa-Banti yang merupakan putera-putri asli Nemangkawi, yang punya gunung emas dan berada di dalam wilayah operasi tambang PTFI. Saat ini generasi Nemangkawi banyak yang masih pengangguran.

Usai menyampaikan aspirasi secara lisan, perwakilan warga Mama Martina Natkime menyerahkan aspirasi secara tertulis kepada Ketua DPRD Mimika.

Menanggapi aspirasi warga ini, Ketua DPRD Mimika, Anton Bukaleng, S.Sos mengatakan enam permintaan yang disampaikan itu bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemkab Mimika, tapi juga PTFI.

Sehingga pihaknya akan mengundang PTFI untuk sama-sama membahas persoalan itu.

Anton mengatakan enam poin yang disampaikan itu bukan hanya usulan warga empat kampung tapi juga usulan kampung lain yakni Aroanop, Takambera dan Kalikabur.

“Aspirasi yang mereka sampaikan ini sudah diskusikan sebelumnya,” kata Anton.

Selain enam poin itu masih ada lagi satu kebutuhan mendasar warga yang perlu segera diperhatikan yaitu perbaikan jembatan penghubung Kampung Kimbeli dan Banti Dua yang mulai rusak karena terkikis air sungai.

Ia mengatakan terkait permintaan warga agar PTFI mengembalikan tiga mobil yang selama ini digunakan warga, merupakan. yang perlu diperhatikan karena mobil itu dulu diserahkan pihak PTFI kepada warga melalui kepala suku.

“Perjanjiannya saat itu tiga mobil itu tetap digunakan warga sampai PTFI berhenti beroperasi. Warga butuh mobil  itu untuk pulang pergi Timika. Mobil itu juga digunakan untuk evaluasi warga yang sakit,” kata dia.

Sementara itu terkait perekrutan karyawan, menurut  Anton PTFI harus mengakomodir generasi asli Tembagapura, karena kampung mereka ada di wilayah operasi PTFI.

“Mereka yang memiliki gunung emas itu sehingga selama PTFI beroperasi mereka harus dilayani dan diperhatikan,” ujarnya.

Ia mengatakan semua aspirasi yang diterima akan dilanjutkan ke Pemkab Mimika dan PTFI.

“Yang jadi tanggung jawab Pemkab akan kami bahas dengan Pemkab dan  yang jadi tanggung jawab PTFI akan kami bahas dengan PTFI,” pungkasnya.

Saat reses itu Ketua dan Anggota DPRD Mimika juga menggelar bakar batu bersama warga.

Wartawan: Acik
Editor: Yosefina


Bagikan ke Google Plus Bagikan ke WhatsApp

0 komentar:

Posting Komentar