![]() |
Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob menghadiri acara seremonial pembukaan Pesparawi Nasional di Candi Prambanan Yogyakarta. (Foto: Istimewa) |
Dalam rilis yang diterima Salam Papua Selasa (21/6/2022), Johannes Rettob berpesan kepada seluruh peserta dari Tanah Papua menampilkan yang terbaik demi memuji dan memuliakan nama Tuhan, serta menjaga sikap dan prilaku untuk menjaga nama baik Tanah Papua.
“Peserta yang ikut lomba ini tidak hanya membawa nama baik dirinya sendiri tapi bawa nama baik Tanah Papua jadi jaga sikap dan prilaku. Tampilkan yang terbaik demi kemuliaan nama Tuhan,” pesan Johannes.
Event tiga tahunan yang diikuti 8.144 peserta dari 34 provinsi dan mengusung tema ‘Harmony in Diversity’ itu digelar sampai tanggal 26 Juni mendatang.
![]() |
Seremonial pembukaan Pesparawi Nasional di Candi Prambanan Yogyakarta. (Foto: Istimewa) |
Selain itu Pesparawi juga memiliki makna meningkatkan hubungan beragama bagi sesama umat Kiristiani dan antarumat beragama lainnya serta menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme sehingga menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghargai agama masing-masing.
“Dalam konteks masyarakat majemuk, Pespawari yang diselenggarakan bergantian memberikan sumbangsih dalam menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme dan mengembangkan kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia. Pesparawi jug sebagai salah satu implementasi moderasi beragama, pasalnya sekat-sekat dan dinding pemisah dikesampingkan kemudian diganti dengan tali persaudaraan,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyampaikan, paduan suara tidak hanya sekadar tentang indah dan merdunya suara, namun dalam paduan suara diperlukan keselarasan dan kesadaran untuk saling mengisi demi mencapai performa terbaiknya.
Apabila dimaknai secara filsafat, paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Yogyakarta, yaitu sawiji greget, sengguh, ora mingkuh. Ajaran itu lahir dari buah pikir Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang juga peletak dasar Kasultanan Ngayogyakarta.
“Sawiji dapat dimaknai sebagai konsentrasi atau penjiwaan total tanpa menjadi tak sadarkan diri. Greget adalah semangat atau dinamika batin tanpa menjadi kasar. Sengguh berti penuh percaya diri, namun tetap low profile, tanpa menjadi sombong. Ora mingkuh adalah pantang mundur dengan tetap menjaga disiplin diri dan tanggung jawab. Falsafah ini mewakili totalitas sikap manusia dalam hidupnya, baik dalam hubungan dengan sesamanya maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa," ungkap Sri Sultan.
Ia berharap dengan diselenggarakan Pesparawi di Yogyakarta peserta bisa lebih mengenal nilai budaya dan kearifan lokal daerah yang dijuluki kota pelajar itu. "Semogalah pula, para peserta masih sempat menghirup suasana Yogyakarta dengan serba kesahajaannya, di tengah-tengah senyum ramah masyarakat, khasanah wisata, dan budaya yang melingkupinya," pungkasnya.
Wartawan/Editor: Yosefina
0 komentar:
Posting Komentar