![]() |
Pihak Dinkes Mimika menyerahkan Hasil Riskesdas kepada Plt Bupati Mimika Johannes Rettob dan VP PTFI Clause Wamafma di salah satu hotel di Jalan Budi Utomo Timika (Foto:salampapua.com/Yosefina) |
SALAM PAPUA (TIMIKA) - Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Mimika, Johannes Rettob berharap hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang diumumkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika tidak hanya disimpan tetapi menjadi landasan pembangunan Kabupaten Mimika Tahun 2023 mendatang.
“Jadi selesai ini kasih kepada semua OPD supaya bisa
menyusun program untuk Tahun 2023. Nanti kita kolaborasi juga dengan
teman-teman dari Freeport dengan YPMAK supaya kita keroyok sama-sama,” ungkap Jhon
dalam sambutannya pada kegiatan diseminasi hasil Riskesdas di salah satu hotel
di Jalan Budi Utomo Timika, Jumat (30/9/2021).
Ia menyebutkan riset semacam ini seharusnya dilakukan pada
tahun pertama Bupati Mimika dan dirinya selaku Wakil Bupati Mimika dalam
memimpin kabupaten ini.
Meskipun demikian Johannes mengapresiasi Riskesdas tersebut akan
menjadi pijakan dalam menyusun rencana pembangunan di setiap sektor untuk
mendukung masyarakat menjadi sehat.
“Kalau sehat pasti sejahtera, kalau dia tidak sehat dia
tidak akan sejahtera,” ujarnya.
Dalam hal ini, Dia menyampaikan terima kasih kepada pihak PT
Freeport Indonesia (PTFI) yang telah membiayai secara penuh kegiatan tersebut.
“PTFI punya inisiasi yang luar biasa telah membantu Pemkab Mimika
dalam melaksanakan riset ini. Selanjutnya kita pakai sama-sama sebagai dasar
untuk pembangunan semua bidang,” tegasnya.
Sementara itu Direktur dan sekaligus Vice President Sustainable
Development PTFI, Clause Wamafma menjelaskan riset ini memakan waktu hampir
lebih dari tujuh bulan. Ada banyak sekali tantangan dari awal, namun ia merasa
bangga dengan kerjasama ini.
Menurutnya riset ini momotret seluruh upaya keras dari
pemangku-pemangku kepentingan dan juga menjadi media berinteraksi antara PTFI
dan pemerintah daerah.
“Hari ini bisa dilihat kerja keras dalam riset yang
dilakukan dengan pendekatan ilmu pengetahuan ini bisa dibuktikan,” ungkapnya.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold
Ubra mengatakan hasil Riskesdas Kabupaten Mimika tahun 2021, penyusunannya
berkolaborasi dengan PTFI dan Yayasan Pusat Inovasi Kesehatan (PIKAT)
Universitas Udayana.
Reynold mengungkapkan Riskesdas merupakan program
Kementerian Kesehatan yang selalu dilakukan dalam skala nasional setiap lima
tahun sekali, dan hasil Riskesdas komprehensif di Mimika tersebut merupakan
yang pertama di Indonesia dengan skala kabupaten.
Riskesdas Mimika 2021 terlaksana dengan mengembangkan hasil
Riskesdas Indonesia 2018, termasuk dalam penentuan sampel, penggunaan sampel,
indikator, serta kuesioner penelitian pada tahun 2018.
“Riskesdas Mimika 2021 ini melengkapi hasil Riskesdas 2018
di tingkat provinsi dan nasional. Kami meyakini, hasil riset ini akan membantu
masyarakat Mimika merasakan peningkatan kualitas kesehatan melalui perencanaan
program kesehatan yang lebih terpadu dan terintegrasi dari seluruh pemangku
kepentingan di Mimika,” katanya.
Dijelaskan, metode riset atau metode penelitian yang digunakan
adalah desain potong lintang di tingkat kabupaten dengan unit sampel keluarga.
Dalam riset tersebut ada sekitar 30 kampung yang menjadi sampel dengan total
individu yang disurvei adalah 10.502 orang.
“Data yang dikumpulkan adalah data wawancara untuk diagnosis
penyakit, akses pelayanan dan perilaku kesehatan termasuk konsumsi makanan dan
aktivitas fisik data lain yang dikumpulkan adalah data pengukuran untuk status
gizi dan data pemeriksaan biomedis, pemeriksaan , untuk penyakit menular,
faktor resiko penyakit tidak menular, dan kadar mineral dalam darah dan urin,”
paparnya.
Berdasarkan hasil Riskesdas terkait dengan akses masyarakat
ke fasilitas kesehatan menurut wilayah, 70 persen masyarakat mengaku mudah
mengakses layanan kesehatan tingkat satu seperti Puskesmas dan Pustu.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Riskesdas
Nasional tahun 2018 dimana rata-rata masyarakat yang mau mengakses ke Puskesmas
itu kurang dari 50 persen baik di wilayah sulit, kota, maupun wilayah sangat
sulit.
Secara umum, Riskesdas Mimika 2021 meneliti status kesehatan
masyarakat, prevalensi penyakit menular dan tidak menular, akses layanan
kesehatan, kondisi sanitasi lingkungan, dan perilaku kesehatan masyarakat
Mimika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2018 tingkat provinsi dan nasional.
Kemudian terkait dengan prevalensi penyakit menular dan
tidak menular, menurut Reynold, berdasarkan hasil Riskesdas Mimika 2021
menunjukkan prevalensi berbagai jenis penyakit di Mimika seperti hepatitis,
diare, HIV, asma, kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan
ginjal kronis lebih rendah dari prevalensi secara umum di Papua Tahun 2018.
Namun prevalensi malaria, penyakit ISPA, dan tuberkulosis
paru-paru di Mimika yang lebih tinggi dari prevalensi secara umum di Papua.
Sementara angka stunting pada anak balita dan batita di
Mimika pun lebih rendah dibanding hasil Riskesdas 2018 pada penduduk Papua.
Temuan ini sejalan dengan upaya Dinkes Kabupaten Mimika dalam
menekan angka prevalensi berbagai penyakit, terutama malaria, dengan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan seperti PTFI.
PTFI dan Dinkes sejak tahun 1994 telah menjalankan program
pencegahan dan penanganan malaria, seperti penyuluhan, pemberian kelambu,
penyemprotan, dan pemberian pengobatan malaria bagi masyarakat Mimika. Selain
itu, kemitraan juga terlaksana melalui pemberian pelayanan kesehatan gratis di
Rumah Sakit Mitra Masyarakat dan sejumlah klinik serta pengiriman tenaga
kesehatan dengan kapal dan pesawat ke daerah terpencil secara berkala.
Pantauan Salam Papua, turut hadir pada kegiatan tersebut,
Ketua Komisi C DPRD Mimika Aloisius Paerong dan Anggota Komisi C, Elminus
Balinol Mom, Unsur Forkopimda, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta
kepala Puskesmas se-Kabupaten Mimika.
Wartawan: Yosefina
Editor: Jimmy
0 komentar:
Posting Komentar