![]() |
Pembangunan talud depan SMA Negeri 6, Jalan Masuk dari Petrosea tembusan Irigasi dan Busiri Ujung (Istimewa) |
SALAM PAPUA (TIMIKA) - Beberapa kontraktor Orang Asli Papua (OAP) pekerja pembangunan talud jalan di Timika keluhkan lambat bayar.
Salah satu
kontraktor OAP dari CV. Genyem Jaya Mandiri, Yesaya M Adadikam sampaikan bahwa
tanggal 16 Desember 2022, pihaknya telah selesai mengerjakan talud bagian kiri
dan kanan di Jalan masuk Petrosea tembusan Irigasi dan Busiri Ujung, tepatnya
di depan SMA Negeri 6. Namun, pembayarannya sangat terlambat, padahal mengingat
kebanyakan kontraktor yang mengerjakan adalah umat Nasrani, maka diharapkan pembayarannya
dilakukan sebelum perayaan Natal.
![]() |
Pembangunan talud depan SMA Negeri 6, Jalan Masuk dari Petrosea tembusan Irigasi dan Busiri Ujung (Istimewa) |
“Memang sudah dibayar, tapi perayaan natal sudah lewat. Padahal sebagai kontraktor Nasrani berharap dibayarkan sebelum tanggal 24 Desember. Setelah kami ngotot, akhirnya untuk sisahnya baru dibayarkan Jumat pagi. Jadi hal ini harus jadi evaluasi oleh konsultan dan PUPR Mimika,” ungkapnya, Sabtu (31/12/2022).
Seperti kontraktor
lainnya, Yesaya mendapatkan pekerjaan
talud sepanjang 11 meter dengan ketinggian 2,30 di bagian kiri dan kanan jalan,
akan tetapi kondisi di lapangan berbeda, sehingga volume kerjanya lebih dari
kontraknya tersebut. Karena itu, ia meminta agar konsultan bisa memperhitungkan soal keuntungan dan
kerugian setiap kontraktor.
“Kalau dalam
kontrak hanya menggali satu atau dua meter, akan tetapi fakta di medan kerja berbeda, dimana kontraktor harus
menggali dan menanam batu lebih dari ukuran yang tertera dalam kontrak
tersebut. Volume kerjanya 11 meter, dan ketinggiannya berfariasi. Yang kami
kerjakan tingginya 2,30 meter. Ada yang 1 meter lebih, berarti yang di tempat
dangkal itu yang untung. Padahal nilainya sama. Untuk persoalan seperti ini,
harusnya dievaluasi dan dihitung ulang, karena seorang pengusaha juga
memperhitungkan untung dan rugi,” ujarnya.
Sebagai bahan
evaluasi, menurut dia Pemerintah atau yang memberi kuasa kepada konsultan
pengawasan harus bisa menggunakan harga bahan dasar tahun terbaru. Demikian
juga dengan material lainnya.
“Contohnya kalau
dulu harga batu hanya Rp 900.000 perkubik, tapi sekarang sudah naik menjadi Rp
1.300.000, dan semua pangkalan armada pengangkut kompak menetapkan harga,”
katanya.
Semua kontraktor
OAP yang menangani proyek penunjukkan langsung tersebut kompak selesaikan
pekerjaan hingga tanggal 16 Desember. Meski pembayaran awal sangat minim,
pihaknya berkomitmen pekerjaan diselesaikan sebelum waktu dengan kualitas
pekerjaan yang baik.
“Itu kan
kepercayaan yang diberikan untuk kami OAP, makanya kami kerjakan tepat waktu.
Apa yang saya keluhkan ini mewakili rekan-rekan lainnya, dan bermaksud sebagai
bahan evaluasi bersama,” ujarnya.
Wartawan/Editor: Acik
0 komentar:
Posting Komentar