![]() |
Sosialiasi bersama perempuan Papua pelaku UMKM (Foto:Istimewa) |
SALAM PAPUA (TIMIKA) – Waskita Karya berdiri pada tahun 1961 melalui proses nasionalisasi perusahaan asing yang awalnya bernama Volker Aannemings Maatschapiij N.V.
Dalam rilis yang diterima salampapua.com diungkapkan bahwa Waskita
Karya mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (IPO) pada bulan Desember 2012
dengan menerbitkan saham baru sebesar Rp 1,2 Triliun. Pada Juni 2015, Waskita
Karya menyelesaikan aksi korporasi dengan menerbitkan saham baru (Rights Issue)
dengan total nilai Rp 5.3 Triliun.
Salah satu anak perusahaan Waskita Karya, yaitu PT Waskita
Beton Precast Tbk mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia melalui IPO pada
tanggal 20 September 2016 sebesar Rp 5,2 Triliun. Pada Desember 2021 sd Januari
2022, Waskita Karya menyelesaikan aksi korporasi dengan menerbitkan saham baru
(Rights Issue) total nilai Rp 9,44 Triliun.
Peran Waskita Karya dalam Pembangunan Ibu Kota Negarbanguna,
yaitu berhasil meraih beberapa kontrak proyek baru di Ibu Kota Negara (IKN).
Antara lain proyek Gedung Sekretariat Presiden dan Bangunan Pendukung pada
Kawasan Istana Kepresidenan Ibu Kota Negara dengan total nilai kontrak mencapai
Rp1,35 Triliun.
Gedung Sekretariat Presiden dan Bangunan Pendukung pada
Kawasan Istana Kepresidenan Ibu Kota Negara rencananya akan dibangun di atas
tanah seluas 50.678 m2 dan luas bangunan 33.312 m2 yang terbagi menjadi 3
bangunan yaitu Sekretariat Presiden, Mess Paspampres dan Bangunan Pendukung.
Pembangunan ini membutuhkan waktu pembangunan selama 720 hari kalender dengan
target penyelesaian pekerjaan pada akhir tahun 2024.
Waskita berhasil meraih proyek Gedung Sekretariat Presiden
dan Bangunan Pendukung pada Kawasan Istana Kepresidenan Ibu Kota Negara ini
dikarenakan pengalaman Waskita Karya dalam mengerjakan pembangunan gedung
ternama dengan tepat mutu dan tepat waktu antara lain Wisma 46 Jakarta, Gedung
Perpustakaan Nasional Jakarta, Renovasi Masjid Istiqlal, Masjid Raya Sheikh
Zayed Solo, Terminal 1, Terminal 2,
& Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Sarana dan Gedung Bandara
Kertajati Jawa Barat, Terminal dan Sarana Bandara Ahmad Yani Semarang Jawa
Tengah, Terminal Baru Bandara Minangkabau Padang Sumatera Barat, dan Renovasi
Terminal 1 Juanda Jawa Timur.
Selain itu, Waskita juga berhasil memenangkan 2 tender
proyek jalan yaitu Proyek Jalan Tol IKN Segmen Simpang Tempadung – Jembatan
Pulau Balang senilai Rp990 miliar dan Pembangunan Jalan Kerja/Logistik IKN
(KIPP) Paket Pembangunan Jalan Lingkar Sepaku Segmen 4 senilai Rp182 miliar.
Waskita berhasil meraih proyek jalan di IKN ini dikarenakan
pengalaman Waskita Karya dalam membangun jalan tol Trans-Jawa dan jalan tol
Trans Sumatra, serta berbagai jembatan antara lain Jembatan Merah Putih Ambon,
Jembatan Pasopati Bandung, dan Jembatan Kali Kuto Semarang.
Kemudian, Waskita juga dipercaya untuk mengerjakan proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN dengan kontrak
senilai Rp639 miliar.
Pembangunan IPAL ini akan menjadi support utama dalam
pengelolaan air limbah di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan - Ibu Kota Negara,
sehingga tetap menjaga kualitas air tanah & mengurangi pencemaran
lingkungan.
Pekerjaan proyek ini rencananya akan dikerjakan dalam waktu
742 hari dan akan selesai pada akhir tahun 2024. Sementara lingkup pekerjaan
Waskita antara lain yaitu, pekerjaan persiapan, unit IPAL, pekerjaan mekanikal
& elektrikal, jalan & lanskap dan dehidrator lumpur.
Transformasi digital Waskita Karya sudah dimulai pada tahun
2016. Transformasi itu perlu dilakukan karena Perseroan saat itu mengalami
pertumbuhan besar-besaran (supergrowth). Pertumbuhan itu terjadi setelah
Waskita Karya memperoleh tugas dari
pemerintah untuk menuntaskan pembangunan jalan tol, khususnya tol Trans Jawa.
Munculnya pandemi yang datang di tahun 2020 menyebabkan
realisasi proyek-proyek yang sudah direncanakan yang tidak berjalan sesuai
harapan. Kondisi ini mengharuskan jajaran manajemen Waskita Karya membuat
program penyehatan keuangan yang terdiri dari 8 stream. Dari 8 stream itu,
salah satu strateginya adalah membuat transformasi bisnis dengan digitalisasi
sebagai salah satu pilar transformasi. Digitalisasi dijadikan sebagai salah
satu pilar karena keyakinan Waskita Karya bahwa digitalisasi ini akan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Dengan ditetapkannya digitalisasi sebagai salah satu pilar
transformasi bisnis Waskita Karya, jumlah aplikasi yang dimanfaatkan perusahaan
pun berkembang pesat. Dari aplikasi ERP dan dua aplikasi untuk line of
business, sampai tahun 2022 ini, digitalisasi di Waskita Karya sudah
menghasilkan total 26 aplikasi.
Digitalisasi pada proses bisnis Waskita Karya yang terbagi
dalam empat tahap: bidding/marketing, engineering, procurement, dan
construction. Di proses bidding terdapat winning war room, dengan memanfaatkan
aplikasi Welcome. Aplikasi Welcome memuat seluruh data tentang pasar, tender
yang diikuti, dan status tender. Melalui winning war room ini, tim marketing
dapat berkolaborasi dengan divisi-divisi lain yang terkait proses tender untuk
menyiapkan strateginya. Sebelum ini, koordinasi proses tender, termasuk proses
bidding, berlangsung secara parsial. Setelah adanya winning war room ini,
pengalaman kami, winning rate Waskita Karya naik, dari maksimal 20%, sekarang
hampir menyentuh angka 30%. Jadi dari sepuluh tender yang diikuti, Waskita bisa
menang tiga. Sementara dulu hanya satu atau dua tender saja.
Di proses engineering, Waskita Karya memanfaatkan Virtual
Desktop Infrastructure (VDI). Dengan VDI, perusahaan tidak perlu lagi
menyediakan perangkat keras dengan spesifikasi tinggi dan harga mahal untuk
aktivitas tim engineering. Misalnya, perusahaan harus menyediakan laptop
berspesifikasi tinggi untuk penggunaan aplikasi Building Information Modelling
(BIM) oleh tim engineering yang bertugas di berbagai proyek Waskita Karya.
Ketika perusahaan harus menggarap 100 proyek, bisa dibayangkan berapa besar
biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pembelian laptop. Dengan
memanfaatkan VDI, Waskita bisa mengurangi sehingga tinggal 20% (penggunaan
perangkat laptop). Ini sangat mengurangi biaya. Dengan cloud-based design dan
rendering process, tim engineering bisa melakukan tugasnya menggunakan laptop
dengan spesifikasi yang lebih rendah. Bahkan untuk pengerjaan proyek di luar
negeri, salah satunya di Sudah Selatan, Waskita Karya akan memanfaatkan VDI.
Untuk kebutuhan procurement, Waskita Karya pada bulan
Oktober lalu meluncurkan aplikasi e-procurement yang dinamai We-Proc. Aplikasi
pengadaan ini mewadahi pembeli dan rekanan untuk melakukan pengadaan secara
digital. Dengan adanya aplikasi We-Proc, proses procurement kini bisa dilakukan
secara tersentralisasi. Manfaat yang diraih, menurutnya, adalah skala dan harga
yang relatif jauh lebih kompetitif dan compliance yang lebih baik dari
sebelumnya.
Untuk proses construction, Waskita Karya memanfaatkan teknologi
virtual reality sebagai media koordinasi BIM.
Tak hanya berhenti di implementasi teknologi, Waskita Karya
kini sedang berupaya untuk meraih gelar National Lighthouse. Sebagai informasi,
National Lighthouse Industri 4.0 menjadi contoh dalam transformasi digital dan
penerapan teknologi 4.0. Perusahaan-perusahaan ini dianggap layak menjadi role
model bagi pelaku industri di sektornya serta dapat menjadi mitra dialog
pemerintah dalam implementasi Industri 4.0 di Indonesia. (*)
Wartawan : Acik
Editor : Jimmy
0 komentar:
Posting Komentar