SALAM
PAPUA (TIMIKA) - Sejak Januari hingga Juli 2024,
Puskesmas Timika mencatat jumlah kasus malaria di Timika sebanyak 4.620 dari
10.507 orang yang diperiksa.
Dari 4.620 itu, lebih banyak kasus malaria
tropika yaitu sekitar 2000 kasus, sedangkan jumlah tertiana dan yang lainnya
kurang lebih hampir sama.
"Jumlah itu dicatat sebagai kumulatif,
berarti bisa saja ada satu pasien yang alami malaria lebih dari satu kali
sepanjang Januari hingga Juli. Sekitar 2000 lebih merupakan laki-laki sedangkan
lainnya perempuan," kata Kepala Puskesmas Timika, dr. Moses Untung, saat
ditemui salampapua.com di ruang kerjanya, Rabu (11/9/2024).
Berdasarkan data layanan Puskesmas keliling,
4.620 orang yang menderita penyakit malaria itu, paling banyak berdomisili di
wilayah Kebun Sirih sebanyak 1.500 kasus, di Kwamki sebanyak 927 kasus,
sedangkan lainnya merupakan orang di luar dua wilayah itu yang datang periksa
ke Puskesmas.
"Data kasus malaria tahun ini tidak ada
perubahan bermakna dibanding data tahun 2023," ujarnya.
Sesuai terobosan Dinkes Mimika yang terbaru yakni
"Tempo Kas Tuntas", Puskesmas Timika pun melanjutkan dengan
mempermudah warga Timika dalam melakukan pemeriksaan malaria tanpa hanya
mengantre di Puskesmas, serta pemeriksaan dilakukan bukan hanya untuk yang sakit
tetapi juga bagi yang sehat.
Karena itu menurut dr. Moses, bagi semua warga
selain datang ke Puskesmas Timika di hari kerja, juga membuka layanan setiap
hari Sabtu saat kegiatan Car free day untuk pemeriksaan malaria dan gula darah.
Layanan juga dilakukan di Kelurahan Koperapoka dan Bandara Mozes Kilangin di
setiap hari kerja.
"Jadi masyarakat bisa datang saat hari
Sabtu dan bisa ke kelurahan Koperapoka dan Bandara. Silahkan datang ke sana
dengan syarat membawa KTP atau identitas lainnya yang ada NIK," ujarnya.
Diingatkan pula agar setiap warga yang positif
malaria agar tuntas minum obat, khususnya obat coklat (Primaquine). Selain itu
kebersihan lingkungan tempat tinggal juga harus dijaga dan rajin menguras
tempat penampungan air yang rentan sebagai wadah berkembangnya jentik nyamuk.
"Memang hasil wawancara kami dengan
masyarakat bahwa 70% sudah berulang kali kena malaria dan minum obatnya tidak
tuntas. Jadi mohon kalau kena malaria itu obatnya agar minum sampai
habis," pesannya.
Sementara untuk kasus demam berdarah (DBD),
tercatat sejak Januari hingga 10 September 2024 sebanyak 247 kasus. Jumlah itu
lebih banyak dari tahun 2023 yang hanya sebanyak 250 kasus sejak Januari hingga
Desember.
"DBD ini penyebabnya sama dengan malaria
dan itu juga harus ada kesedaran masyarakat untuk menjaga kebersihan
lingkungan," tutupnya.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy