SALAM PAPUA (TIMIKA)- Ciri-ciri hubungan yang sehat ditandai
oleh rasa saling menghargai, komunikasi yang terbuka, serta dukungan emosional
yang membuat kedua pasangan merasa aman dan nyaman. Bukan soal seberapa sering
menunjukkan keromantisan, melainkan bagaimana kualitas interaksi yang terjalin
setiap hari.
Hubungan yang sehat tidak hanya memberi kebahagiaan, tetapi
juga berperan penting bagi kesehatan fisik dan mental. Penelitian menunjukkan
bahwa orang yang menjalin hubungan romantis yang positif memiliki risiko lebih
rendah terkena penyakit kardiovaskular serta lebih jarang mengalami stres
berlebihan.
Dukungan emosional yang kuat juga membantu meningkatkan daya
tahan tubuh dan menjaga kestabilan suasana hati. Oleh karena itu, memahami
ciri-ciri hubungan yang sehat menjadi langkah penting untuk membangun kualitas
hidup yang lebih baik.
Ciri-Ciri Hubungan yang Sehat
Pada dasarnya, tolok ukur hubungan yang sehat bisa berbeda
pada setiap orang. Hal ini wajar karena masing-masing individu memiliki
kebutuhan yang unik dan akan berubah seiring bertambahnya usia. Pola hubungan
yang menurutmu sehat di usia 20-an mungkin tidak lagi sama ketika kamu memasuki
usia 30-an.
Meski begitu, ada beberapa tanda umum yang bisa menjadi
indikator hubungan sehat alias green flag, yaitu:
1. Saling percaya
Kepercayaan adalah kunci utama dalam hubungan sehat. Rasa
percaya tidak hanya soal kejujuran, tetapi juga rasa aman dan nyaman bahwa
pasangan tidak akan menyakiti secara fisik maupun emosional.
Kepercayaan biasanya tumbuh saat pasangan konsisten bersikap
baik, dapat diandalkan, serta hadir dalam suka maupun duka.
2. Saling terbuka
Hubungan yang sehat ditandai dengan keterbukaan. Kamu dan
pasangan merasa nyaman berbagi perasaan, pekerjaan, kegagalan, hingga masalah
keuangan. Jika ada perbedaan pendapat, masing-masing pihak mampu mendengarkan
tanpa menghakimi, lalu menyampaikan pandangan dengan tenang.
3. Saling menghargai
Saling menghargai menjadi fondasi penting agar hubungan
tetap harmonis. Cara sederhana yang bisa dilakukan adalah memahami perasaan
pasangan, memberi perhatian pada hal-hal yang ia sukai, dan tidak merendahkan
pendapatnya.
Menghargai juga berarti memberikan pasangan ruang untuk me
time atau berkumpul dengan orang-orang terdekatnya.
4. Selalu memberi dukungan
Dukungan adalah bentuk nyata kasih sayang. Tidak hanya
melalui kata-kata, tetapi juga lewat perhatian dan tindakan. Misalnya, memberi
semangat, hadir di momen penting, membantu mewujudkan impian, hingga
mendampingi pasangan di masa sulit.
5. Menciptakan momen menyenangkan
Hubungan yang sehat terasa hangat karena dipenuhi momen
menyenangkan. Bercanda, tertawa, atau sekadar menikmati waktu bersama dapat
mempererat ikatan, memperbaiki suasana hati, dan mengurangi stres.
6. Fokus pada hubungan berdua
Setiap hubungan itu unik, sehingga tidak perlu membandingkan
dengan orang lain. Terlalu sering membandingkan justru dapat memicu rasa iri,
cemburu, bahkan pertengkaran. Fokuslah pada kebahagiaan kalian sendiri sebagai
pasangan.
7. Menghormati privasi
Menjadi pasangan tidak berarti harus mencampuri seluruh
urusan pribadi. Hubungan yang sehat adalah ketika masing-masing tetap memiliki
ruang sendiri. Misalnya, membiarkan pasangan memilih dengan siapa ia ingin
bergaul selama tidak memberi pengaruh negatif.
8. Tidak banyak menuntut
Tidak ada pasangan yang sempurna, termasuk dirimu. Karena
itu, hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling memberi dan menerima,
bukan saling menuntut. Jika ada keinginan tertentu, komunikasikan dengan lembut
agar pasangan bisa memahami tanpa merasa terbebani.
Nah, itulah beberapa ciri-ciri hubungan yang sehat yang bisa
kamu kenali. Dengan memahaminya, kamu dapat menilai apakah relasi yang sedang
dijalani termasuk sehat atau justru sebaliknya. Jika hubunganmu sudah termasuk
sehat, pertahankan dengan terus saling menghargai dan mendukung.
Namun, jika tanda-tanda yang muncul cenderung negatif,
jangan ragu untuk membicarakannya dengan pasangan dan mencari solusi.
Ingat, hubungan yang tidak sehat bisa berdampak buruk bagi
kesehatan mental maupun fisik. Bila perlu, berkonsultasilah dengan psikolog
agar mendapatkan saran yang tepat. (Alodokter)
Editor: Sianturi