Tokoh Inspiratif Pilihan Salam Papua Menyambut HUT RI ke 72
“Sungguh mengejutkan betapa banyaknya hal yang dapat
anda capai. Jika anda tidak memedulikan siapa yang mendapat
pujian.”
RAHASIA dibalik
sederet kalimat di atas sangat tepat bagi
Athanasius Allo Rafra. Allo panggilan akrab Athanasius Allo Rafra hanya
haus berbuat baik dan mencurahkan kemampuannya bagi warga Mappi dan mengemban
amanat sebagai Kepala Biro Pemerintahan Propinsi Papua. Dua jabatan dan tanggungjawab sekaligus diemban. Ia mengaplikasikan
amanat sebagai penjabat bupati Mappi, walau hanya setahun sebulan dari 17 November
2005 sampai 15 Agustus 2006. Ia mewarisi sebuah
catatan sejarah yang berharga bagi warga Kabupaten Mappi yang tidak pernah akan
lekang dimakan waktu.
Bagaimana
tidak! Allo berhasil mendamaikan perpecahan dua kelompok warga asli Mappi yang ngotot
bahwa Bupati Mappi dipimpin anak asli Mappi. Sebagian warga Mappi disatu sisi
mendukung kemenangan mantan Bupati Mappi, Aminadab Jumame. Dampak pertikaian
itu, roda pemerintahan di Kabupaten Mappi nyaris lumpuh. Tercatat sejarah di
Kabupaten Mappi, Caretaker Bupati Mappi diganti dua kali. Penjabat sebelumnya
angkat koper meninggalkan Mappi. Allo hadir sebagai penjabat Bupati kedua hanya
berbekal pendekatan hati nurani sebagai senjata pamungkas meretas pertikaian
warga setempat dengan berbuat sesuatu yang nyata merebut simpati warga.
Allo mengaku
memecahkan persoalan itu diawali dengan mengajak dua kubu bersama-sama
membangun Mappi, terutama menyediakan sarana infrastruktur pemerintahan dan
membuat jalan yang dinanti-nantikan warga setempat, yaitu mengaspal ruas jalan raya dari Kepi menuju titik pusat
pemerintahan Kabupaten Mappi, di dekat Sumur Aman. “Saya hadir tidak langsung mendekati dua kubu
itu untuk menyelesaikan dan mendamaikan kedua kubu. Saya mengajak mereka ikut
berperan aktif bersama saya bangun fasilitas pemerintahan. Saya mendekati tokoh
masyarakat melanjutkan pengaspalan dan menyelesaikan ruas jalan dari Kepi menuju
titik pusat pemerintahan dan dari Kepi menuju Bandara Kepi. Mereka semua
sepakat dan tidak mempersoalkan tuntutan ganti rugi tanah. Dari hasil
pendekatan itu, satu persatu tokoh kedua kubu bertemu saya meminta selesaikan
masalah Pilkada Mappi. Saya menjawab mereka. Apakah itu penting dan tidak ada
lagi kelompok yang berseberangan dan mendukung bupati Mappi yang menang dalam
Pilkada?” Mereka bilang. Mereka butuh pemimpin devinitif sesuai hasil Pilkada
dan meminta saya fasilitasi pertemuan kedua tokoh itu, hasilnya mereka sepakat
berdamai dan mendukung bupati hasil Pilkada. Saya terharu dengan keputusan itu.
Lalu saya bawa hasil keputusan mereka kepada Gubernur dan mengusulkan ke Mendagri
untuk mendapat SK Bupati definitif sesuai hasil Pilkada serta hasil keputusan
Mahkamah Konstitusi (MK), itu kisah di Kabupaten Mappi,” tuturnya seraya
berkata: “Saya sebenarnya hasil karya seperti ini tidak perlu orang tahu,
biarlah masyarakat yang menilai.”
Allo mengaku
ketika pulang dari Jakarta kembali ke Mappi dengan Pesawat Musamus milik Penda
Merauke. Ia terkejut dan terharu menyaksikan dari pesawat, Kota Kepi dihiasi
umbul-umbul dan berkibar bendera merah putih di mana-mana. Warga dalam
kesederhanaan, keterisolasian masih merelakan apa yang mereka miliki menyambut hari raya
kemerdekaan Republik Indonesia.
“Saya
meneteskan air mata haru menyaksikan semangat warga Mappi dalam pesawat Musamus. Lalu, saya
tambah terkejut. Saya mendarat di Bandara Kepi. Mereka menjemput saya dengan
tarian khas Mappi. Saya merasa aneh. Pada saat, saya datang pertama kali di
Kepi sebagai Penjabat Bupati Mappi. Saya
hanya dijemput para pejabat di Mappi. Saya baru tahu setelah seorang tokoh
membisiki saya bahwa warga mau menebus dan berterima kasih atas apa yang saya
lakukan. Karena mereka sudah mendengar kalau saya tiba hari itu sudah membawa
hasil keputusan Gubernur dan Mendagri tentang SK dan pelantikan Bupati Mappi. Di
bandara Kepi itulah saya kedua kalinya tidak mampu menahan air mata menyaksikan
warga Mappi yang sangat polos membayar sebuah harga perjuangan orang lain bagi
mereka,” tuturnya ketika diminta Redaksi Salam Papua mengisahkan episode kedua
seorang tokoh dalam ceritera unik sekelas
Allo Rafra pernah menangisi masyarakat Mappi dalam Pesawat Musamus. Ia meneteskan air mata ketika mengisahkan warga Mappi semangat dalam segala keterbatasan memeriahkan
HUT RI di Kabupaten Mappi 15 Agustus 2006 lalu, di Redaksi Salam Papua, Selasa
(1/8) kemarin.
Ketika media
ini menyodorkan sepenggal kalimat: “Sungguh mengejutkan betapa banyaknya hal
yang dapat anda capai, jika anda tidak memedulikan siapa yang mendapat pujian.”
Dia mengaku makna pernyataan itu sangat dalam dan luas artinya. Prinsipnya
selama ini, Allo berceritera menjalankan amanat jabatannya hanya berusaha
berbuat sesuatu sambil berharap masyarakat bersukacita, bergembira dan
merasakan sentuhan pembangunan yang dilakukan pemerintah. “Dalam hidup saya
hanya berharap masyarakat bisa puas dan senang dengan
apa yang saya lakukan. Karena, bagi
saya. Saya hanyalah ibarat sebuah pipa yang menyalurkan berkat dari uang negara
dikelola secara baik demi kesejahteraan masyarakat, itu saja. Itu khan uang
negara yang harus dikelola dengan baik untuk kepentingan masyarakat banyak. Ketika
saya lewat dan berkumpul bersama mereka. Mereka bisa menyampaikan keluh kesah
mereka tentang apa yang mereka butuhkan. Hasilnya, nanti kita lihat pada saat
momen-momen HUT kemerdekaan RI. Kalau masyarakat kita sebagaimana saya saksikan
warga di Mappi bersukacita menyambut HUT RI berarti kehadiran seorang pemimpin
atau pejabat bisa bermanfaat bagi masyarakat, itu akan terlihat,” tuturnya
mengenang kisah memimpin warga Mappi setahun sebulan di Mappi.
Anda bisa
melukiskan hasil karya anda di Kabupaten Mimika, tanggapan warga terhadap hasil
karya anda. Dan kabarnya anda sebelum
bersedia menjadi penjabat Bupati Mimika 2007 sempat menyimpan SK dalam laci
lemari selama sebulan, mengapa?” Allo
balik bertanya. “Anda tahu dari mana kisah itu,” tanyanya seraya mengisahkan,
ceriteranya seperti ini. “Khan saya baru saja selesai bertugas di Mappi dan
masih bertanggung jawab mengemban amanah sebagai Kepala Biro Pemerintahan di
Biro Pemerintahan Provinsi Papua. Saat itu, penetapan DPRD Mimika hasil Pemilu
legislatif 2004-2009 bermasalah. Saya datang sebagai Kepala Biro Pemerintahan
dan penjabat Bupati Mappi menyelesaikan
masalah itu hingga penetapan anggota DPRD Mimika 28 Desember 2006. Kasusnya
lumayan berat, tetapi saya bisa atasi. Maka, ketika Gubernur Barnabas Suebu
memanggil saya dan meminta kesedian saya sebagai penjabat Bupati Mimika. Saya
sampaikan kepada beliau, saya
pikir-pikir dulu. Karena, saya berpikir masalah di Mimika ini sangat rumit dan
membutuhkan perhatian yang serius. Dan kita tidak bisa menolak permintaan
atasan dengan cara yang vulgar, ya, pakai gaya Jawa sedikitlah,” katanya sambil
tertawa lebar dalam logat khas gaya Maluku Tenggara.
Sosok
tokoh seperti Allo yang hemat bicara dan
tidak mau menceriterakan, kukuh pada
prinsipnya tidak mau membeberkan hasil karya tangannya, jangan heran kalau dia dijuluki “Pahlawan di Jalan Sunyi. Dan media
ini kalau terbatas akal menggali dan tidak lihai mempersiapkan pertanyaan yang
menjebak, sangat sulit untuk mendapatkan gambaran yang jelas seputar hasil
karyanya. Memang! Dia hanya ingin bekerja dengan sebaik-baiknya bagi warga masyarakat
dengan sepenggal harapan bisa dikenang dan mempersiapkan bekal mendapat tahta
di singgah sana Altar Tuhan.
“Jangan paksa
saya,” sergahnya kepada media ini hingga darah mendesir. Meski begitu, Allo
dengan kebiasaannya yang sangat kalem dan membenarkan data-data yang
dikumpulkan media ini tentang hasil karyanya serta mengisahkan semangat warga
Mimika mengenai kegembiraan warga Mimika menyambut HUT RI 2007. Apakah benar
anda menggunakan dana APBD Mimika memuluskan Jalan Hasanudin, Yos Soedarso,
lorong-lorong dalam kota, puluhan jembatan dalam Kota Timika, membangun gedung
sekolah di balik gunung dan pesisir, membangun rumah pegawai di Distrik Jita
dan membangun Kantor Distrik Jita, mengadakan Kapal Mimika I, memperpanjang
landasan pesawat di daerah yang sulit terjangkau hingga anda membeli pesawat
sejenis AMA, Mimika Air, walau kemudian jatuh di daerah pegunungan tengah. Membuka
ruas jalan dari pelabuhan Kokonau hingga Kampung Suarkim, mengajak Bas Suebu ke
Kokonau dan hasilnya Propinsi Papua membangun Puskesmas rujukan di Kokonau dan
membangun sarana air bersih sepanjang 12 km di Kononau?” Apa itu benar?” “Ya,
itu betul. Tetapi, saya akui dan mau mengatakan seperti ini. Benar! Saya
sebagai penjabat bupati menjalankan amanat dan tanggung jawab mengelola dana
APBD dengan komitmen sesuai aturan dan bisa dipertanggung jawabkan. Memimpin
dan mengelola tata pemerintahan itu khan seni dan bagaimana mengorganisasikan seluruh kekuatan
SDM dan memaksimalisasikan anggaran sesuai peruntukannya. Kalau saya dinilai berhasil
itu keberhasilan bersama. Itu harus disadari dan lebih penting lagi hasil karya
bersama itu bisa dinikmati warga masyarakat. Maka, seorang pemimpin harus bisa
memastikan perencanaan, pengelolaan, monitoring atau evaluasi sebagai kriteria
mengukur keberhasilan membangun daerah ini sesuai aturan dan menjawab kebutuhan
warga masyarakat. Saya kira seperti itu. Dan saya berterima kasih dengan
perkembangan saat ini, walau warga Mimika masih menantikan seorang pemimpin
yang mampu mengembalikan harapan, jati diri warga Amungme dan Kamoro yang
berjuang menghadirkan Kabupaten Mimika. Saya berharap momentum perayaan HUT
Kemerdekaan 17 Agustus 2018 ini, warga masyarakat Mimika semakin cerdas melihat realita saat
ini dan merefleksi kembali harapan mereka sendiri. Saya teringat pesan Bas
Suebu hingga saya bersedia sesudah saya menyembunyikan SK pengangkatan saya
sebagai penjabat Bupati Mimika selama sebulan dalam lemari di Biro Pemerintahan
Propinsi Papua hingga bersedia dilantik 18 Februari 2008. Bas Suebu bilang begini.
Allo, engkau khan lahir di daerah bagian selatan Papua, Fak-Fak sana. Tahu
seluk beluk kebiasaan warga Papua. Mana SK pengangkatan kamu dari Mendagri.
Saya minta kamu segera jalankan tugas dan ke Timika. Ingat! Engkau kesana
kembalikan kepercayaan, jati diri, dan harapan warga Amungme, Kamoro, Damal dan
seluruh warga Mimika. Hak bicaramu saya cabut, itu kata-kata pa Bas,” tuturnya
polos sambil berkata: “Saya memang masih
ingin menyaksikan warga Mimika tidak murung menyambut HUT Kemerdekaan RI tahun
ini dan ke depannya warga kota hingga dibalik gunung dan pesisir semua gembira
dan bersukacita menyambut HUT Kemerdekaan RI. Kita bisa menyaksikan warga
memasang tiang bendera kebangsaannya tidak di paku di kios atau pagar rumah.
Pakai tiang bendera yang bagus dan mengibarkan bendera merah putih pada tempat
yang terhormat di halaman rumah mereka. (Fidelis
S J)
0 komentar:
Posting Komentar