SALAM
PAPUA (TIMIKA) - Dalam rangka mempertahankan dan
membangkitkan kembali beberapa aspek budaya yang mulai menghilang oleh
perkembangan zaman, Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe berdiri kokoh dan menjadi
tempat bernaung bagi kurang lebih 600 seniman dari Suku Kamoro, Kabupaten Mimika,
Provinsi Papua Tengah.
Sejak 1996, Yayasan ini bertumbuh bersama
seniman Kamoro dengan mengusung visi “Mendukung Suku Kamoro dalam upaya
pelestarian sebagian aspek Budaya Kamoro, memberdayakan para seniman agar terus
berkreasi serta mempromosikan budaya warisan leluhur Kamoro.” Dengan misi, “Menumbuhkan
semangat para pengukir dan penganyam Kamoro agar terus memproduksi karya seni
untuk melestarikan nilai-nilai tradisi yang telah ada sekaligus memberi manfaat
ekonomi. Budaya Kamoro menjadi harta warisan bagi generasi berikut dan bagian
dari kekayaan ragam budaya Indonesia yang seharusnya diperkenalkan kepada
publik luas melalui berbagai media.”
"Sampai tahun 2021 sudah ada 500 lebih
seniman yang kami bina, belum termasuk penganyam dan sampai saat ini jumlahnya
hampir 600 seniman," ungkap Pendiri Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk
Intarti saat disambangi salampapua.com di Nawaripi Gang Galeri Kamoro Timika,
Senin (8/4/2024).
Berikut perjalanan Yayasan Maramowe Weaiku
Kamorowe.
Tahun 1996-1997 mulai concern dengan pengembangan
masyarakat Kamoro yang mendukung ukiran sebagai bentuk ekspresi budaya khas
Kamoro. Mengadvokasi konsep perlindungan Budaya Kamoro pada pihak-pihak pendukung
pelestarian budaya lokal.
Tahun 1998-2005 menyelenggarakan 8 Festival Budaya
Kamoro (Kamoro Kakuru) dengan mengundang kolektor dan pihak yang berminat
tinggi pada budaya dan festival ini berhasil memotivasi seniman untuk
menghasilkan karya terbaik.
Tahun 2006 memulai program kerja yang berfokus
pada pendampingan seniman ukir dan menggunakan dengan pasar peminat produk seni
serta melakukan pameran di kota-kota besar seperti Jakarta, Denpasar, Surabaya
dan kota lainnya.
Tahun 2007 melakukan program pengenalan budaya
Kamoro di sekolah dan kampus yang mana dalam perkembangannya materi dirancang
untuk mengakomodir kebutuhan pelajar berdasarkan usia.
Tahun 2008, Dr. Kal Muller yang merupakan
pendiri yayasan ini mulai menerbitkan tentang Papua dan beberapa suku
besar di Papua yang diperuntukkan bagi para pelajar dan publik. Sepuluh buku
telah terbit dan beberapa naskah tentang suku-suku besar di Papua menanti
donatur untuk proses lanjutan. Di tahun yang sama juga menggagas pariwisata
berbasis edukasi untuk mengenal budaya, gaya hidup dan alam hidup suku Kamoro.
Kami merancang bentuk layanan dan melatih masyarakat melakukan atraksi budaya
dan kini telah hadir tujuh kampung wisata yang memberikan manfaat ekonomis bagi
masyarakat.
Pada tahun 2010 yayasan ini juga menggagas
kerjasama dengan kedutaan luar negeri untuk Indonesia dengan menggelar kegiatan
pameran dan penjualan produk ukiran. Menjadi titik awal bagi upaya promosi
budaya Kamoro di kalangan warga asing yang tinggal di Indonesia.
Tahun 2014 yayasan Maramowe sebagai organisasi
berbadan hukum resmi berdiri untuk mendampingi dan membantu ratusan seniman
ukir dan anyaman Kamoro agar terus berkreasi memastikan budaya warisan leluhur
mereka tidak menghilang dan mempromosikan kepada publik.
Pengembangan terus dilakukan yayasan ini
dimana tahun 2016 terus mendorong budaya Kamoro dengan cerita rakyat yang
dapat dari budaya tutur, mulai didokumentasikan secara tertulis. Proses
pengumpulan berita berlanjut sebagai bagian pelestarian nilai-nilai budaya dan
memahami budaya Kamoro melalui sudut pandang pemilik budaya.
Selanjutnya tahun 2016-2017, mendokumentasikan
aktivitas budaya dari ritual adat sebagai rekam jejak perjalanan sejarah Kamoro
dan bagian kampanye budaya. Memulai program regenerasi seniman berbasis kampung
seturut adat berlaku dan melatih tenaga kerja muda di workshop yayasan.
Tahun 2018-2019, perluasan promosi budaya
Kamoro melalui kegiatan pameran hingga ke luar negeri. Produksi film pendek
Maramowe The Kamoro Carver, sebagai satu upaya untuk menggugah minat pengukir
muda. Film ini terpilih sebagai nominator di beberapa festival di dalam negeri.
Tahun 2020-2021, yayasan ini melakukan riset
lapangan dan literasi untuk membuat file dokumentasi budaya Kamoro versi
digital yang akan melengkapi tulisan Dr.Kall Muller. Secara bertahap data ini
akan disajikan kepada publik melalui akun media sosial serta melengkapi bank
data yayasan.
"Upaya yang terus dilakukan Yayasan
Maramowe Weaiku Kamorowe ialah preservasi ukiran. Ukiran yang dimaksud bukan
sekedar ukiran biasa, tetapi tetap memiliki cerita atau unsur sejarahnya,
mengingat setiap ukiran dari satu suku tentunya mempunyai nilai sejarah,
seperti Opakukakuru ataupun sejarah lainnya,” ungkapnya.
Untuk menaikan nilai jual dari setiap ukiran, juga
mengumpulkan cerita rakyat atau cerita adat. Karena itu, Yayasan Maramowe
Weaiku Kamorowe juga terus melakukan pembinaan bagi semua seniman, khususnya
yang masih pemula.
"Jadi kami selalu tanya arti atau cerita
dibalik ukiran dari setiap seniman itu, supaya kita juga nilai harganya berapa.
Seniman-seniman yang kami bina ada yang mandiri ada juga yang dari
sanggar-sanggar," ujarnya.
Untuk upaya promosi menjangkau nasional dan
beberapa kali membuat event ke luar negeri. Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe
juga membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya
menjalankan visi dan misi yang mana saat ini Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe
telah memiliki beberapa mitra kerja yang tersebar di Jakarta, Tangerang dan
Bandung.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy