SALAM PAPUA (TIMIKA) – Pemerintah Kabupaten Mimika berhasil
menurunkan angka kasus malaria sebesar 20 persen melalui berbagai upaya
strategis di sektor kesehatan. Hal ini disampaikan langsung oleh Bupati Mimika,
Johannes Rettob, dalam keterangannya pada Kamis (29/5/2025).
Bupati menjelaskan bahwa capaian ini merupakan hasil dari
kerja keras Dinas Kesehatan Mimika dalam melaksanakan program-program
pengendalian malaria secara menyeluruh, termasuk melalui pendataan kasus di
setiap kampung.
“Kami sudah mulai melakukan pendataan kasus malaria di setiap kampung. Dengan pendataan yang baik, kita bisa menekan penyebaran malaria. Saat ini, kasus malaria di Mimika telah turun 20 persen,” ujar Bupati Johannes Rettob.
Menurutnya, penurunan ini didorong oleh sejumlah langkah
nyata, seperti: Pembagian kelambu di wilayah dengan prevalensi tinggi, kegiatan
fogging untuk mengurangi potensi wabah demam berdarah dengue (DBD), perbaikan
infrastruktur drainase untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk, edukasi
masyarakat agar penderita malaria mengonsumsi obat hingga tuntas, dan pemeriksaan
malaria secara rutin di berbagai lokasi.
“Kami terus menghimbau agar masyarakat yang terinfeksi
malaria menyelesaikan pengobatan dengan benar. Pemeriksaan rutin juga dilakukan
untuk memastikan deteksi dini,” jelasnya.
Kritik Terhadap Validitas Data Nasional
Meski menyambut baik penurunan kasus, Bupati Rettob
menyampaikan kekhawatirannya terhadap sistem pencatatan data malaria di tingkat
nasional. Ia menilai masih ada kelemahan dalam metode pelaporan, yang bisa
menyebabkan data menjadi tidak akurat.
“Secara nasional, Indonesia menyumbang 30 persen kasus
malaria, dan Papua menyumbang 70 persen dari angka itu. Tapi saya ragu dengan
keakuratannya. Misalnya, seseorang bisa tercatat dua kali di puskesmas atau
rumah sakit berbeda dalam waktu berdekatan,” ujarnya.
Ia mencontohkan kasus di mana seseorang dinyatakan bebas
malaria setelah enam bulan, namun kemudian terinfeksi kembali hanya dalam satu
atau dua minggu. Bila kasus seperti ini tercatat di fasilitas kesehatan yang
berbeda, maka data yang dihasilkan bisa menjadi tidak valid.
“Sistem pencatatan seperti ini perlu ditinjau ulang agar
menghasilkan data yang benar-benar mencerminkan situasi di lapangan,” tegas
Bupati.
Menutup pernyataannya, Bupati Rettob menyatakan komitmen
Pemkab Mimika untuk terus meningkatkan kualitas data dan efektivitas program.
“Kami sedang membangun sistem pencatatan yang lebih akurat
dan andal. Dengan data yang baik, upaya pencegahan dan pengobatan malaria bisa
dilakukan secara lebih efektif dan efisien,” tutupnya.
Penulis: Evita
Editor: Sianturi