SALAM PAPUA (TIMIKA)- PT Gag Nikel merupakan anak usaha PT
Aneka Tambang (Antam), yang mengelola tambang nikel di Pulau Gag, Kabupaten
Raja Ampat, Papua Barat. Proyek ini dimulai lewat Kontrak Karya VII yang
ditandatangani pada 19 Januari 1998, awalnya dimiliki 75% oleh BHP Billiton dan
25% oleh Antam. Namun sejak 2008, Antam telah mengakuisisi keseluruhan saham,
menjadikan Gag Nikel sepenuhnya dimiliki negara
Pulau Gag memiliki cadangan nikel besar sekitar 240 juta ton
bijih dengan kadar nikel 1,35%, yang setara 3,24 juta ton nikel metal. Konsesi
operasional seluas 13.136 ha hampir mencakup keseluruhan pulau (6.060 ha
daratan dan 7.076 ha lautan)
Perusahaan menerima AMDAL sejak 2014 dan resmi beroperasi
pada 2017. Sejak 2018, Gag Nikel aktif melakukan penambangan meningkat dari
912.899 wmt pada 2018, lalu mencapai 3 juta wmt per tahun sejak 2021
PT Gag Nikel menuturkan berbagai inisiatif konservasi: Reklamasi
areal tambang segera setelah penambangan selesai, reklamasi prasyarat
kelanjutan operasi. Penanaman mangrove sebanyak 1.000 bibit pada akhir 2022. Transplantasi
terumbu karang, pelepasliaran tukik penyu, serta penghijauan setelah pembukaan
lahan
Pelibatan masyarakat lokal lewat pelatihan kerja, prioritas
tenaga kerja Papua asli, serta pembangunan fasilitas sosial seperti sekolah dan
klinik.
Per 2025, penyerapan tenaga kerja lokal cukup signifikan sekitar
50–66% dari total karyawan adalah orang Papua asli. Perusahaan juga aktif
melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dan memfasilitasi kesejahteraan setempat .
Di sisi lain, sejumlah isu serius mencuat: Kawasan ekologis
sensitif: Pulau Gag berada di sekitar UNESCO Geopark Raja Ampat yang kaya
keanekaragaman hayati (75% spesies karang dunia). Greenpeace dan warga setempat
menyebut penambangan menimbulkan deforestasi, sedimentasi, dan pencemaran laut
yang memengaruhi terumbu karang. Kerusakan kawasan perairan, termasuk air keruh
di pesisir, lumpur, dan terumbu yang rusak .
Protes dan penghentian izin: Pemerintah pusat mencabut izin
empat perusahaan tambang di Raja Ampat, namun izin PT Gag Nikel tetap berlaku
karena berada di luar kawasan geopark meskipun operasi tetap diawasi ketat oleh
Menteri ESDM dan Presiden.
Pada 10 Juni 2025, pemerintah mencabut izin empat tambang
lain tapi membiarkan Gag Nikel beroperasi karena layak secara regulasi.
Presiden Prabowo Subianto memerintahkan pengawasan ketat agar tetap patuh
terhadap standar lingkungan.
Greenpeace dan masyarakat adat mendorong penghentian total,
karena menambang di pulau kecil dilarang menurut UU dan menilai seluruh
aktivitas merusak ekosistem laut dan hutan
PT Gag Nikel menjadi pusat perhatian karena beroperasi di
wilayah dengan kerentanan ekologis tinggi. Meski memiliki izin lengkap dan
memiliki program tanggung jawab lingkungan dan sosial, aktivitas tambang memicu
kekhawatiran serius tentang kerusakan terumbu karang, sedimentasi laut, dan
deforestasi. Pemerintah memastikan operasi berjalan di bawah pengawasan, namun
tuntutan untuk moratorium total terus digelindingkan oleh aktivis dan
masyarakat adat. (AI)
Editor: Sianturi