SALAM PAPUA (SORONG) – Dalam rangka menyambut Harmony Award 2025, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Mimika melanjutkan studi komparatifnya dengan mengunjungi Kampung Kerukunan Malagusa, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya, Jumat (27/6/2025). Kunjungan ini dipimpin oleh anggota FKUB Mimika, Pdt Lewi Sawor, S.Th.

Kedatangan rombongan FKUB Mimika disambut hangat oleh jajaran Pemerintah Kabupaten Sorong, di antaranya Wakil Bupati Sorong K.H. Sutedjo, S.Pd, Kepala Badan Kesbangpol Adri Timbon, S.H., Ketua FKUB Sorong Pdt Deya Jaflau, S.Th., serta jajaran pengurus Kampung Malagusa dari lima agama yang berbeda.

Pertemuan berlangsung dalam suasana sederhana dan akrab di ruang rapat kantor Kampung Kerukunan Malagusa. Dalam forum tersebut, kedua belah pihak saling berbagi informasi mengenai praktik kerukunan umat beragama di masing-masing wilayah. Pdt Lewi Sawor juga mengunjungi sejumlah rumah ibadah di Sorong, seperti masjid, gereja, pura, dan vihara.

Kampung Malagusa dikenal luas sebagai Kampung Kerukunan karena menjadi rumah bagi umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Buddha yang hidup berdampingan secara damai. Kampung ini telah dirintis sejak 2012 dan diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Sorong pada Oktober 2022.

Kehidupan toleran di Malagusa tercermin dari semangat gotong royong lintas agama saat menyambut hari besar keagamaan masing-masing. Warga saling membantu mempersiapkan perayaan keagamaan tanpa memandang perbedaan suku, ras, maupun keyakinan.

Tercatat, sekitar 500 kepala keluarga mendiami Kampung Malagusa. Namun kawasan yang disebut juga sebagai Kampung Toleransi ini kini telah berkembang dan dihuni oleh sekitar 1.200 hingga 1.500 jiwa dari beragam latar belakang etnis dan agama.

Pemerintah Kabupaten Sorong pun mendukung penuh inisiatif warga kampung tersebut dan merencanakan pengembangan Malagusa sebagai destinasi wisata religi dan toleransi, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Sosialisasi serta pembenahan fasilitas pun terus dilakukan, termasuk mendorong aksesibilitas untuk kaum difabel.

Dalam upaya menjadikan Kampung Malagusa sebagai komunitas inklusif, sejumlah hal menjadi perhatian: pembangunan jalur ramah disabilitas, penyediaan informasi dalam format yang mudah diakses, pelatihan inklusivitas masyarakat, serta kerja sama dengan organisasi penyandang disabilitas.

Nilai-nilai toleransi yang dijunjung tinggi di kampung ini juga selaras dengan pesan moral penting di tengah keberagaman masyarakat Papua Barat Daya: saling menghormati, membuka ruang dialog antaragama, dan memperkuat persaudaraan melalui kegiatan lintas iman.

Sebelum ke Sorong, FKUB Mimika juga telah mengadakan studi serupa di Bali, antara lain ke Kampung Muslim Desa Gelgel, Desa Penglipuran (desa terbersih versi UNESCO), dan Kompleks Puja Mandala di Badung yang menjadi simbol kerukunan lima agama dalam satu kawasan.

Kunjungan ke Kampung Kerukunan Malagusa menjadi bagian penting dalam rangkaian persiapan FKUB Mimika menyambut Harmony Award 2025 yang akan digelar pada Oktober mendatang, sekaligus memperkuat komitmen bersama membangun kehidupan masyarakat yang rukun dan damai di tanah Papua.

Penulis/Editor: Sianturi