SALAM PAPUA (TIMIKA)– Black Box atau kotak hitam telah
menjadi perangkat vital dalam setiap kecelakaan pesawat terbang. Meski namanya
"hitam", kotak ini biasanya berwarna oranye terang agar mudah
ditemukan di reruntuhan. Perangkat ini menyimpan informasi penting yang
membantu tim penyelidik mengungkap penyebab kecelakaan. Namun, tidak banyak
yang mengetahui sejarah panjang dan peran penting Black Box dalam dunia
penerbangan.
Gagasan awal Black Box lahir dari tragedi. Pada tahun 1953
dan 1954, dua kecelakaan pesawat De Havilland Comet pesawat jet komersial
pertama menewaskan seluruh penumpang. Penyelidik kesulitan mengungkap penyebab
karena minimnya data penerbangan yang bisa ditelusuri.
Dr. David Warren, ilmuwan asal Australia, menjadi sosok
kunci dalam pengembangan kotak hitam. Ia mengusulkan alat yang dapat merekam
suara di kokpit serta data teknis penerbangan. Ide ini awalnya ditolak, bahkan
dianggap mengganggu privasi pilot. Namun setelah serangkaian kecelakaan fatal
lainnya, termasuk tragedi pesawat di Calcutta pada 1960, otoritas mulai
menyadari pentingnya perangkat ini.
Black Box terdiri dari dua komponen utama: Flight Data
Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). FDR mencatat data teknis
seperti kecepatan, ketinggian, arah, dan posisi tuas kendali. Sementara CVR
merekam percakapan pilot dan suara latar di dalam kokpit.
Awalnya, rekaman disimpan dalam pita magnetik. Seiring
perkembangan zaman, teknologi digital menggantikan sistem analog. Saat ini,
Black Box mampu merekam hingga 25 jam data penerbangan dan dua jam percakapan
kokpit. Perangkat ini juga dirancang tahan panas hingga 1.100 derajat Celsius
dan tekanan air hingga kedalaman 6.000 meter.
Setiap kali terjadi kecelakaan, pencarian Black Box menjadi
prioritas utama. Rekaman dari perangkat ini kerap menjadi bukti krusial yang
membantu lembaga keselamatan penerbangan mengungkap penyebab insiden,
memperbaiki prosedur keselamatan, serta mencegah kecelakaan serupa di masa
depan.
Beberapa kecelakaan besar seperti Malaysia Airlines MH370
menyoroti tantangan dalam pencarian Black Box, terutama jika pesawat jatuh di
lautan. Hal ini mendorong munculnya gagasan baru, seperti pengiriman data
penerbangan secara real-time ke pusat kendali melalui satelit.
Saat ini, hampir semua pesawat komersial wajib memiliki
Black Box. Di tengah kemajuan teknologi penerbangan, perangkat ini terus
berevolusi, termasuk pengembangan "Deployable Black Box" yang bisa
terlepas otomatis saat terjadi kecelakaan dan mengapung di permukaan laut.
Black Box bukan hanya sekadar alat perekam ia adalah saksi
bisu, guru dari tragedi, dan penjaga masa depan keselamatan penerbangan.
Meski disebut "Black Box" (kotak hitam), perangkat
ini tidak berwarna hitam. Justru, warnanya oranye terang atau kadang merah
terang. Alasannya adalah agar mudah ditemukan di lokasi kecelakaan, terutama di
medan sulit seperti hutan lebat, padang es, atau dasar laut.
Alasan di balik warna oranye terang: Visibilitas Tinggi:
Warna oranye terang kontras dengan lingkungan alam seperti puing-puing, lumpur,
atau air laut. Mempercepat Proses Pencarian: Dalam situasi darurat, setiap
detik sangat berharga. Warna mencolok mempercepat tim pencari menemukannya.
Standar Internasional: Warna ini telah menjadi standar
internasional untuk perangkat pencatat data penerbangan.
Lalu, kenapa tetap disebut "Black Box"? Istilah
"Black Box" kemungkinan berasal dari: Kebiasaan teknis lama, di mana
alat-alat elektronik eksperimental dikemas dalam kotak logam hitam. Makna
metaforis, karena isi dan fungsinya sering dianggap "misterius" dan
hanya bisa "dibuka" oleh ahli untuk mengungkap kebenaran setelah
kecelakaan. Jadi, meskipun namanya kotak hitam, warnanya dipilih bukan untuk
estetika, melainkan demi fungsi dan keselamatan. (AI)
Editor: Sianturi