SALAM PAPUA (TIMIKA) – Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Mimika
(IPMAMI) wilayah Bandung, Jawa Barat, menyayangkan proses seleksi calon praja
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Mimika, yang dinilai tidak transparan dan tidak berpihak kepada anak-anak suku
asli Amungme, Kamoro, serta lima suku kerabat lainnya.
IPMAMI menilai, seleksi yang selama ini digembar-gemborkan
akan mengutamakan anak asli Papua hanya menjadi jargon tanpa implementasi
nyata. Hal ini disampaikan Koordinator IPMAMI Wilayah Bandung, Melian Magal,
usai diskusi internal yang digelar Jumat (27/6/2025).
“Kami sedih melihat unggahan foto Bupati Mimika bersama para
praja IPDN di Jatinangor. Mereka disebut sebagai representasi pemuda Mimika,
tapi hampir tidak ada wajah anak Amungme dan Kamoro di sana. Ini sangat
mengecewakan,” ujar Melian kepada Salam Papua via telepon.
Melalui diskusi tersebut, IPMAMI merumuskan 10 tuntutan
kepada Pemkab Mimika agar proses seleksi IPDN dan program afirmasi ke perguruan
tinggi dilakukan secara terbuka dan adil.
Menurut Melian, selama beberapa tahun terakhir, Pemkab
Mimika melalui Dinas Pendidikan dan BKD dinilai justru meminggirkan putra-putri
asli Papua dan memberi ruang lebih besar kepada peserta non-Papua.
“Ini pengingkaran terhadap semangat Otonomi Khusus dan
keadilan sosial bagi masyarakat adat. Jangan berlindung di balik nama
Amungme-Kamoro hanya demi pencitraan,” tegas mahasiswa Universitas Pasundan
itu.
Berikut 10 tuntutan IPMAMI Wilayah Bandung:
1.
Seleksi IPDN dan afirmasi harus terbuka,
transparan, dan menjamin keterwakilan suku Amungme, Kamoro, dan lima suku
kerabat.
2.
Menolak segala praktik yang hanya
mengatasnamakan suku-suku asli tanpa keterlibatan nyata.
3.
Menuntut prioritas bagi anak-anak asli dalam
seleksi tahun ajaran 2025/2026 dan seterusnya.
4.
Menolak praktik seleksi tertutup dan manipulatif
yang merugikan anak Papua.
5.
Mengutuk tindakan diskriminatif dari Dinas
Pendidikan dan BKD Mimika.
6.
Mendesak afirmasi nyata bagi anak asli Mimika
dalam seluruh jalur pendidikan.
7.
Menolak manipulasi dalam proses pemberkasan yang
merugikan peserta asli Papua.
8.
Meminta Pemkab tidak menjadikan YPMAK sebagai
tameng jika program tidak berpihak ke rakyat.
9.
Menolak segala bentuk kolusi dan nepotisme dalam
seleksi calon praja IPDN.
10. Menuntut
evaluasi menyeluruh terhadap Dinas Pendidikan dan BKD oleh Pemkab dan Pemprov
Papua Tengah.
“IPMAMI berdiri untuk keadilan dan hak kesetaraan anak-anak
asli tanah Mimika. Ini bukan sekadar tuntutan, tapi panggilan nurani untuk masa
depan Mimika yang lebih adil,” pungkas Melian.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi