SALAM PAPUA (NABIRE) – Noken merupakan tradisi luhur bernilai tinggi yang diwariskan secara turun-temurun di Tanah Papua. Di berbagai daerah, termasuk Kabupaten Deiyai, Noken telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat—simbol identitas dan kebanggaan orang Mee.

Di Deiyai, hampir setiap orang, dari anak-anak hingga orang tua, memiliki Noken mereka sendiri. Tradisi merajut Noken telah menyatu dengan keseharian dan menjadi jati diri masyarakat.

Salah satu perajut Noken di Waghete, Mama Martha Kotouki, mengungkapkan harapannya agar di Deiyai bisa dibangun Museum Noken—sebuah rumah besar yang menjadi pusat pengetahuan dan warisan budaya bagi generasi mendatang.

“Bila perlu pemerintah buat satu Museum Noken. Karena Museum Noken bisa menjadi pusat berbagai pengetahuan dan kebudayaan. Keberadaannya akan sangat penting untuk masyarakat Deiyai, terutama bagi anak-anak muda ke depan,” ujar Mama Kotouki.

Senada, perajut Noken lainnya, Mama Yosepina Mote, berharap pemerintah daerah, provinsi, maupun pusat dapat menjawab aspirasi tersebut.

“Iyo, pemerintah dorang ini bisa dengar kami punya permintaan. Supaya ada rumah besar Noken, tempat kami bisa ajar anak-anak dan wariskan ilmu Noken ini,” katanya dengan nada penuh harap.

Menanggapi aspirasi tersebut, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Deiyai, Yanuarius Doo, menyampaikan bahwa Noken merupakan bagian penting dari budaya suku Mee dan memang sudah selayaknya memiliki tempat khusus untuk pelestariannya.

“Noken tidak bisa dipisahkan dari orang Mee dalam kehidupan sehari-hari. Maka, ke depan akan sangat baik jika Museum Noken hadir di Deiyai,” jelas Yanuarius Doo kepada Salam Papua, Sabtu (1/11/2025).

Menurutnya, kehadiran Museum Noken juga sejalan dengan misi Bupati dan Wakil Bupati Deiyai, Melkianus Mote dan Ayub Pigome, yang berkomitmen memajukan kebudayaan sebagai cerminan jati diri masyarakat.

Lebih lanjut, Yanuarius menjelaskan bahwa misi tersebut juga sejalan dengan program prioritas Gubernur Papua Tengah, Dr. Ribka Haluk, M.Si., yang menaruh perhatian besar pada pelestarian budaya dan kearifan lokal. Pemerintah provinsi berkomitmen memberdayakan kembali lembaga adat serta mendorong penamaan fasilitas umum dengan nama tokoh lokal atau misionaris sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan identitas Papua.

“Untuk mewujudkan misi itu, kami sangat mengharapkan perhatian serius dari Kementerian Kebudayaan agar dapat menjawab kerinduan masyarakat Deiyai. Museum Noken adalah impian besar kami bersama, dan kami berharap Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Kebudayaan bisa mewujudkannya,” ujar Yanuarius Doo.

Ia menambahkan, Museum Noken nantinya diharapkan menjadi pusat aktivitas kebudayaan dan pembelajaran tentang “ilmu hidup” Noken bagi masyarakat Mee dan seluruh warga Papua Tengah.

Di tempat terpisah, Ketua KNPI Kabupaten Deiyai, Melison Dogopia, turut mendukung penuh aspirasi tersebut.

“Noken adalah tradisi luhur dan mulia. Apalagi yang mencetuskan Noken Papua hingga diakui UNESCO adalah putra terbaik Deiyai, Bapak Titus Pekei. Karena itu, Museum Noken memang pantas dibangun di tanah ini, sebagai warisan berharga bagi generasi muda,” tegas Melison.

Penulis: Elias Douw

Editor: Sianturi