SALAM PAPUA (TIMIKA) - PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan
kunjungan ke Sekolah-Asrama Taruna Papua (SATP), pada Jumat (22/3/2024), yang melihat
langsung proses penanaman selada dan pokcoy pada dua grand house yang dimiliki
SATP, kemudian dilanjutkan dengan berkeliling melihat ruangan kreativitas
murid-murid dimana ruangan tersebut merupakan ruangan pembuat sabun, odol,
deodorant dan kreativitas lainnya.
Mewakili manajemen PTFI dari Departemen Strategic Planning
Catering dan Service (SPCS), Reymond Dimara memberi apresiasi terhadap pendidikan
entrepreneurship yang didapatkan anak-anak SATP, dimana anak-anak dapat belajar
dari menanam tanaman yang sehat hingga memperoleh hasil yang sangat memuaskan.
“Pelajaran ini sangat baik sekali, saya baru pertama ketemu
anak-anak ini dan saya sangat kagum sama mereka. Mereka bukan hanya mendapatkan
pelajaran namun bisa mendapatkan penghasilan. Kami PTFI sangat mensupport semua
kegiatan anak-anak OAP ini, sebab ini merupakan bekal untuk mereka ke depannya,”
ujar Raymond.
Menurutnya, pendidikan entrepreneurship ini didapatkan oleh
Okto Magai yang merupakan pengusaha selada OAP yang berhasil, sehingga dirinya
sangat berterimakasih kepada Okto Magai yang telah membagi ilmunya kepada
anak-anak SATP.
“Awalnya Bapak Okto cerita sama saya tentang grand house
ini, namun saya pikir hanya sekedar usaha kecil namun ternyata ini bisa menjadi
bisnis yang besar, dan saya berharap Bapak Okto bisa membagikan ilmu ini kepada
banyak orang dan terus berbagi dengan hati yang besar,“ ungkapnya.
Sementara itu, Perwakilan dari Yayasan Pendidikan Lokon di
Timika yang membawahi SATP, Andreas Ndityomas mengungkapkan bahwa SATP selalu
mengajarkan dan memperkenalkan hal-hal baru kepada murid-murid SATP, baik keterampilan
pembuatan sabun dan keterampilan lainnya. Dan saat ini murid-murid diajarkan pendidikan
entrepreneurship melalui pertanian modern hidroponik.
“Kami buktikan bahwa usia muda juga bisa berhasil dalam
berwirausaha, dari pendidikan entrepreneurship ini anak-anak telah mendapatkan
penghasilan sendiri,” ujarnya.
Andreas menjelaskan, penghasilan yang didapatkan dari
memanen selada dan pokcoy akan digunakan murid-murid untuk mengikuti lomba
sains Nasional. Ini dilakukan agar murid-murid bisa mengetahui bahwa pendidikan
entrepreneurship ini bukan hanya sebatas memperoleh pelajaran namun juga dapat memiliki
hasil secara finansial.
“Dengan hasil dari memanen ini, kami akan mengirim 10 murid
untuk mengikuti lomba sains Nasional. Kami sangat berterimasih juga kepada Bapak
Okto Magai yang telah banyak membantu SATP,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, pengusaha selada, Okto Magai yang
juga merupakan donatur pendidikan entrepreneurship ini mengatakan, penyampaian
pendidikan pertanian modern hidropinik ini merupakan bentuk kepeduliannya
kepada anak-anak OAP, yang ke depannya dapat digunakan hingga anak-anak lulus
dari SATP.
“Lebih dari 1.300 anak-anak OAP yang belajar di SATP,
sehingga apa yang bisa saya bantu, saya lakukan. Jangan hanya PTFI yang
membantu anak-anak ini, kalau kita bisa, kenapa tidak? Dengan adanya pendidikan
ini, mereka bisa pakai saat sudah keluar dari SATP,” ujar Okto.
Menurutnya, murid-murid SATP sangat cepat memahami dan
mempelajari cara bertani secara hidroponik dan memiliki kemampuan belajar yang
sangat luar biasa.
“Ini semua berhasil sebab anak-anak juga mau belajar. Kalau
mereka tidak mau, saya rasa hasil yang didapatkan pasti tidak memuaskan,”
ungkapnya.
Penulis: Evita
Editor: Jimmy