SALAM PAPUA (TIMIKA) – Kontraktor muda asal suku Amungme, Elinus Balinol Mom,S.T berhasil membangun jembatan gantung di Kali Belogong, Kampung  Bella Alama, Distrik Alama.

Pembangunan jembatan gantung ini melalui proses lelang di bagian LPSE Pemkab Mimika dengan anggaran senilai Rp 14 Miliar.

“Pemkab Mimika sudah merencanakan pembangunan jembatan itu sejak tahun 2015, tapi karena kontraktornya mengalami kendala, maka tahun ini baru terealisasi. Itu bukan proyek penunjukkan tapi melalui proses lelang murni dan saya yang menang tendernya. Puji Tuhan saat ini sudah mencapai 100 % dan masyarakat sudah bisa melintas di atasnya,” ungkap Pemilik PT Putra Belgia Cemerlang ini, Rabu (26/4/2023).

Jembatan penyeberangan kali curam tersebut sebagai akses penghubung dari ujung timur hingga ke barat wilayah Amungsa gunung, dimulai dari Distrik Alama tembus hingga ke Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

“Jembatan itu dibangun di jalan sebagai akses utama yang digunakan sejak nenek moyang hingga saat ini. Kali Belogong itu sangat besar, arusnya deras dan berbatuan. Jadi sudah dipastikan tidak selamat kalau orang jatuh di kali tersebut,” ujarnya.

Disampaikan, keterlibatannya dalam upaya pembangunan didasari atas kepedulian terhadap masyarakat yang ada di Distrik Alama. Selain membangun jembatan, kontraktor yang bergabung dalam Honai Adat Pengusaha Asli Amungme dan Kamoro (HAPAK) ini telah membantu membangun gedung sekolah, rumah guru dan rumah layak huni bagi beberapa KK di kampung wilayah gunung seperti Distrik Alama, Hoya serta di Jita.

“Saya sebagai anak asli di Alama sangat tahu apa yang dibutuhkan warga di sana, salah satunya  ialah akses jalan dan jembatan. Makanya saya mati-matian harus ikut membangun. Sejak tahun 2016 saya sudah bangun sekolah, rumah layak huni bagi warga dan rumah guru, bahkan saya bangun Lapter di Bella menggunakan dana dari PTFI melalui YPMAK. Puji Tuhan yang saya kerjakan itu semuanya berhasil dan dinikmati masyarakat saya,” tuturnya.

Elinus mengaku, menjalankan proyek pembangunan khususnya infrastruktur di wilayah pegunungan bukan merupakan sesuatu yang mudah. Hal itu lantaran medan dan cuaca yang membutuhkan kesabaran, ditambah pengangkutan material harus melalui transportasi udara.

“Pembangunan jembatan itu sempat diberi tambahan waktu, karena memang cuaca di sana dan medannya sangat membutuhkan waktu,” tuturnya.

Dia pun berharap agar Pemkab Mimika terus melibatkan kontraktor yang merupakan anak asli Papua termasuk suku Amungme dan Kamoro. Sebab menurut dia, semua anak Papua mampu bekerja di berbagai bidang jika diberi kesempatan.

“Kita sebagai anak asli punya kemauan dan mampu bekerja. Kita bisa kalau memang diberikan kesempatan,” tegasnya.

Penulis: Acik

Editor : Jimmy