SALAM PAPUA (TIMIKA) – Dilatarbelakangi keinginan yang kuat meningkatkan kegiatan ekonomi dan mendorong bidang pertanian di Kabupaten Mimika, PT Freeport Indonesia (PTFI) melalui Koperasi Buah Dewa (KBD) telah membina 324 petani Kakao (Theobroma Cacao).

177 (55%) dari 324 petani yang dibentuk periode tahun 2012 hingga Juni 2019 itu merupakan orang asli Papua (OAP) 7 suku di Kabupaten Mimika (Amungme, Kamoro dan 5 suku kerabat), sedangkan 147 (45%) orang lainnya merupakan petani non Papua.

Hingga 2019, program yang bekerjasama dengan Pemkab Mimika ini telah dikembangkan tanaman kakao di sejumlah lokasi, meliputi Distrik Kuala Kencana, Iwaka, Kwamki Narama, Mimika Baru, Mimika Timur dan Wania.

“Yang luar biasanya petani yang kami bina itu sebanyak 177 orang atau 55% adalah OAP 7 suku. Kami fokus pada pengembangan kapasitas. Jadi tidak hanya sekedar membagi bibit, tapi kami juga mendampingi bagaimana supaya bisa menanam dan mengelola tanaman termasuk pasca panennya,” ungkap Group Leader CSR PTFI, Andriyana Saputro saat diwawancarai salampapua.com pada pameran lingkungan PTFI dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 di Graha Emeneme Yauware Timika, Minggu (18/6/2023).

Andriyana mengungkapkan, jumlah bibit kakao yang tersebar sejak tahun 2012 hingga Juni 2019 sebanyak 217,215 pohon dan setara dengan luasan lahan yaitu  217,22 hektar. Dari jumlah bibit yang didistribusikan tahun 2012, pada tahun 2014-2019 telah terkumpul produksi biji kakao kering sebanyak 14,090 kg (14,09 ton) dan telah dipasarkan ke Makassar sebanyak 10,170 kg (10,17 ton).

Disampaikan, dalam pelaksanaan program kualitas kakao, KBD membantu bibit kakao, alat dan sarana produksi pertanian (saprotan) secara gratis kepada petani kakao, juga melakukan pendampingan melalui pelatihan, temu lapangan, kunjungan dan monev baik dalam bentuk teori maupun praktik. Hingga tahun 2019 telah melakukan pelatihan dalam kelas sebanyak 16 kali, monev OJT dan temu lapangan sebanyak 200 kali pertemuan.

“Kami pasarkan biji kering kakao ke perusahaan yang ada di Makassar, tapi masih dalam kapasitas yang masih sedikit. Kita belum produksi skala besar, tapi kami upayakan perluasan lahan dan jumlah petani yang terlibat. Semua petani kakao ini masuk dalam koperasi buah dewa. Itu merupakan upaya supaya semua petani bisa lebih mandiri, mulai penanaman hingga pengelolaannya,” ujarnya.

Adapun pengembangan pertanian kakao ini diprakarsai PTFI pada April 2011 dan mengajak Pemkab Mimika berkunjung ke sentral penghasilan kakao di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Dari kunjungan inilah maka dimulai program pengembangan kakao di Mimika yang dipusatkan di Kampung Utikini Baru, SP12.

Sebagai kelanjutannya, Departemen Pengembangan Masyarakat PTFI melalui Yayasan Jaya Sakti Mandiri (YJM) membangun dan mengoperasikan sejumlah fasilitas pendukung program pengembangan kakao di Mimika, antara lain Koperasi Buah Dewa (KBD) selaku lembaga ekonomi yang membeli dan memasarkan hasil biji kering kakao, gudang penyimpanan hasil dengan kapasitas 60 ton, 10 unit fasilitas pembibitan kakao dengan kemampuan produksi 150 ribu bibit kakao pertahun. Selain itu, juga menyediakan fasilitas Utikini Cacao Clinic (Ucc) dilengkapi kebun percontohan dan ruang pelatihan petani dan siswa-siawi SMK Pertanian. (Adv)

Penulis : Acik

Editor : Jimmy