SALAM PAPUA (TIMIKA) – Suasana Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Mimika di Jalan C. Heattubun, Kwamki, Mimika Baru sempat tegang pada Senin (2/6/2025) pagi, saat sekelompok warga dari Kampung Arwanop, Distrik Tembagapura melakukan aksi pemalangan sebagai bentuk protes atas belum terlayaninya penerbangan subsidi ke wilayah mereka.

Aksi ini terjadi bertepatan dengan peluncuran penerbangan perdana subsidi ke lima kampung lainnya: Jila, Jita, Alama, Tsinga, dan Kokonao. Warga Arwanop merasa kecewa karena nama kampung mereka tidak termasuk dalam rute yang dilayani meski sebelumnya telah dijanjikan akan diberangkatkan pada Mei 2025.

“Kami hadir di sini menagih janji Bupati soal penerbangan perdana ke Arwanop. Janji itu disampaikan langsung kepada kami, tapi sampai sekarang belum ditepati. Maka kami lakukan pemalangan kembali hari ini,” ujar salah satu warga Arwanop.

Warga lainnya menyatakan bahwa mereka tidak pernah diberi penjelasan mengapa Arwanop tidak termasuk dalam daftar penerbangan perdana yang diluncurkan hari ini.

“Kami kecewa karena tidak ada kejelasan. Jika hari ini tidak ada jawaban pasti, palang ini tidak akan kami buka,” tegasnya.

Menanggapi aksi tersebut, Kepala Dinas Perhubungan Mimika, Jania Basir, menjelaskan bahwa bukan karena Pemkab mengabaikan Arwanop, melainkan karena persoalan teknis terkait jenis pesawat yang digunakan. Untuk menjangkau Kapiraya dan Arwanop, dibutuhkan pesawat jenis Karavan, yang saat ini masih menunggu proses kontrak melalui E-Katalog.

“Kami tidak membedakan rute. Tapi pesawat yang dibutuhkan untuk Arwanop berbeda dengan rute lain. Dan sampai sekarang belum ada maskapai yang bersedia kontrak untuk rute itu karena masih proses lelang,” jelas Jania

Namun demikian, Dishub tidak tinggal diam. Jania menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah cepat dengan mendatangi langsung maskapai yang memiliki pesawat Karavan, agar penerbangan ke Arwanop bisa segera direalisasikan tanpa harus menunggu selesainya proses lelang.

“Kami akan temui langsung pihak maskapai. Siapa yang bersedia, itu yang akan kami gunakan. Kami berkomitmen dalam minggu ini harus ada solusi,” tegasnya.

Dengan penegasan tersebut, masyarakat akhirnya bersedia membuka palang, dengan harapan komitmen tersebut segera ditindaklanjuti. Penerbangan subsidi ke pedalaman memang menjadi harapan besar masyarakat, terutama mereka yang selama ini hidup di wilayah terisolasi dan hanya dapat dijangkau melalui jalur udara.

Laporan: Evita

Editor: Sianturi