SALAM PAPUA (NABIRE) - Ketua Panitia Festival Media
se-Papua, Abeth You mengumumkan Festival Media se-Papua Tahun 2025 akan
berlangsung 6-8 Oktober 2025 di Lapangan Bandara Lama Nabire, Papua Tengah.
Festival ini diinisiasi oleh Asosiasi Wartawan Papua (AWP)
dan menjadi ruang kolaborasi bagi para jurnalis, praktisi media, mahasiswa,
pelajar, serta pemerintah daerah.
“Festival ini adalah momentum penting agar media di Papua
punya ruang berkolaborasi, meningkatkan kapasitas, dan membangun kesadaran
publik,” kata Abeth dalam keterangannya di Nabire, Sabtu (6/9/2025).
Festival akan diisi dengan beragam kegiatan, mulai dari
pelatihan jurnalistik investigasi, keamanan digital, pemanfaatan kecerdasan
buatan (AI) dalam jurnalistik, talkshow peran media dalam pembangunan, workshop
media sosial (fotografi & videografi), pameran foto dan buku jurnalis,
lomba karya tulis, hingga malam penganugerahan Papua Journalist Association
Award 2025.
“Kami ingin jurnalis Papua tidak hanya menulis berita,
tetapi juga memiliki keterampilan investigasi, penguasaan keamanan digital,
hingga pemanfaatan AI,” ungkapnya.
Abeth menyebutkan, sejumlah tokoh penting akan hadir sebagai
pembicara.
“Festival ini menghadirkan Gubernur Papua Tengah Meki
Nawipa, Ketua Dewan Pers, praktisi media nasional, perwakilan PT Freeport
Indonesia, dan jurnalis senior Papua,” jelasnya.
Selain itu, ada juga narasumber dari jurnalis investigasi
nasional, praktisi media sosial, ahli keamanan digital dan AI, serta perwakilan
lembaga negara.
Festival Media se-Papua 2025 diperkirakan akan diikuti 117
jurnalis se-Tanah Papua, 51 organisasi pers atau media nasional, 36 humas
Pemda, 26 humas DPRD, 100 mahasiswa, 100 pelajar, serta perwakilan Pemprov
Papua, Pemprov Papua Tengah, PT Freeport Indonesia, dan mitra lainnya.
“Antusiasme peserta sangat tinggi. Bahkan kami mencatat ada
lebih dari seratus jurnalis dari berbagai daerah di Tanah Papua yang akan
hadir,” tuturnya.
Menurut Dia, latar belakang festival ini adalah untuk
menjawab tantangan kapasitas jurnalis Papua.
“Wartawan kita masih butuh ruang belajar dan pengembangan.
Karena itu, festival ini menjadi tempat bertemu, berdiskusi, dan saling
memperkuat,” ujarnya.
Sementara manfaat festival ini, kata Abeth, antara lain untuk
membangun jaringan media profesional dan damai, meningkatkan kapasitas SDM
lokal, mendorong narasi positif Papua di tingkat nasional dan internasional,
serta memperkuat hubungan media dengan Pemda.
“Dampak jangka panjang yang kami harapkan adalah lahirnya
ekosistem media yang berdaya, aman, inklusif, dan dipercaya publik di Papua,”
pungkasnya.
Editor: Jimmy