SALAM PAPUA (TIMIKA) – Ada hal yang menarik dari berbagai aktivitas dan penampilan epic pada penutupan Pameran Lingkungan dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 bertemakan “Beat Plastic Pollution” (Mengalahkan atau Solusi untuk Polusi Plastik), yang digelar Environmental Division (Divisi Lingkungan) PT Freeport Indonesia (PTFI), pada Minggu (18/6/2023) lalu.

Hal menarik itu adalah saat VP Environmental Division PTFI Gesang Setyadi sedang melancong ke setiap stand pada Pameran Lingkungan tersebut, dan kemudian dirinya berhenti di stand concentrating division yang mana di situ ada sebuah Lukisan Wajahnya.

Lukisan itu kemudian diketahui dibuat oleh Isak H. Mnsen,S.Sn, seorang seniman seni rupa asal Biak yang telah menetap di Mimika sejak tahun 2014.

Isak ternyata memang berkeinginan untuk menunjukkan dan memberikan hasil karyanya dari bahan dasar sampah plastik tersebut kepada VP Environmental PTFI Gesang Setyadi.

Kepada salampapua.com Gesang Setyadi mengaku terpukau dengan lukisan itu dan memberi apresiasi kepada seniman orang Asli Papua (OAP) tersebut. Dengan rasa bangga dan decak kagum, Gesang pun menerima lukisan itu. Gesang juga menceritakan saat dirinya bertemu dengan Isak saat di Pameran Lingkungan tersebut.

“Dia (Isak) sampaikan kepada saya bahwa dia mengumpulkan sampah plastik itu sudah 2 bulan dan dia tebersit ide untuk membuat karya seni. Kemudian dia melihat ada momen Hari Lingkungan Sedunia, jadi dia memang sengaja membuat karya dengan menggunakan sampah plastik untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa sampah dapat dikelola menjadi barang-barang yang berguna seperti karya seni Lukisan Wajah saya itu. Sebenarnya lukisan itu mau diberi gratis kepada saya, tapi saya memberinya uang sebagai apresasi saya atas karya seninya yang luar biasa itu,” ujarnya.

Di samping itu, Gesang mengungkapkan, secara khusus untuk sampah plastik di Papua menjadi tantangan tersendiri, karena untuk melakukan recycle terhadap sampah plastik ini membutuhkan biaya yang cukup besar saat mengirimkannya ke Jawa dan diolah di sana. Bahkan di Jawa banyak yang kemudian diekspor ke Cina untuk diolah lagi menjadi botol plastik kembali.

Untuk itu dia mendorong agar warga di Mimika dapat melakukan berbagai inovasi sehingga sampah plastik ini dapat dimanfaatkan menjadi barang-barang yang mempunyai nilai yang tinggi.

“Karena kalau menjadi karya yang biasa-biasa saja dan nilainya juga murah, agak sulit untuk mendorong orang untuk bisa memanfaatkan barang-barang bekas atau sampah plastik itu ya. Jadi Lukisan tersebut adalah salah satu contoh sampah plastik itu bisa diubah menjadi karya seni yang nilainya tinggi. Semoga ini bisa diteruskan oleh masyarakat yang lain,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang berbeda, salampapua.com juga mewawancarai Isak H. Mnsen,S.Sn terkait hasil karyanya tersebut.

Pria lulusan Sarjana Seni (Rupa) dari Sekolah Tinggi Seni dan Budaya Jayapura, Papua, pada tahun 2014 dan bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu Distrik di Kabupaten Mimika sejak tahun 2015 sampai sekarang tersebut, menyampaikan pesan utama dari karya Lukisan Wajah Gesang Setyadi itu.

“Melalui lukisan itu saya bermaksud menyampaikan pesan bahwa sampah yang tidak berguna itu jika ditangani oleh orang-orang yang tepat (yang memiliki kepedulian yang sungguh terhadap lingkungan), dan dengan cara penanganan yang tepat, maka akan mempunyai nilai yang berguna. Begitu pula dengan kita manusia, apabila kita serahkan hidup kita seutuhnya untuk Tuhan, maka kita akan hidup dan bernilai di mata Tuhan dan manusia. Kita tidak akan mungkin menjadi sampah masyarakat,” ungkapnya.

Isak menambahkan, selain orang dan cara penanganan yang tepat, juga sangat penting melalui tempat yang tepat, agar karya-karya yang dilakukan dapat diapresiasi, diberi wadah untuk berkreasi dan memberi kesempatan mengembangkan karya-karya yang dilakukan untuk dapat difungsikan bagi banyak orang.

Dalam hal ini dirinya menyampaikan apresiasinya kepada Environmental Division PTFI dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mimika.

“Apresiasiku buat Environmental (PTFI) dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mimika yang tidak pernah bosan untuk melakukan segala sesuatu bagi lingkungan hidup,” tambahnya.

Isak pun berharap ada banyak orang yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Menurut dia, nilai ekonomis dari sebuah karya itu adalah nomor ke seratus, tapi yang menjadi nomor satu adalah melakukan berbagai karya yang bermanfaat khususnya bagi lingkungan hidup

“Semoga ada ribuan Isak yang lain yang punya Jiwa kepedulian tentang lingkungan hidup. Yang nomor satu itu kitong (kita semua) bikin apapun karya daur ulang sampah untuk lingkungan yang bersih dan nyaman. Kalaupun ada nilai ekonomis yang kita peroleh dari karya kita, itu hanya bonus saja,” tutupnya.

Wartawan/Editor: Jimmy