SALAM PAPUA (TIMIKA) – Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA) menggelar Sosialisasi dan Pembagian SK Pengurus LEMASA Periode 2023-2028 yang diselenggarakan di lapangan Timika Indah, Sabtu (15/7/2023).

Kegiatan yang mengangkat tema “Berkarya Demi Masa Depan Generasi dan Harga Diri Suku Amungme” ini diawali ibadah bersama yang dipimpin Pdt. Marianus Uamang serta dihadiri  masyarakat 13 wilayah adat dan satu wilayah Diaspora, Ketua DPRD Mimika, perwakilan dari Pemkab Mimika, Kejaksaan Negeri Mimika dan tamu undangan lainnya.

“Sosialisasi ini dilakukan mengingat hingga saat ini masyarakat Amungeme masih ragu, padahal secara legalitas LEMASA yang sah ialah kami ini sehingga dalam acara sosialisasi dan penyerahan SK pengurus ini, kami mengundang semua orang Papua dan lima suku kerabat yang pernah terafiliasi dengan LEMASA,” ungkap Nagawan Lemasa, Menuel Jhon Magal.

Menuel Jhon Menuel Magal dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini masyarakat Amungme seperti hidup dalam keraguan. Karena itu dirinya mengajak masyarakat Amungme agar pandai melihat siapa yang sungguh-sungguh mengurus Lemasa. Caranya dengan melihat rekam jejak dari setiap tokoh, dalam hal ini apa yang telah dibuat untuk orang Amungme.

“Yang menjadi pemimpin utu harus dilihat rekam jejaknya, apakah hari-harinya bekerja untuk kepentingan masyarakat Amungme atau hanya bekerja untuk hura-hura dengan kepentingan pribadi saja?” tegasnya.

Mengacu pada tema yang diangkat dalam kegiatan ini, Menuel mengingatkan bahwa untuk sebuah kebangkitan tidak akan turun sendiri dari langit ataupun dari pihak lain, namun kekuatan bangkit itu harus dari dalam hati.

LEMASA atau lembaga adat merupakan pemerintahan adat yang diakui dalam konstitusi UUD 1945 pasal 18 b ayat (2), yang berbeda dengan perkumpulan atau yayasan. Karena itu saat ini melalui LEMASA, masyarakat diharapkan kembali bersatu tanpa adanya perpecahan oleh adanya perkumpulan lain yang mengatasnamakan LEMASA.

Saat diwawancarai usai kegiatan, ia mengatakan bahwa sosialisasi dan penyerahan SK kepengurusan LEMASA saat ini dilakukan di tempat terbuka agar diketahui oleh seluruh masyarakat. Di samping itu juga agar seluruh pengurus LEMASA ini mempunyai tanggungjawab moral dan tidak hanya mengejar operasional lalu mengabaikan jalannya program.

“Tujuan sosialisasi ini supaya masyarakat tahu bahwa Lemasa ini sudah bangkit kembali. Kami sengaja serahkan SK kepengurusan di tempat terbuka dan dihadiri oleh seluruh masyarakat 13 wilayah adat dan 1 wilayah Diaspora yang merupakan pelajar, mahasiswa atau perantau Amungme yang sementara ada di daerah lain seperti di Manado, Jawa dan kota studi lainnya,” ungkapnya.

LEMASA identik dengan pelayanan sehingga bukan hanya mengejar uang, tetapi merupakan lembaga yang mempertahankan nilai-nilai adat dan budaya suku Amungme. Budaya Amungme harus tetap dilestarikan dan keasliannya tetap dijaga.

“Kami tidak mau adat istiadat kami musnah karena terbaur dengan budaya lain. Lemasa harus bangkit,” ujarnya.

Sementara itu sejarahwan dan menjadi salah satu tokoh berdirinya LEMASA, Yunus Omabak menyampaikan bahwa LEMASA berdiri bukan untuk main-main dan didirikan oleh pendahulu dengan tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat  suku Amungme. LEMASA ini berdiri di masa Mimika masih menjadi bagian dari Fak-Fak sehingga Bupati Matondang datang ke Timika untuk mengesahkan LEMASA di Kwamki Lama.

Sangat disayangkan, sejak Komisaris Thomas Beanal mengalami sakit, LEMASA kemudian diurus oleh  orang-orang yang tidak lagi membawa LEMASA ke arah yang sesungguhnya. LEMASA dijadikan kelompok dan perkumpulan kecil dengan kepentingannya sendiri-sendiri.

Saat ini dengan bangkitnya LEMASA maka Amungme kembali menjadi satu tanpa adanya perpecahan.

“LEMASA ini berdiri bukan untuk main-main dengan kepentingan sendiri-sendiri. Bupati Matondang yang datang mengesahkan LEMASA di Kwamki Lama. Tapi sebelumnya  beberapa pejuang suku Amungme lainnya berusaha mati-matian untuk mengurus suratnya di Fak-Fak,” tegasnya.

Wartawan : Acik

Editor : Jimmy