SALAM PAPUA (TIMIKA)- Social loafing merupakan istilah untuk menggambarkan sikap keengganan berkontribusi saat bekerja dalam kelompok. Perilaku ini tidak hanya mengganggu produktivitas kelompok, tetapi juga dapat berdampak pada diri sendiri.

Orang yang melakukan social loafing cenderung memberikan sedikit kontribusi saat bekerja dalam kelompok bila dibandingkan ketika ia bekerja sendiri. Ini karena orang tersebut menganggap ada orang lain di kelompoknya yang dapat memberikan kontribusi lebih atau akan menyelesaikan tugas tersebut.

Penyebab Social Loafing

Sikap malas saat bekerja dalam kelompok dapat terjadi di mana saja, baik di rumah, di sekolah, maupun di kantor. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan social loafing:

1. Tidak punya motivasi

Motivasi adalah dorongan dalam diri untuk bertindak guna mencapai suatu tujuan, misalnya menyelesaikan tugas dengan baik. Orang yang tidak memiliki motivasi untuk mengerjakan tugas dan menjalin komunikasi dengan anggota tim tentu tidak berminat memberikan kontribusi dalam kelompoknya.

2. Kurang bertanggung jawab

Seseorang akan merasa malas terlibat atau berkontribusi dalam kerja kelompok ketika ia kurang bertanggung jawab saat melakukan tugas. Hal ini karena orang tersebut merasa tugasnya tidak akan memberikan pengaruh besar pada kelompoknya.

3. Anggota kelompok terlalu banyak

Sejumlah studi menyatakan bahwa ketika berada di dalam kelompok, seseorang cenderung kurang berusaha melakukan tanggung jawabnya. Terutama, jika berada di dalam kelompok dengan jumlah anggota yang banyak, misalnya 12 orang.

4. Ekspektasi terhadap anggota kelompok

Saat masuk dalam kelompok yang malas, seseorang yang memiliki kecenderungan social loafing juga akan menjadi malas karena merasa terbebani jika harus mengerjakan semua tugas sendiri.

Sebaliknya, ketika orang dengan social loafing masuk ke dalam kelompok yang ambisius, ia menjadi malas untuk berusaha dan berpartisipasi karena merasa ada anggota lain yang lebih kompeten. Akhirnya, ia akan membiarkan anggota yang lebih kompeten untuk melakukan semua pekerjaannya.

 

5. Cara kerja yang tidak cocok dengan timnya

Setiap orang memiliki cara kerja yang berbeda-beda. Namun, perbedaan cara kerja yang tidak selaras dengan anggota tim lainnya bisa memicu terjadinya social loafing. Ketika seseorang merasa tidak terhubung atau tidak sejalan dengan ritme kerja tim, ia cenderung kurang berkontribusi secara maksimal.

Cara Mengatasi Social Loafing

Social loafing dapat memengaruhi efisiensi dan kinerja kelompok. Oleh karena itu, sikap ini perlu diatasi agar tidak menghambat kelancaran kerja tim.  Jika ada anggota tim Anda yang memiliki kecenderungan social loafing, berikut ini adalah beberapa cara untuk menghadapinya:

Membatasi jumlah anggota agar ukuran kelompok tidak terlalu besar atau memecah kelompok besar menjadi beberapa kelompok kecil, memberikan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap anggota kelompok, menentukan aturan dan standar untuk kinerja kelompok yang jelas.

Memberikan apresiasi bagi anggota kelompok yang telah memberikan kontribusi dan memenuhi tanggung jawabnya, melakukan evaluasi terhadap kinerja individu setiap anggota kelompok, memberi pengertian kepada pelaku social loafing untuk bisa memberikan kontribusi yang sama seperti anggota kelompok lainnya.

Jika memiliki anggota tim dengan social loafing, Anda bisa melakukan beberapa cara di atas. Bila cara-cara tersebut tetap tidak berhasil untuk mengatasinya, Anda dapat berdiskusi dengan anggota tim yang performanya menurun terkait ada atau tidaknya masalah pribadi yang dihadapinya. (Alodokter)

Editor: Sianturi