SALAM PAPUA (TIMIKA) – Sejumlah warga Timika mengeluhkan
banyaknya kuburan di Tempat Pemakaman
Umum (TPU) SP1 yang dibangun secara permanen dan mewah yang dilengkapi pagar
keliling layaknya rumah huni sehingga boros tempat.
Seorang warga kepada salampapua.com mengungkapkan bahwa
kubur keluarga mereka saat ini hancur lantaran saluran pembuangan air hujan
dari atap salah satu kubur mewah yang berdekatan. Kubur mewah tersebut dibangun
permanen, dilengkapi pintu masuk dan jendela serta atap yang lebarnya setengah
hingga satu meter bagian kiri dan kanannya.
“Saya punya kakak perempuan kuburnya di TPU SP1. Di
sebelahnya ada kubur orang kaya yang dibangun sangat mewah seperti tempat
tinggal manusia yang hidup. Sekarang ini Musim hujan, jadi beberapa kubur di
sekitarnya itu jadi korban, termasuk kubur kakak saya. Air hujan dari atap itu
jatuh ke atas kuburnya kakak saya, sehingga otomatis kubur kakak saya hancur
dong,” ungkap seorang warga yang mengaku berdomisili di Kelurahan Sempan Timika
tersebut, Jumat (23/6/2023).
Atas kenyataan ini, Ia pun menaruh curiga Pemkab Mimika
sengaja membiarkan hal tersebut, karena diberi uang atau disogok. Ia berharap
agar Pemkab Mimika melalui dinas terkait tidak tutup mata dan harus terlibat
langsung dalam penataan kuburan di TPU tersebut.
“Itu TPU milik pemerintah, jadi pemerintah yang harus atur, jangan
dibuat sesuka hati masyarakat. Rata-rata kubur yang dibuat mewah itu keluarga
dari pegawai Pemkab dan mereka yang mengaku banyak uang. Kalau dibiarkan, jangan-jangan
karena dibayar uang. Siapa yang bayarnya mahal berarti dia bisa bangun kubur
semewah-mewahnya sesuka hati,” ujarnya.
Yang lebih mengejutkan, penjaga TPU dan petugas penggali
kubur mengaku bahwa ada beberapa warga yang dengan sengaja membangun kubur
seluas-luasnya dengan perhitungan persiapan tempat bagi keluarga lainnya yang akan
meninggal dunia.
Penjaga TPU SP1, Tias Boruangge mengatakan bahwa keluhan
tersebut kerap ia terima dari banyak warga. Setiap keluhan itu pun telah ia
sampaikan ke Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan Mimika, tapi
tidak ditanggapi.
Tias mengaku, kondisi TPU dengan lahan yang berhektar-hektar
itu sangat tidak beraturan. Banyak kubur yang dibangun permanen dengan fondasi
yang tinggi dan atap seng yang lebar hingga terdampak ke kubur lain yang ada di
sekitarnya.
“Benar sekali dengan keluhan warga itu, karena memang
kenyataannya begitu. Saya sering terima keluhan. Banyak warga yang kesulitan
kalau ada yang mau gali kubur baru, karena atap kubur di sebelah kiri dan kanan
sudah saling rapat. Ada juga yang dibangun memang dengan persiapan bagi satu
atau dua keluarganya kalau nanti meninggal dunia. Padahal harusnya tidak
seperti itu,” ungkapnya.
Sebagai petugas penjaga kubur, dirinya bersama beberapa
petugas penggali kubur mengaku hanya menjalani tugas mereka dan tidak punya
kewenangan untuk menentukan titik ataupun bentuk setiap kubur yang ada.
“Kami hanya jalani tugas saja dan kami hanya terima saja
kalau ada warga yang komplain. Padahal yang namanya kubur harusnya disesuaikan
dengan panjang peti jenazah, tapi banyak yang maunya bangun secara permanen dan
dibuat rumah. Bahkan ada yang dikelilingi pagar,” tegasnya.
Wartawan : Acik
Editor : Jimmy