SALAM PAPUA (TIMIKA) – Usia Emas di Tanah Emas… Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ) yang mengelola Pendidikan Dasar (PAUD, TK, SD dan SMP) dan disponsori penuh PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menapakkan kakinya tepat 50 tahun sejak berdirinya pada tahun 1973 hingga tahun 2023 di Kabupaten Mimika, tepatnya di area operasi PTFI di Tembagapura dan Kuala Kencana.

Seperti dilansir dari website resminya, YPJ mempunyai Visi sekolah yang inovatif dan progresif serta memiliki tujuan menumbuhkembangkan generasi yang tulus dan berdaya saing menanggapi tantangan global, dengan berpegang pada nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, empati, berpikir terbuka dan berintegritas.

Lembaga pendidikan ini membimbing dan mendidik anak-anak seantero Nusantara, karena memang yang menempuh pendidikan di dalamnya merupakan anak-anak karyawan dan kontraktor PTFI serta anak-anak asli Papua dari masyarakat di wilayah seputar area operasi PTFI di Tembagapura, Kabupaten Mimika.

Sekolah YPJ pun hingga saat ini telah menghasilkan para lulusan yang berhasil di dunia kerja baik di dalam maupun di luar negeri, seperti di antaranya Carl Tauran Kepala Teknik Tambang PTFI, almarhum Klemen Tinal Wakil Gubernur Papua, Ari Sihasale aktor dan produser film, Trifena Tinal anggota DPR RI, Ray Manurung manajer Timnas Pelajar Sepakbola Kemenpora RI, Ine Adi Manajer Hotel Bintang Lima di Dubai,  Araminus Omaleng pendiri Yayasan Gerbang Terang Timur yang menaungi TK Nangmora dan masih banyak lagi.

Melalui hal tersebut, tidak berlebihan jika menyebutkan bahwa sekolah ini sering melahirkan generasi emas.

Sementara itu, dukungan penuh terhadap sekolah yang telah terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Kemdikbudristek RI dan berwawasan Internasional ini dilakukan PTFI sebagai bentuk perhatian dan kepeduliannya dalam menumbuhkembangkan Sumber Daya Manusia, baik untuk anak-anak karyawannya maupun juga bagi anak-anak asli Papua yang jumlahnya mencapai 30 persen lebih.

Peran dan sumbangsih utuh PTFI terhadap sekolah yang berada di wilayah kerjanya ini, selain sekolah ini gratis karena pembiayaan sepenuhnya ditanggung PTFI, beberapa hal teknis aktivitasnya juga dikelola dan ditanggulangi oleh PTFI.  Seperti halnya, antar-jemput anak-anak sekolah menggunakan bus PTFI, sarana-prasarana sekolah berada di lingkungan area kerja PTFI, buku dan seragam gratis, adanya asrama Tomawin bentukan PTFI yang diperuntukkan bagi anak-anak asli Papua yang berasal dari kampung-kampung di Tembagapura yang terletak di area operasi PTFI, dan sebagainya.

Salam Papua mendapat kesempatan mewawancarai salah satu mantan guru di sekolah tersebut, Ibu Ermawati Lesmono.

Ermawati mengaku ada perbedaan menyolok saat mengajar di YPJ Tembagapura dibanding di sekolah-sekolah lain yang pernah ia mengabdikan dirinya. Dia mengatakan bahwa mengajar anak-anak di YPJ itu seperti mengajar anak sendiri.

“Kalau sebelumnya saya pernah mengajar di beberapa sekolah itu lain sekali dengan saat saya mengajar di YPJ. Karena jika di sekolah sebelumnya selesai mengajar kita langsung pulang, tapi di YPJ itu saya seperti mengajar anak sendiri. Biasanya setelah jam sekolah selesai, kita tidak langsung pulang, karena harus membimbing anak-anak yang remedial ketika nilai ujiannya jelek. Apa yang tidak dimengerti oleh anak tersebut, kita belajar ulang di sore harinya. Jadi seperti kita bimbing anak sendiri,” ujar guru Kesenian di YPJ sejak tahun 1985 hingga tahun 2011 ini.

Menurut Dia, siswa-siswi di YPJ itu anak-anak yang baik sekali. Jika ada anak yang nakal dan dinasihati, maka anak itu akan pulang dengan rasa takut karena juga akan dimarahi oleh orang tuanya. Ini sebagai bentuk dukungan orang tuanya kepada proses pendidikan anak mereka.

Sempat terdengar suara tertawa lepas dari Ermawati saat mengisahkan bahwa dirinya sering disebut oleh anak-anak didiknya di YPJ sebagai “Guru yang Galak.” Namun bagi dia hal ini sangat berkesan yang tidak bisa dilupakan. Betapa tidak, ketika berada di dalam kelas saat dia mengajar, semua anak tampak diam, tenang dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Menurut dia, anak-anak harus bisa membedakan jika di dalam kelas harus serius belajar, dan nanti di luar kelas baru saatnya bermain.

“Tapi biarpun galak-galak begini, ketika anak-anak reuni pasti mengajak dan menjemput saya,” tambahnya sambil kembali tertawa.

Di akhir wawancara, sembari turut menyampaikan selamat HUT YPJ yang ke-50, Dia berpesan agar YPJ ke depan lebih baik lagi serta semakin mampu mencetak generasi-generasi yang berkualitas dan siap pakai di dunia kerja. Dia juga berpesan agar anak-anak keluaran dari YPJ, termasuk anak-anak asli Papua, yang telah menamatkan pendidikan tingginya baik di dalam maupun di luar negeri, sebisa mungkin dapat diakomodir sebagai karyawan di PTFI.

“Lebih khusus lagi pesan saya juga untuk anak-anak di Asrama Tomawin bisa lebih didisiplinkan seperti anak-anak asrama Tomawin yang dulu, ada jam-jam keluar-masuk asrama, jam belajar dan istirahat sehingga mereka lebih berhasil di sekolah. Karena mereka juga bagian dari siswa-siswi YPJ, yang tujuan awalnya diharapkan agar Putra Daerah sekitar Tembagapura yang bukan anak karyawan juga mempunyai masa depan yang sukses seperti anak-anak pendatang,” pesannya.

Wartawan/Editor: Jimmy