SALAM PAPUA (TIMIKA) – Kumpulan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa asal kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, yang melanjutkan studi di Jawa dan Bali meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika untuk turun langsung melihat kondisi masyarakat di 3 desa yakni Waa-Banti, Aroanop dan Tsinga, yang terdampak bencana banjir dan longsor.

Salah satu perwakilan mahasiswa, Boni Jangkup mengatakan bahwa banjir dan longsor yang terjadi khususnya mengakibatkan rusaknya rumah-rumah warga, jalan dan 8 jembatan di tiga kampung yakni Jagamin, Baluni dan Wabera.

Menurut mahasiswa S1 Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara Jakarta ini, bahwa masyarakat di 3 kampung tidak terlalu membutuhkan Bantuan Makanan (Bama) tapi perbaikan infrastruktur baik 8 jembatan, jalan, rumah-rumah warga, dan bangunan sekolah SD yang rusak karena longsor.

Adapun 8 jembatan yang rusak adalah jembatan Dampani, jembatan Tolani, jembatan Onumian, jembatan Wabera, jembatan Balampeikaran, jembatan Jengkki, jembatan Kingmakini di kampung Anggogin, dan jembatan Tenogoung. 8 jembatan tersebut sebelumnya dibangun oleh PT Freeport Indonesia.

“Kami ikatan pelajar dan mahasiswa asal Kampung Aroanop Distrik Tembagapura yang berkota studi di Jawa-Bali meminta Pemkab Mimika dan juga PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk melihat langsung kondisi masyarakat di 3 kampung yang terdampak bencana banjir dan longsor. Masyarakat tidak meminta sumbangan berupa Bama tapi yang paling penting adalah membangun kembali fasilitas umum yang telah rusak karena bencana alam,” ujar Boni kepada salampapua.com melalui sambungan telepon, Minggu (3/9/2023).

Sementara itu, mahasiswa lainnya Harun Beanal kepada salampapua.com menyebutkan bahwa bencana alam di 3 kampung tersebut sudah 2 kali terjadi, yakni pada tahun 2020 dan pada tanggal 25 Agustus 2023 yang lalu.

Namun mahasiswa S1 Ilmu Manajemen di IKOPIN Bandung ini mengungkapkan bahwa hingga saat ini Pemkab Mimika dan juga PTFI  yang wilayah operasinya berada di daerah tersebut belum pernah turun langsung melihat kondisi masyarakat, secara khusus memberi perhatian dalam hal membangun kembali fasilitas umum yang telah rusak tersebut.

“Peristiwa longsor ini sudah 2 kali terjadi pada tahun 2020 dan Agustus 2023 yang lalu, tapi pemerintah dan PTFI tidak pernah memberikan perhatian langsung atas kebutuhan utama masyarakat yang terdampak bencana alam tersebut, yakni pembangunan kembali fasilitas umum yang rusak, yang menjadi faktor pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat. Kami pernah menyampaikan baik lisan maupun tulisan kepada Pemkab Mimika dan PTFI terkait hal tersebut, tapi hingga saat ini tidak pernah ada respon. Untuk itu kami ikatan pelajar dan mahasiswa asal Aroanop dengan tegas meminta Pemkab Mimika dan PTFI agar segera menjawab kebutuhan utama masyarakat tersebut,” tegasnya.

Wartawan/Editor: Jimmy