SALAM PAPUA (TIMIKA) - Ketua Yayasan Generasi Amungme Bangkit (YGAB), Menuel Jhon Magal menyampaikan kekecewaannya atas hasil seleksi tertulis dan tes psikologi bakal calon (Balon) anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Intan Jaya dan Deiyai periode 2024-2029 yang telah diumumkan pada 29 Oktober 2023.

Secara eksklusif kepada salampapua.com, Menuel mengatakan bahwa pada pengumuman nomor 03/TIMSELKK-GEL.10-Pu/03/94/2023 itu tidak mengedepankan semangat Otsus untuk memberikan kesempatan bagi putra-putri dari masing-masing Kabupaten. Mestinya, menurut  dia, untuk di Kabupaten Mimika diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk putra-putri Mimika khususnya Amungme dan Kamoro. Demikian juga untuk di Kabupaten Intan Jaya, Paniai dan Deiyai.

"Kalau hasil seleksinya begini, seperti sesuatu yang diatur dan tidak murni. Kalau memang murni, berarti memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk anak Amungme dan Kamoro yang ikut tes itu. Sebenarnya dengan semangat Otsus telah diberikan kekhususan itu ke masing-masing Kabupaten. Dengan itu, dalam hal penentuan tim seleksi maupun anggota KPU harus mencerminkan semangat Otsus itu," ungkapnya, Jumat (1/12/2023).

Dia mengungkapkan, mulai dari tim seleksi di KPU hanya didominasi oleh satu Kabupaten sehingga hasil seleksi bakal calon anggota KPU saat ini juga didominasi oleh satu Kabupaten. Padahal anak-anak Amungme dan Kamoro sangat banyak yang ikut seleksi di Nabire, tetapi yang lolos hanya 3 orang saja perwakilan dari suku Amungme dan didominasi oleh Kabupaten lain.

Anak-anak Amungme dan Kamoro sangat banyak yang ikut seleksi dan memiliki kualifikasi bagus, tetapi hanya 15 % yang lolos, sedangkan 85 % orang yang bukan Amungme dan Kamoro. Ini merupakan bukti kecurangan yang mulai dilakukan.

"Itu berarti hanya 15 % saja yang lolos dari 20 besar ini. Ini yang pernah saya protes terkait tim seleksi yang didominasi oleh satu Kabupaten. Saya curiga dan sekarang ini tercermin dengan hasil seleksi anggota yang saat ini ada," ujarnya.

Disampaikan bahwa setalah adanya DOB Provinsi Papua Tengah dengan dasar yang benar dan prosesnya terbuka. Karena itu, masyarakat Amungme dan Kamoro berharap tidak selalu dicurangi.

"Kita tidak tahu hasil seleksi ini untuk kepentingan siapa, tetapi patut dicurigai tentang adanya kepentingan. Kasihan anak-anak Mimika punya kualifikasi yang bagus, tapi tidak banyak yang lolos," ujarnya.

Dia menambahkan, Mimika merupakan kabupaten Nusantara, dibandingkan kabupaten lainnya masih bersifat lokal. Namun jika tidak diberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak asli Mimika, lalu kabupaten Mimika milik siapa?

Merujuk pada semangat Otsus, dalam seleksi anggota KPU, DPR bahkan untuk calon Bupati harus mengedepankan anak Amungme dan Kamoro.

"Orang Mimika tidak ada yang maju sebagai calon Bupati di kabupaten lain, tapi di Mimika banyak yang masuk mengintervensi ke Mimika seolah tidak ada lagi penduduk Amungme dan Kamoro," ujarnya.

Penulis : Acik

Editor : Jimmy