SALAM PAPUA (TIMIKA) - Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mimika diminta mengevaluasi pekerjaan yang
dilakukan sub-kontraktor orang asli Papua (OAP).
Directur CV Genyem Jaya Mandiri, Yesaya M. Adadikam mengungkapkan
bahwa saat ini ada 1 main kontraktor dan 19 sub kontraktor OAP yang
dipercayakan menangani proyek penunjukan langsung (PL) pembangunan talud di SP5, tepatnya depan SD Inpres 4 Timika.
Namun hingga saat ini hanya 7 sub kontraktor yang menunjukan progres kerja yang
mencapai 60%.
"12 sub itu belum kerja. Saya tanya ke main kontraktor
padahal uang mukanya sudah diambil. Uang muka itu dipakai untuk kerja, bukan
sebagai fee. Kalau tidak kerja berarti merugikan negara, karena itu uang
negara," ungkapnya saat menghubungi salampapua.com via telepon, Selasa
(2/12/2023).
Yesaya mengatakan, meski sebagai proyek PL bagi OAP, tapi
tetap ada kontrak, dimana setiap sub kontraktor diberi pekerjaan talud
sepanjang 18 meter lebih. Sedangkan estimasi waktu normal untuk pekerjaan
seperti itu bisa selesai dalam 4 hari dan paling lama satu minggu, tapi saat
ini pekerjaan dari 12 sub itu belum selesai.
"Kalau sudah begini bagaimana PUPR bisa percaya ke
kontraktor OAP lagi. Ini mungkin juga sering
terjadi pada main kontraktor lainnya. Sejak mulai kerja di awal Oktober 2023,
saya adalah orang yang terakhir terima uang muka, tapi saat ini sudah
selesai," ujarnya.
Yang dikhawatirkan menurut Dia, karena pekerjaan tersebut
menggunakan anggaran negara, sehingga akan diaudit yang bisa menjadi temuan dan
merugikan kontraktor OAP. Karena itu diharapkan PUPR melakukan evaluasi semua
sub kontraktor yang telah mengambil uang muka tersebut dan bisa
mempertanggungjawabkannya.
"Kalau memang keberatan bekerja, lebih baik kasih ke
kontraktor OAP lainnya yang ingin bekerja. Kontraktor OAP yang antre untuk
mendapatkan proyek itu sangat banyak," katanya.
Dia mengungkapkan, untuk waktu tutup buku pada tanggal 15
Desember, sehingga jika saat ini pekerjaannya digenjot secara buru-buru, maka kualitas
kerjanya menjadi tidak maksimal.
Pekerjaan talud itu merupakan pekerjaan setiap tahun yang
dilakukan kontraktor OAP binaan PUPR, sehingga diharapkan agar tetap menjaga
kepercayaan tersebut.
"Padahal sejak awal (mereka) mendesak PUPR untuk dapat
pekerjaan. Kalau memang sudah dapat dan tidak bisa kerja, harusnya lapor supaya
digantikan kontraktor OAP lain yang tidak dapat," tuturnya.
Di sisi lain, dia juga mengkritisi bagi konsultan, harus
bisa menghitung antar volume kerja dan keuntungan bagi setiap sub. Sebab jika
dihitung-hitung antar volume kerja dan bayaran sangat tidak berimbang, apalagi
harga material tergolong mahal.
"Harga material batu sudah mahal. Jadi konsultan harus
bisa menghitung antara volume dan keuntungan bagi sub. Kita saling koreksi saja
biar semuanya terbuka," katanya.
Penulis : Acik
Editor : Jimmy