SALAM PAPUA (TIMIKA) - Dalam upaya menjaga
ekosistem perairan di Kabupaten Mimika, PT Freeport Indonesia (PTFI) Divisi
Environmental melakukan restocking (pelepasan) 10.000 anakan ikan Kakap Putih
(Baramundi) dan 500 indukan Kepiting Bakau, di muara Ajikwa, Distrik
Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Senin (19/5/2025).
Pelepasan anakan ikan dan indukan kepiting ini dihadiri
jajaran Manajemen PTFI, Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Papua Tengah,
perwakilan Dirjen Pengawasan Kelautan dan Perikanan, jajaran peneliti Universitas
Diponegoro (Undip), Prof Deni Nugroho, serta perwakilan pemerintah Distrik
Mimika Timur.
VP Divisi Enviromental PTFI, Gesang Setiady mengungkapkan
bahwa upaya ini didasarkan pada hasil survei perikanan yang secara rutin
dilakukan bersama Universitas Papua (Unipa), yang disimpulkan telah terjadi
peningkatan kegiatan penangkapan ikan dan kepiting (Overfishing). Di samping
itu, PTFI juga mempunyai komitmen untuk melakukan restocking ikan dan mangrove
yang tertuang di dalam Persetujuan Teknis Pemulihan Ekosistem Mangrove yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Dan Kehutanan pada tahun 2023.
Populasi ikan baramundi dan kepiting bakau, sambungnya, sangat
penting untuk dijaga supaya keseimbangan ekosistem di area PTFI, khususnya di
Kabupaten Mimika bisa tetap terjaga.
Melalui restocking, ikan baramundi dan jenis ikan lainnya, serta
kepiting bakau bisa hidup dan berkembang dengan baik. Kegiatan ini
menurutnya sengaja dilepaskan kepiting indukan, dengan harapan bisa secepat
mungkin bertelur dan menambah populasi di muara Ajikwa dan sekitarnya.
"Karena hasil penelitian itu maka kami merasa penting
menjaga populasi ikan kakap putih dan kepiting bakau, karena itu merupakan
sumber ekonomi bagi masyarakat," ujar Gesang.
Selain restocking, PTFI juga banyak melakukan program
lingkungan dengan menggandeng pakar dari Undip, ITB dan Unipa. Salah satu
contohnya adalah menanam struktur bambu (Estuary Structure) sepanjang 5,5
kilometer.
Bukan hanya Estuary Structure, PTFI juga setiap tahun
berkomitmen untuk terus menanam mangrove di atas lahan seluas 500 hektar. Total
luasan yang telah ditanami mangrove adalah 1.500 hektar.
"Ini semua kita kerjakan dengan melibatkan 24
kontraktor yang merupakan masyarakat lokal. Target kami untuk di area PTFI akan
ditanam di atas lahan seluas 8.000 hektar dan 2.000 hektar di luar Papua yaitu
di beberapa provinsi," pungkasnya.
Sedangkan EVP Technical Service PTFI, Chris Zimmer mengatakan,
PTFI bukan hanya melakukan aktivitas pertambangan dan membawanya keluar namun
melalui Divisi Environmental, PTFI juga melakukan program pelestarian
lingkungan hidup termasuk perairan.
"PTFI punya komitmen yang luar biasa untuk memastikan
lingkungan hidup di sekitar area operasional tetap sehat. Saya ucapkan terima
kasih untuk Enviromental yang sudah melakukan itu semua," ujar Chris.
Sementara itu, Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto sebagai
Ketua SDGs Center Universitas Diponegoro (Undip) menambahkan bahwa restocking
atau penebaran kembali ikan dan kepiting yang dilakukan oleh PTFI ke perairan
alami seperti di muara dan pesisir laut merupakan salah satu langkah strategis
dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Kegiatan ini memberikan berbagai manfaat ekologis, sosial,
dan ekonomi yang berkontribusi langsung terhadap pencapaian SDG 14 (Ekosistem
Laut), SDG 1 (Pengentasan Kemiskinan), dan SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
Dari sisi ekologis, sambungnya, restocking berperan penting
dalam pemulihan populasi spesies perairan, peningkatan keanekaragaman hayati,
serta membantu menjaga keseimbangan fungsi ekosistem pesisir.
Secara sosial, kegiatan ini mendorong peningkatan kesadaran
dan keterlibatan masyarakat dalam pelestarian sumber daya perikanan, sekaligus
memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan. Sementara itu, dari
aspek ekonomi, restocking dapat mendukung pemulihan stok perikanan yang
berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, membuka peluang usaha
perikanan berkelanjutan, serta menciptakan sumber penghidupan alternatif bagi
komunitas pesisir.
"Ini sangat luar biasa karena PTFI terus menjalin
kerja sama yang baik dengan berbagai pihak dan pakar untuk menjalankan operasi
pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Ini sebagai kepedulian
dari manajemen PTFI," kata Prof Denny.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy