SALAM PAPUA (TIMIKA) – Pelatihan Caregiver dan Youth HIV
yang diselenggarakan Yayasan Melati Peduli Timika (YMPT) bekerja sama dengan
Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kabupaten Mimika selama tiga hari, 15–17
Desember 2025, resmi berakhir pada Rabu (17/12/2025) di Hotel Horison Diana,
Timika.
Penutupan kegiatan dihadiri Ketua Yayasan YMPT, Martha
Pussung, didampingi narasumber dari Yayasan Cenderawasih Bersatu Papua, Pdt.
Sefnat Lobwaer dan Pdt. Trifosa Sri Murni, serta pemateri dari Nabire. Acara
ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah antara panitia dan peserta.
Pdt. Sefnat Lobwaer menjelaskan, selama pelatihan peserta
dibagi ke dalam dua kelas, yakni kelompok orang tua (caregiver) dan anak-anak
(youth). Pembagian ini bertujuan agar materi yang disampaikan seimbang dan
tepat sasaran.
“Orang tua dibekali pemahaman tentang peran mereka dalam
memastikan hak anak terpenuhi, mulai dari hak pendidikan, pengobatan, hingga
hak bermain,” ujarnya.
Sementara bagi peserta anak-anak, materi difokuskan pada
pemahaman hak anak, kesehatan seksual dan reproduksi, penguatan kapasitas diri,
serta pengembangan potensi untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.
“Mereka harus menyadari bahwa meskipun hidup dalam kondisi
tertentu, mereka tetap memiliki masa depan, hak hidup, dan kemampuan untuk
meraih cita-cita,” jelasnya.
Menurut Pdt. Sefnat, selama tiga hari pelatihan terlihat
perubahan signifikan pada pola pikir peserta, baik orang tua maupun anak-anak.
Orang tua semakin memahami pentingnya pendampingan, sementara anak-anak mulai
membangun kepercayaan diri dan harapan akan masa depan.
“Terjadi perubahan paradigma. Anak-anak menyadari bahwa
mereka masih memiliki masa depan, sedangkan orang tua semakin siap mendampingi
anak menghadapi stigma di masyarakat,” ungkapnya.
Ia menilai pelatihan serupa perlu terus dilakukan selama isu
HIV dan pelanggaran hak anak masih terjadi. Peningkatan kapasitas caregiver,
pekerja sosial, serta layanan pendukung dinilai sangat penting untuk
menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
Untuk pelatihan youth, Pdt. Sefnat berharap para peserta
dapat membentuk komunitas peduli HIV di lingkungan masing-masing, baik di
sekolah, kampus, maupun komunitas hobi.
“Mengingat meningkatnya perilaku berisiko di kalangan
remaja, informasi tentang HIV harus terus disebarluaskan oleh generasi muda
sendiri,” tuturnya.
Ke depan, pihak penyelenggara berencana melakukan pemantauan
guna melihat dampak dan keberlanjutan hasil pelatihan. Antusiasme peserta
dinilai menjadi modal penting untuk mendorong perubahan di tengah masyarakat.
Penulis/Editor: Sianturi


