SALAM PAPUA (TIMIKA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Mimika mencatat angka kemiskinan ekstrem di wilayah ini mencapai 5,37 persen,
sementara tingkat kemiskinan umum berada pada angka 14,18 persen dari total
jumlah penduduk sebanyak 318.679 jiwa.
Kepala BPS Mimika, Ouceu Satyadipura, S.ST., GradDipl.PSt.,
MAPS., menjelaskan bahwa data tersebut berdasarkan hasil survei dan observasi
lapangan terkini.
“Dari jumlah penduduk 318.679 jiwa, tingkat kemiskinan
ekstrem sebesar 5,37 persen dan kemiskinan secara keseluruhan mencapai 14,18
persen,” ujar Ouceu pada Jumat (13/6/2025).
Ia menyebutkan, Pemerintah Kabupaten Mimika saat ini sedang
melakukan berbagai langkah strategis untuk menurunkan angka kemiskinan,
khususnya kemiskinan ekstrem.
Menurut Ouceu, tingginya angka kemiskinan tidak semata
disebabkan oleh persoalan inflasi, namun juga terkait erat dengan berbagai
faktor lain seperti kesehatan, kematian ibu dan anak, stunting, pengangguran,
serta aspek-aspek sosial ekonomi lainnya yang berkontribusi terhadap garis
kemiskinan.
“Satu indikator bisa memicu kenaikan indikator lainnya.
Misalnya, meningkatnya stunting bisa berdampak pada pendidikan dan
produktivitas, lalu mempengaruhi pengeluaran rumah tangga,” jelasnya.
BPS juga membedakan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem
berdasarkan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Seseorang dikategorikan miskin
apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan minimal 2.100 kilokalori (kkal)
per hari, serta kebutuhan non-makanan seperti perumahan, pendidikan, dan
transportasi.
“Sedangkan kemiskinan ekstrem adalah kondisi di mana
seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar sama sekali dan hanya bisa
bertahan hidup dengan bantuan,” tegas Ouceu.
Ia menambahkan, upaya percepatan pengentasan kemiskinan di
Mimika masih menghadapi tantangan, salah satunya adalah inflasi. Kenaikan harga
barang, seperti daging babi yang semakin langka dan mahal, turut mempengaruhi
daya beli masyarakat miskin.
“Penurunan angka kemiskinan sedikit terhambat karena inflasi
bulanan yang terus naik, termasuk harga bahan pokok seperti daging babi yang
kini sulit ditemukan,” tutupnya.
Penulis: Evita
Editor: Sianturi