SALAM PAPUA (TIMIKA)- Narcissistic Personality Disorder
(NPD), atau dalam Bahasa Indonesia disebut Gangguan Kepribadian Narsistik,
adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang ditandai oleh rasa percaya
diri yang berlebihan, kebutuhan akan kekaguman yang konstan, dan kurangnya
empati terhadap orang lain. Meskipun memiliki kepercayaan diri adalah hal yang
sehat, pada individu dengan NPD, rasa diri yang tinggi berubah menjadi sesuatu
yang merusak hubungan sosial dan emosional.
Ciri-Ciri NPD
Individu dengan gangguan ini biasanya menunjukkan beberapa
atau semua gejala berikut:
Perasaan diri yang agung (grandiose), mereka merasa bahwa
dirinya sangat penting, unik, atau lebih hebat dari orang lain, meskipun tidak
ada pencapaian yang sebanding. Fokus pada fantasi kesuksesan dan kekuasaan, mereka
sering kali terobsesi dengan bayangan tentang keberhasilan besar, kekuatan
absolut, kecantikan sempurna, atau cinta ideal.
Kebutuhan akan kekaguman yang berlebihan, mereka selalu
ingin dikagumi, dipuji, dan diakui oleh orang lain. Ketika hal ini tidak
terpenuhi, mereka bisa menjadi marah atau tersinggung.
Rasa berhak (entitlement), mengharapkan perlakuan istimewa
tanpa harus melakukan usaha yang sepadan. Eksploitasi terhadap orang lain, mereka
cenderung memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi tanpa merasa
bersalah.
Kurangnya empati
Tidak memahami atau peduli terhadap perasaan, kebutuhan, dan
keinginan orang lain. Sikap iri dan meremehkan, sering merasa iri terhadap
kesuksesan orang lain atau menganggap orang lain iri terhadap mereka.
Perilaku sombong atau arogan, mereka bisa terlihat angkuh
dan memperlakukan orang lain dengan merendahkan.
Penyebab NPD
Belum ada satu penyebab pasti dari NPD, namun para ahli
percaya bahwa kondisi ini muncul karena kombinasi berbagai faktor, di
antaranya:
Faktor genetik: Ada kemungkinan komponen keturunan yang
memengaruhi perkembangan kepribadian.
Pengasuhan masa kecil: Pola asuh yang terlalu memuji atau
terlalu mengkritik anak secara tidak konsisten dapat memicu terbentuknya rasa
diri yang tidak realistis.
Pengalaman traumatis: Pengabaian emosional atau perlakuan
buruk saat kecil juga bisa menjadi pemicu.
Lingkungan sosial: Budaya atau komunitas yang terlalu
menekankan pencapaian, popularitas, atau status bisa memperkuat kecenderungan
narsistik.
Mereka yang mengalami NPD sering kesulitan dalam menjaga
hubungan pribadi, keluarga, maupun profesional. Di balik sikap percaya diri
yang berlebihan, sering kali tersembunyi rasa tidak aman yang mendalam. Ketika
mereka merasa dipermalukan, dikritik, atau tidak mendapatkan pujian yang
diharapkan, mereka bisa mengalami kemarahan atau depresi.
NPD tergolong sulit ditangani karena sebagian besar
penderitanya tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah. Namun, terapi
psikologis, khususnya psikoterapi jangka panjang, dapat membantu penderita
memahami akar masalah dan mengembangkan empati serta pola pikir yang lebih
sehat. Dalam beberapa kasus, obat-obatan dapat digunakan untuk mengatasi gejala
yang menyertai seperti depresi atau kecemasan.
Narcissistic Personality Disorder bukan sekadar “sombong”
atau “percaya diri berlebihan”. Ini adalah kondisi psikologis serius yang
memengaruhi cara seseorang memandang dirinya sendiri dan orang lain. Penting
untuk membedakan antara narsisme yang sehat dan NPD yang merusak, agar individu
yang mengalaminya bisa mendapatkan dukungan dan perawatan yang sesuai. (AI)
Editor: Sianturi