SALAM PAPUA (NABIRE) – Ketua Pengurus Harian Forum Pegiat Literasi Provinsi Papua Tengah, Mecky Tebai, menegaskan pentingnya gerakan literasi sebagai ruang refleksi sekaligus pemersatu berbagai komunitas literasi di Papua Tengah yang selama ini berjalan sendiri-sendiri.

“Banyak gerakan literasi yang berjalan, tetapi ada yang menutup diri dan ingin bergerak sendiri karena ego masing-masing. Forum ini hadir untuk merangkul semua komunitas agar bisa bersatu,” ujar Mecky kepada Salam Papua usai Diskusi Publik dalam rangka memperingati Hari Bahasa dan Sastra Nasional serta 1 Abad Pendidikan di Tanah Papua, di Aula Kesbangpol Provinsi Papua Tengah, Nabire, Rabu (29/10/2025).

Menurut Mecky, berbagai komunitas literasi telah aktif di delapan kabupaten, mulai dari Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, hingga wilayah pegunungan seperti Puncak. Namun, ia mengakui setiap daerah memiliki tantangan dan dinamika sosial yang berbeda.

“Kita tidak bisa samakan kondisi Nabire yang aman dengan Puncak yang masih berkonflik. Jadi pendekatan literasi di setiap daerah harus berbeda,” jelasnya.

Ia menyebut, capaian literasi secara pendidikan formal di Papua Tengah telah mencapai sekitar 80 persen, namun untuk gerakan literasi non-formal dan masyarakat baru mencapai 30 persen.

“Masih ada 70 persen pekerjaan rumah yang belum tersentuh, terutama di bidang literasi masyarakat kampung dan pendidikan non-formal,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Mecky mengungkapkan sekitar 10 persen anak-anak di Papua Tengah belum bersekolah atau belum bisa membaca, dan sebagian besar di antaranya adalah anak perempuan.

Ia menegaskan bahwa tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa tidak hanya berada di tangan para guru, tetapi juga menjadi tugas bersama para pegiat literasi di luar sekolah.

“Forum literasi harus menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah dalam mencari solusi. Kita sudah melakukan audiensi dengan Komisi V DPR Papua Tengah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperkuat kebijakan literasi di daerah,” ujarnya.

Mecky menekankan pentingnya kolaborasi antarpegiat dan lembaga agar gerakan literasi dapat memberi dampak nyata bagi masyarakat.

“Kita tidak lagi bicara siapa yang benar atau salah, tapi bagaimana bisa bersatu dan mencari jalan keluar bersama,” tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, Forum Pegiat Literasi Papua Tengah berencana menggelar Temu Pegiat Literasi se-Papua Tengah pada 27–29 November 2025, untuk membahas persoalan literasi di delapan kabupaten serta merumuskan rekomendasi bersama.

“Harapan kami, para guru bisa menemukan kembali konsep mengajar yang kontekstual, dan teman-teman pegiat literasi terus menumbuhkan semangat membaca dan belajar di tengah masyarakat,” pungkas Mecky.

Penulis: Elias Douw

Editor: Sianturi