SALAM PAPUA (TIMIKA) – Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya imunisasi membuat cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Kabupaten Mimika belum mencapai target. Kondisi ini dinilai berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Hal ini terungkap dalam Pertemuan Koordinasi Pengendalian Penyakit yang Berpotensi Wabah (PD3I) yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) Mimika melalui Seksi Imunisasi, Selasa (4/11/2025).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Mimika, Linus M.R. Dumatubun, mengatakan pertemuan tersebut melibatkan tim imunisasi dan surveilans untuk memetakan wilayah dengan capaian imunisasi rendah di sepuluh Puskesmas wilayah kota.

“Cakupan imunisasi BIAS hingga September baru mencapai 50 persen dari target 95 persen untuk tahun 2025. Demikian juga untuk imunisasi dasar lengkap (IDL),” ungkap Linus.

Menurutnya, beberapa Puskesmas dengan cakupan imunisasi di bawah 50 persen antara lain Puskesmas Bhintuka, SP13, dan Ayuka. Karena itu, dua bulan terakhir tahun ini menjadi periode krusial untuk mengejar target 95 persen cakupan.

Linus menegaskan, rendahnya cakupan imunisasi dapat memicu munculnya kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah dapat dicegah, seperti campak, difteri, dan polio. Untuk itu, Dinkes mendorong seluruh Puskesmas di wilayah kota, pesisir, dan pegunungan agar gencar melakukan imunisasi kejar, yaitu pemberian vaksin bagi anak yang belum melengkapi dosisnya.

“Imunisasi kejar dilakukan secara gratis bagi anak-anak yang belum lengkap vaksinnya,” jelasnya.

Ia menambahkan, minimnya kesadaran masyarakat menjadi kendala utama dalam pencapaian target imunisasi. Banyak warga yang berpindah tempat tinggal, sehingga anak kehilangan kesempatan mendapatkan vaksin sesuai jadwal.

“Kami harap ada dukungan dari pemerintah kelurahan dan kampung untuk memberikan edukasi kepada warga agar sadar pentingnya imunisasi. Sekolah juga perlu berperan aktif dalam pelaksanaan imunisasi bagi siswanya,” imbaunya.

Linus menekankan bahwa keberhasilan imunisasi bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan, melainkan harus menjadi gerakan bersama seluruh pemangku kepentingan.

“Jika tidak dilakukan bersama, potensi KLB bisa terjadi kapan saja,” pungkasnya.

Penulis: Acik

Editor: Sianturi