SALAM PAPUA (TIMIKA)- Membatasi konsumsi makanan tinggi
garam merupakan salah satu langkah penting untuk menjaga tekanan darah tetap
stabil dan memelihara kesehatan jantung. Jika konsumsinya tidak dibatasi,
makanan tinggi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan
komplikasinya.
Garam adalah mineral kristal yang terbuat dari natrium
(sodium) dan klorida. Meski umumnya digunakan sebagai bumbu masakan, garam juga
dapat digunakan sebagai pengawet makanan serta penambah rasa, tekstur, dan
warna makanan.
Kandungan natrium dan klorida bermanfaat untuk mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh, mendukung kinerja dan fungsi
saraf, serta mengendalikan kontraksi otot tubuh.
Namun, manfaat garam untuk kesehatan tubuh tersebut baru
bisa diperoleh asalkan Anda mengonsumsi garam dalam takaran yang sesuai, yaitu
tidak lebih dari 1 sendok teh garam atau setara 1.500 miligram (mg) natrium
tiap harinya.
Jika dikonsumsi terlalu banyak, garam bisa menyebabkan
tekanan darah meningkat dan memicu hipertensi. Penyakit ini bisa menimbulkan
berbagai komplikasi, seperti stroke, hipertensi maligna, penyakit jantung,
kerusakan ginjal, bahkan penyakit liver. Makanan tinggi garam juga termasuk
sebagai salah satu jenis makanan penyebab vertigo. Oleh karena itu, jenis
makanan ini tergolong sebagai salah satu pantangan vertigo.
6 Jenis Makanan Tinggi Garam
Makanan tinggi garam tidak selalu berasal dari makanan yang
rasanya asin karena banyak dibumbui garam. Makanan yang banyak mengandung bahan
tertentu seperti MSG, baking soda, baking powder, dinatrium fosfat, natrium
alginat, natrium sitrat, dan natrium nitrit, juga umumnya tergolong sebagai
makanan tinggi garam atau natrium.
Kandungan tersebut biasanya bisa Anda temukan dalam beberapa
jenis makanan tinggi garam berikut ini:
1. Makanan cepat saji
Kebanyakan makanan cepat saji atau fast food mengandung
kalori dan natrium yang tinggi. Sebagai contoh, dalam sebungkus mi instan
terkandung sekitar 750–950 mg natrium atau mungkin lebih dari itu. Jumlah ini
setara dengan kandungan natrium pada 1 potong pizza atau 1 hamburger ukuran
sedang.
Sementara itu, kandungan natrium dalam 1 porsi ayam goreng
cepat saji bisa mencapai 2.100 mg. Kandungan natrium pada kentang goreng juga
tergolong tinggi.
Selain itu, ikan dan daging olahan, seperti ikan asin, ikan
yang diasap, daging ham, sosis, dan berbagai jenis frozen food atau makanan
beku lainnya juga termasuk dalam makanan tinggi garam.
2. Makanan kaleng
Makanan yang dikemas dalam kaleng, seperti kornet dan ikan
kalengan, juga umumnya tergolong dalam kategori makanan tinggi garam. Rata-rata
kandungan natrium pada makanan kalengan ini berkisar antara 200–700 mg per
porsi.
Sayur dan buah kalengan juga termasuk dalam daftar makanan
tinggi garam. Dalam setengah cangkir sayur kalengan saja bisa terkandung
sekitar 350–500 mg natrium.
3. Produk olahan susu
Produk olahan susu merupakan salah satu sumber kalsium dan
vitamin D. Namun, terlalu sering mengonsumsinya juga tidak baik bagi kesehatan
Anda.
Beberapa produk susu dan olahannya, seperti keju, mentega,
dan margarin, diketahui mengandung garam dalam jumlah banyak. Dalam sekitar
30–50 gram produk olahan susu, terkandung sekitar 60–400 mg natrium.
Namun, jumlah natrium atau garam tersebut juga tergantung
pada jenis keju, mentega, atau margarinnya. Sebagai alternatif, Anda bisa
memilih produk olahan susu yang rendah garam atau berlabel unsalted.
4. Camilan
Makanan tinggi garam selanjutnya adalah camilan ringan,
terutama yang rasanya asin atau gurih. Contohnya keripik kentang, kacang asin,
jamur krispi, kulit ayam goreng, dan gorengan.
Kandungan natrium pada seporsi camilan ini rata-rata
berkisar antara 250-400 mg. Jumlah garam atau natrium pada camilan bisa lebih
tinggi jika ditambahkan banyak perasa.
5. Sereal instan dan biskuit
Sereal merupakan salah satu jenis makanan yang banyak
dikonsumsi saat sarapan. Meski mengandung serat yang cukup tinggi, sebagian
besar sereal kemasan juga tinggi akan kandungan natrium. Beberapa produk sereal
juga banyak mengandung gula.
Satu porsi sereal instan bisa mengandung sekitar 200–300 mg
natrium. Ini belum termasuk kadar natrium dari segelas susu yang biasanya
dicampurkan dalam sereal.
Selain sereal instan, menu sarapan lain yang mengandung
natrium tinggi adalah biskuit, pancake, kue kering, dan donat yang rata-rata
mengandung sekitar 400–800 mg natrium per porsinya.
Selain 5 jenis makanan di atas, ada pula jenis pangan tinggi
garam yang sering tidak kita sadari, yaitu acar, asinan, saus cabai, saus
tomat, saus salad, kecap, dan berbagai bumbu masakan instan.
Cara Mengurangi Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Tinggi Garam
Kelebihan garam bisa berdampak bagi kesehatan tubuh Anda.
Jika Anda memiliki kebiasaan sering mengonsumsi makanan tinggi garam, cobalah
mulai kurangi asupan makanan tersebut mulai dari sekarang demi kesehatan Anda.
Ada beberapa cara mengurangi asupan garam yang bisa Anda
coba, di antaranya:
Batasi dan kurangi porsi makan
Pertama, mulailah dengan mengurangi porsi makanan tinggi
garam. Jika Anda sering ngemil makanan tinggi garam, cobalah untuk menggantinya
dengan pilihan camilan lain yang lebih sehat, misalnya buah-buahan, rujak, atau
yoghurt.
Cermati label kemasan
Ketika berbelanja makanan atau minuman tertentu, periksalah
kadar natrium yang tertera pada label kemasan. Jika tersedia, Anda sebaiknya
memilih makanan atau minuman yang memiliki kadar natrium rendah. Produk
tersebut biasanya berlabel unsalted atau low sodium.
Olah masakan sendiri
Dibandingkan makanan olahan atau makanan beku dalam kemasan,
lebih baik buat sendiri makanan dari bahan pangan yang masih segar. Ketika
memasak makanan tersebut, kurangi takaran garam, MSG, penyedap rasa, kecap,
atau saus. Makanan tersebut akan lebih sehat karena mengandung garam atau
natrium yang lebih sedikit.
Bila cara-cara tersebut dilakukan secara rutin dan
konsisten, lambat laun kebiasaan Anda untuk mengonsumsi makanan tinggi garam
yang asin dan gurih pun akan berkurang. Alhasil, Anda bisa terhindar dari
berbagai risiko gangguan kesehatan yang mungkin terjadi apabila terlalu banyak
mengonsumsi makanan tinggi garam. (Alodokter)
Editor: Sianturi

