Berita ini adalah sambungan dari berita sebelumnya berjudul “Elfrida Natkime, Kuliah Di Amerika Memilih Penelitian Tugas Akhir Di Tanah Kelahirannya”
SALAM PAPUA (TIMIKA) – Elfrida Natkime, putri ketiga
Silas Natkime, cucu Tuarek Natkime, memilih pulang dan melakukan penelitian di
tanah kelahirannya di Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua
Tengah, sebagai penelitian awal dalam proses pemenuhan syarat untuk
penyelesaian studinya di Oregon State University, Amerika Serikat.
Kepada salampapua.com belum lama ini, Elfrida mengungkapkan
alasan mendasar dirinya memilih pulang dan menjadikan tanah kelahirannya
sebagai locus (lokasi) penelitian awalnya, karena dia hendak mengkaji sisi
psikologi masyarakat setempat dalam menjaga dan melestarikan budaya bertani,
yang mana di sisi lain lokasi penelitian ini merupakan daerah pegunungan
(Tembagapura) sebagai area terdampak dari operasi Pertambangan PT Freeport
Indonesia yang notabene masyarakat setempat sering menerima berbagai fasilitas
dari PT Freeport Indonesia sebagai konsekuensi atas aktivitas pertambangan di tanah
atau wilayah milik masyarakat tersebut.
“Jadi dalam penelitian ini, saya ingin mengkaji hubungan
antara personal masyarakat Amungme yang memiliki kebiasaan atau budaya bertani dengan
fasilitas yang freeport berikan kepada masyarakat, apakah masyarakat setempat
masih memiliki komitmen dan tetap terjaga budaya bertani mereka? Seperti apa
psikologi masyarakat setempat yang memiliki kebiasaan sebagai petani dengan
berbagai karakteristik budaya Papua/Amungme setelah menerima berbagai fasilitas
yang Freeport berikan?” ungkapnya.
Penelitian Elfrida Natkime ini dilakukan atas kolaborasi
antara Oregon State University, Amerika Serikat, dengan Universitas Kristen
Indonesia Tomohon (UKIT), Sulawasi Utara. Sehingga salah satu pakar psikologi
dari UKIT yang merupakan pembimbing eksternal Elfrida, yakni Dr. Preysi Sherly
Siby,S.E,S.Pd,M.Si,M.Psi,Psikolog, ikut terjun langsung mendampingi Elfrida
saat melakukan penelitian di Banti 1, Banti 2 dan Opitawak, sebagai locus atau
daerah sasaran penelitian.
Kepada salampapua.com usai melakukan penelitian, Preysi
mengungkapkan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu psikologi dalam
ilmu pertanian, karena yang menjadi subjek penelitian ini adalah bukan pada
lahan pertaniannya tapi kepada personalnya atau para masyarakat setempat yang
memiliki kebiasaan bertani.
Adapun nama metode yang digunakan pada penelitian ini tidak
dapat disebutkan dalam berita ini karena hanya akan disampaikan dalam laporan
penelitian Elfrida. Namun metode ini menurut Preysi merupakan metode penelitian
baru yang akhir-akhir ini juga dipakai dalam berbagai penelitian ilmu
pertanian, yang secara garis besar metode ini menekankan pada pemberdayaan
masyarakat lokal dan partisipasi aktif masyarakat tersebut. Dimana aspek-aspek
psikologis akan diteliti dalam diri si petani seperti pemberdayaan, motivasi,
kepercayaan diri (trust), partisipasi, perubahan perilaku, respon terhadap
adanya perubahan sosial atau budaya, dan pemahaman atas kebutuhan riil.
Menurut dia, banyak temuan yang diperoleh dari penelitian
tersebut yang akan disampaikan dalam laporan penelitian awal Elfrida.
“Penelitian ini dilakukan secara serius, kita juga melakukan
pakta integritas, ada tanda tangan para kepala suku, bahwa penelitian ini
sangat rahasia karena menyangkut psikologi dan dapat membangun stigma
nantinya,” ujarnya.
Preysi pun mengapresiasi atas penelitian yang dilakukan
Elfrida Natkime, sebagai putri asal suku Amungme, yang memilih menggunakan metode
penelitian ini sebagai pendekatan yang baru pertama kali dilakukan untuk
meneliti peradaban, perubahan dan pengembangan SDM masyarakat Papua secara
jujur dan transparan dalam menempatkan orang asli Papua (OAP) pada posisinya sebagai
entitas yang semestinya.
“Semoga dengan hasil penelitian ini dapat menjawab harapan
masyarakat OAP, khususnya masyarakat di Tembagapura, dalam menjalani hidup
sesuai dengan budaya (adat) yang diinginkan masyarakat OAP itu sendiri, tanpa
harus mengubahnya menjadi sesuatu yang “asing” bagi masyarakat ini,” tutupnya.
Penulis/Editor: Jimmy