SALAM PAPUA (TIMIKA) – Konflik antar kelompok di Distrik
Kwamki Narama hingga kini belum berhasil didamaikan, meski Pemerintah Provinsi
Papua Tengah dan Pemerintah Kabupaten Mimika telah menawarkan upaya perdamaian.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Mimika,
Dr. Jeffrey Hutagalung, M.Phil, mengatakan masih terdapat keengganan dari kedua
belah pihak yang bertikai untuk menghentikan konflik yang terjadi.
“Ini kemungkinan besar berkaitan dengan adat dan ketentuan
adat istiadat yang mereka anut. Dalam perspektif agama, persoalan ini masih
menemui jalan buntu. Karena itu, kami mencoba menyandingkan pendekatan agama
dengan kearifan lokal yang paling tepat,” ujar Jeffrey.
Menurutnya, FKUB bersama pemerintah daerah saat ini masih
menggodok pendekatan kearifan lokal yang dapat diterima oleh kedua belah pihak,
tanpa selalu mengaitkannya dengan penyelesaian berbasis materi.
“Penyelesaian konflik tidak selalu harus berkaitan dengan
uang. Itu justru berpotensi menimbulkan masalah baru. Yang dibutuhkan adalah
duduk bersama dengan pendampingan nilai-nilai religius dan kearifan lokal,
karena di Papua pendekatan seperti itu sangat penting,” jelasnya.
Jeffrey menegaskan, proses menuju perdamaian membutuhkan
waktu dan kesabaran dari semua pihak. Ia berharap konflik dapat segera
berakhir, terlebih saat ini masih dalam suasana Hari Raya Natal.
“Sebagai umat Kristiani, Yesus hadir sebagai karya
keselamatan karena cinta kasih-Nya kepada manusia. Seharusnya nilai cinta kasih
itu terpatri dalam kehidupan umat, terlebih di tengah komunitas gereja yang
menjunjung nilai-nilai spiritual,” tuturnya.
Ia menilai, konflik yang terjadi saat ini lebih didorong
oleh luapan emosi yang menutupi nilai cinta kasih terhadap sesama.
“Semangat emosional sering kali menutupi cinta kasih.
Padahal, cinta kasih seharusnya menjadi nilai tertinggi. Saya berharap cinta
kasih Kristus menjadi yang utama di hati para tokoh di Kwamki Narama, sehingga
persoalan antar sesama dapat diselesaikan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ketua FKUB menyebut bahwa persoalan di Kwamki
Narama sejatinya tidak sepenuhnya berasal dari masyarakat setempat, melainkan
dipicu oleh pihak-pihak dari luar wilayah tersebut.
“Oleh karena itu, biarlah cinta kasih yang menguasai semua
orang di Kwamki Narama, sehingga kedamaian dapat kembali terwujud,” pungkasnya.
Penulis/Editor: Sianturi

